M. Ali Tamba : Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Lembaga Arbitrase Dalam Penyelesaian Sengketa Pasar Modal Di Indonesia, 2007.
USU Repository © 2009
lembaga lain seperti mediasi, pendapat hukum yang diberikan lembaga arbitrase bersifat mengikat binding oleh karena pendapat yang diberikan tersebut akan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian pokok yang dimintakan pendapatnya pada lembaga arbitrase tersebut. Sehingga dengan adanya skripsi ini
penulis berharap dapat memberikan masukan dan membuka wacana berpikir, khususnya bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan dunia perdagangan.
D. Keaslian Penelitian
Pembahasan skripsi ini berjudul: “Tinjauan yuridis mengenai peranan lembaga arbitrase dalam penyelesaian sengketa Pasar Modal di Indonesia” adalah
masalah yang sebenarnya sudah sering kita dengar. Dimana penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini menjadi alternatif Pasar Modal sengketa pasar modal yang mulai
banyak dipilih. Karena penyelesaian sengketa di luar pengadilan khususnya arbitrase ini diyakini dapat lebih memuaskan para pihak, karena prosesnya lebih cepat, hemat
biaya dan konfidensial. Cara inilah yang paling disukai oleh mereka yang bergerak dalam kegiatan bisnis.
Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran dari penulis yang dikaitkan dengan teori-teori hukum yang berlaku maupun dengan
doktrin-doktrin yang ada, dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
dan apabila ternyata di kemudian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab terhadap skripsi ini.
M. Ali Tamba : Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Lembaga Arbitrase Dalam Penyelesaian Sengketa Pasar Modal Di Indonesia, 2007.
USU Repository © 2009
E. Tinjauan Kepustakaan
Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
6
Lembaga penunjang pasar modal adalah sebagai berikut:
7
a. Bursa Efek
Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek. Pihak-pihak lain
yang dengan tujuan memperdagangkan efek di atara mereka. Pengertian ini mencakup pula sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan
beli efek, meskipun sistem dan atau sarana tersebut tidak mencakup sistem dan atau sarana untuk memperdagangkan efek.
b. Biro Administrasi Efek
Biro Administrasi Efek BAE adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melakanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang
berkaitan dengan efek. c.
Kustodian Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang
berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening
6
Edi Subroto Suwarno, Tinjauan Hukum dan Praktek di Pasar Modal Indonesia, diakses dari situs www.bapepam.go.id, tanggal 30 November 2005
7
Ibid
M. Ali Tamba : Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Lembaga Arbitrase Dalam Penyelesaian Sengketa Pasar Modal Di Indonesia, 2007.
USU Repository © 2009
yang menjadi nasabahnya. Kegiatan usaha sebagai Kustodian tersebut dapat diselenggarakan oleh lembaga penyimpanan dan penyelesaian LPP, perusahaan
efek, atau bank umum yang telah mendapat persetujuan dari Bapepam. d.
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah pihak yang menyelenggarakan
kegiatan custodian sentral bagi bank Kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain. Saat ini dilakukan oleh PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia KSEI
e. Bank Kustodian
Bank Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan kolektif dan harta lainnya yang berkaitan dengan efek. Penitipan kolektif yang dimaksud di sini
adalah jasa penitipan atas efek yang dimiliki bersama oleh lebih dari satu pihak yang kepentingannya diwakili oleh Kustodian.
f. Lembaga Kliring dan Penjaminan
Lembaga Kliring dan Penjaminan adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa, yaitu kontrak yang dibuat
oleh anggota bursa efek, yaitu perantara pedagang efek yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk mempergunakan sistem dan
atau sarana bursa efek menurut peraturan bursa efek, sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh bursa efek mengenai jual beli efek, pinjam meminjam efek,
atau kontrak lain mengenai efek atau harga efek, pinjam-meminjam efek, atau kontrak lain mengenai efek atau harga efek. Saat ini dilakukan oleh PT Kliring
Penjaminan Efek Indonesia KPEI.
M. Ali Tamba : Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Lembaga Arbitrase Dalam Penyelesaian Sengketa Pasar Modal Di Indonesia, 2007.
USU Repository © 2009
g. Wali Amanat
Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang. Bank Umum yang akan bertindak sebagai wali amanat wajib terlebih
dahulu terdaftar di Bapepam untuk mendapatkan surat tanda terdaftar sebagai wali amanat.
h. Pemeringkat Efek
Perusahaan pemeringkat efek adalah pihak yang menerbitkan peringkat-peringkat bagi surat utang debt securities, seperti obligasi dan commercial paper. Sampai
saat ini bapepam telah memberikan izin usaha kepada dua perusahaan pemeringkat efek yaitu PT Pefindo dan PT Kasnic Duff Phelps Credit Rating
Indonesia.
2. Pengertian Arbitrase
Pengertian arbitrase termuat dalam pasal 1 angka 8 Undang-undang Arbitrase dan alternatif Penyelesaian Sengketa Nomor 30 tahun 1999: “Lembaga arbitrase
adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga dapat memberikan
pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa”.
Dalam pasal 5 Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 disebutkan bahwa: “sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanyalah sengketa di bidang
M. Ali Tamba : Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Lembaga Arbitrase Dalam Penyelesaian Sengketa Pasar Modal Di Indonesia, 2007.
USU Repository © 2009
perdagangan dan hak yang menurut hukum dan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa”.
Dalam banyak perjanjian perdata, klausula arbitrase banyak digunakan sebagai pilihan penyelesaian sengketa. Pendapat hukum yang diberikan lembaga
arbitrase bersifat mengikat binding oleh karena pendapat yang diberikan tersebut akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian pokok yang dimintakan
pendapatnya pada lembaga arbitrase tersebut. Setiap pendapat yang berlawanan terhadap pendapat hukum yang diberikan tersebut berarti pelanggaran terhadap
perjanjian breach of contract – wanprestasi. Oleh karena itu tidak dapat dilakukan perlawanan dalam bentuk upaya hukum apapun. Putusan arbitrase bersifat mandiri,
final dan mengikat seperti putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap sehingga ketua pengadilan tidak diperkenankan memeriksa alasan atau pertimbangan
dari putusan arbitrase nasional tersebut. Menurut Black’s Law Dictionary: “arbitration, an arrangement for taking an
abiding by the judgement of selected persons in some disputed matter, instead of carrying it to establish tribunals of justice, and is intended to avoid the formalities, the
delay, the expense and vexation of ordinary ligitation”. Menurut pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu
sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase
M. Ali Tamba : Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Lembaga Arbitrase Dalam Penyelesaian Sengketa Pasar Modal Di Indonesia, 2007.
USU Repository © 2009
yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Pada dasarnya arbitrase dapat terwujud dalam 2 dua bentuk, yaitu:
8
1. klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat
para pihak sebelum timbul sengketa factum de compromitendo; atau 2.
suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa akta kompromis.
Sebelum undang-undang arbitrase berlaku, ketentuan mengenai arbitrase diatur dalam pasal 615 sd 651 Reglemen Acara Perdata Rv. Selain itu, pada
penjelasan pasal 3 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Pokok- Pokok Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa penyelesaian perkara di luar
pengadilan atas dasar perdamaian melalui wasit arbitrase telah diperbolehkan. Keberadaan arbitrase sebagai salah satu alternate penyelesaian sengketa
sebenarnya sudah lama dikenal meksipun jarang diperguankana. Arbitrase diperkenalkan di Indonesia bersamaan dengan dipakainya Op De Rechrverordering
RV dan Het Herziene Indonesisch Reglement HIR ataupun Rechtsreglement Bitewengesten RBg, karena semula arbitrase ini diatur dalam pasal 615 sd 651
Reglement Op De Rechtverdering. Ketentuan-ketentuan tersebut sekarang ini sudah tidak berlaku lagi dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 30 tahun 1999.
Dalam UU No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman, keberadaan arbitrase dapat dilihat dalam penjelasan pasal 3 ayat 1 yang antara lain menyebutkan bahwa
penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui arbitrase
8
Suyud Margono, ADR dan Arbitrase: Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2000. hal. 57
M. Ali Tamba : Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Lembaga Arbitrase Dalam Penyelesaian Sengketa Pasar Modal Di Indonesia, 2007.
USU Repository © 2009
tetap diperbolehkan, akan tetapi putusan arbitrase hanya mempunyai kekuatan eksekutorial setelah memeroleh izin atau perintah untuk dieksekusi dari pengadilan.
9
Arbitrase dapat berupa arbitrase sementara ad-hoc maupun arbitrase melalui badan permanent institusi. Arbitrase Ad-hoc dilaksanakan berdasarkan aturan-
aturan yang sengaja dibentuk untuk tujuan arbitrase, misalnya Undang-undang No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa atau UNCITRAL.
Arbitration Rules. Pada umumnya arbitrase ad-hoc ditentukan berdasarkan perjanjian yang menunjukkan penunjukan majelis arbitrase serta prosedur pelaksanaan yang
disepakati oleh para pihak. Penggunaan arbitrase Ad-hoc perlu disebutkan dalam sebuah klausul arbitrase. Arbitrase institusi adalah suatu lembaga permanent yang
dikelola oleh berbagai badan arbitrase berdasarkan aturan-aturan yang mereka tentukan sendiri. Saat ini dikenal berbagai aturan arbitrase yang dikeluarkan oleh
badan-badan arbitrase seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI, atau yang internasional seperti the rules of arbitration dari the international chamber of
commerce ICC di Paris, the arbitration rules dari the international centre for settlement of investment disputes ICSID di Washington. Badan-badan tersebut
mempunyai peraturan dan sistem arbitrase sendiri-sendiri.
10
BANI Badan Arbitrase Nasional Indonesia memberi standar klausul arbitrase sebagai berikut: “semua sengketa yang timbul dari perjanjian, akan
diselesaikan dan diputus oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI menurut
9
Erman Rajagukguk, Arbitrase dalam Putusan Pengadilan, Chandra Pratama, Jakarta, 2001. hal. 78
10
Ibid
M. Ali Tamba : Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Lembaga Arbitrase Dalam Penyelesaian Sengketa Pasar Modal Di Indonesia, 2007.
USU Repository © 2009
peraturan-peraturan prosedur arbitrase BANI, yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa, sebagai keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir.
Menurut Priyatna Abdurrasyid, ketua BANI yang diperiksa pertama kali adalah klausul arbitrase. Artinya ada atau tidaknya, sah atau tidaknya, sah atau
tidaknya klausul arbitrase, akan menentukan apakah suatu sengketa akan diselesaikan melalui jalur arbitrase. Priyana menjelaskan bahwa bisa saja klausul atau perjanjian
arbitrase dibuat setelah sengketa timbul.
11
F. Metode Penelitian