Cara Penularan TINJAUAN PUSTAKA

Hendra Sinarta Ketaren : Karakteristik Dan Kondisi Lingkungan Rumah Penderita Penyakit Leptospirosis Pada Beberapa KabupatenKota Di Propinsi NAD Tahun 2007, 2009. USU Repository © 2009 negara berkembang kecuali daerah kutub. Penyakit ini dapat terjadi sebagai resiko pekerjaan occupational hazard menyerang petani padi dan tebu, pekerja tambang, dokter hewan, peternak, peternak sapi perah, pekerja yang bekerja di pemotongan hewan, nelayan dan tentara. KLB dapat terjadi pada orang-orang yang terpajan dengan sungai, kanal dan danau yang airnya tercemar dengan urine binatang peliharaan dan binatang liar atau tercemar jaringan binatang yang terinfeksi. Penyakit ini terutama menyerang laki-laki terkait dengan pekerjaannya namun cenderung terjadi peningkatan jumlah penderita pada anak-anak di daerah perkotaan. Chin, 2000. Di pulau-pulau Pasific infeksi Leptospirosis adalah infeksi yang paling sering terjadi pada populasi manusia Anonim, 2006 WHO melaporkan bahwa dari suatu studi domestik yang dilakukan terhadap 107 pasien yang didiagnosa menderita Leptospirosis sekitar 90 adalah laki-laki, yang umumnya memiliki resiko lebih besar karena keterpapaparan mereka pada air yang terkontaminasi dalam dunia kerja WHO, 1989.

2.7. Cara Penularan

Manusia terinfeksi Leptospira melalui kontak dengan air, tanah lumpur, tanaman yang telah di kotori oleh air seni dari hewan-hewan penderita Leptospirosis. Tempat masuknya Leptospira biasanya melalui kulit yang terluka atau mukosa, pada kulit yang utuh, infeksi dapat terjadi setelah kontak lama dengan air yang terkontaminasi Leptospira, kadang-kadang melalui saluran pencernaan dari makanan yang terkontaminasi oleh urine tikus yang terinfeksi. Dep.Kes. 2005. Hendra Sinarta Ketaren : Karakteristik Dan Kondisi Lingkungan Rumah Penderita Penyakit Leptospirosis Pada Beberapa KabupatenKota Di Propinsi NAD Tahun 2007, 2009. USU Repository © 2009 Masuknya kuman Leptospira pada hospes secara kualitatif berkembang bersamaan dengan proses infeksi pada semua serevoar Leptospira, namun masuknya kuman secara kuantitatif berbeda bergantung : agen, host dan lingkungan. Kuman Leptospira akan masuk dalam peredaran darah yang di tandai dengan adanya demam dan berkembang pada target organ serta akan menunjukkan gejala infeksi pada organ tersebut. Gejala yang khas pada penyakit ini yaitu timbulnya rasa nyeri pada otot, terutama otot betis. Apabila dipegang, otot betis terasa nyeri sekali. Demikian pula pada otot-otot lain, biasanya otot-otot punggung bagian bawah dan otot-otot paha juga terasa nyeri. Gejala demikian biasanya juga bercampur dengan kelelahan, terutama setelah bekerja keras. Nafsu makan berkurang, merupakan gajala lain pada penyakit ini. Bahkan sebagian penderita tidak ada nafsu makan sama sekali. Penderita merasa mual sampai muntah-muntah hebat, kadang-kadang justru disertai diare. Manifestasi perdarahan juga merupakan tanda khas dari leptospirosis, berupa muntah darah, terdapat darah dalam tinja, perdarahan di bawah kulit. Sering pula kelihatan pembuluh darah halus yang tampak membayang pada selaput bening mata maupun hulu kerongkongan. Kuman ini akan tinggal beberapa hari pada organ seperti hati, limpa, ginjal dengan ditandai perubahan patologis. Hati dapat membesar dan disertai gejala serta tanda mirip orang sakit kuning hepatitis, yaitu selaput lendir serta kulit berwarna kuning. Anies, 2005 Masa penularan 4 – 19 hari, rata-rata 10 hari. Leptospira berada dalam air seni penderita 1 bulan, tetapi menurut pengamatan pada hewan dan manusia yang Hendra Sinarta Ketaren : Karakteristik Dan Kondisi Lingkungan Rumah Penderita Penyakit Leptospirosis Pada Beberapa KabupatenKota Di Propinsi NAD Tahun 2007, 2009. USU Repository © 2009 terinfeksi leptospira, air seninya masih mengandung Leptospira sampai 11 bulan dari sakit Dep.Kes., 2005.

2.8. Reservoir