Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara Republik Indonesia adalah memajukan
kesejahteraan umum dan kemudian dalam pokok pikiran yang kedua dari Pembukaan UUD 1945 tersebut dinyatakan bahwa negara hendak mewujudkan
keadilan sosoial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemudian di dalam GBHN dinyatakan juga bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan
suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila yang akan diwujudkan melalui pembangunan di berbagai
bidang kehidupan terutama bidang perekonomian. Pembangunan bidang perekonomian meliputi segala sektor-sektor seperti pertanian, indistri,
pertambangan dan energi, perhubungan, koperasi, jasa-jasa dan lain sebagainya. Untuk mencapai segala tujuan yang dicita-citakan tersebut, tidak lain
adalah bagaimana upaya yang dilakukan untuk dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Peran pemerintah dalam hal ini harus dapat aktif, karena sebagian
penduduk Indonesia tergolong dalam masyarakat ekonomi lemah. Pemerintah dapat berperan melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan di bidang perekonomian.
Di bidang perekonomian yang penekanannya terutama dalam bidang usaha, dimana bidang usaha merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
bangsa yang harus mendapat penanganan yang khusus.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Apabila dilihat dari jumlah pemilik perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi perusahaan perorangan dan perusahaan persekutuan. Perusahaan
perorangan didirikan dan dimiliki oleh satu orang pengusaha. Perusahaan persekutuan didirikan oleh beberapa orang pengusaha yang bekerja sama dalam
persekutuan.
1
1. Badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah penguasa atau lazim disebut Badan Usaha Milik Negara BUMN seperti Perusahaan Umum Perum dan
Perusahaan Perseroan Persero. Dilihat dari status pemiliknya perusahaan diklasifikasikan sebagai
perusahaan swasta dan perusahaan-perusahaan negara. Perusahaan swasta didirikan oleh negara lazim disebut sebagai Badan Usaha Milik Negara BUMN.
Dilihat dari klasifikasi badan hukum berdasqarkan eksistensinya yaitu:
2. Badan hukum yang diakui oleh pemerintah yang merupakan milik swasta seperti Perseroan Terbatas, Koperasi.
3. Badan hukum yang diperbolehkan atau untuk tujuan tertentu yang bersifat ideal seperti yayasan pendidikan, sosial, keagamaan dan lain-lain sebagainya.
Sekarang ini perkembangan perusahaan sangat pesat sehingga perlu ada aturan-aturan yang secara khusus mengaturnya. Seperti halnya Perseroan Terbatas
pemerintah dalam hal ini telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, sedangkan untuk Koperasi pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992. Pengaturan mengenai bentuk usaha diatas sangat diperlukan, hal ini untuk tercapainya kepastian hukum sebagaimana yang dicita-
citakan masyarakat.
1
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002 hal. 45.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dan kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan yang
merupakan suatu perubahan yang mendasar dalam bidang hukum Yayasan. Selama ini pengaturan Yayasan hanya melalui yurisprudensi dan kebiasaan-
kebiasaan saja. Dengan diadakannya pengaturan tersendiri mengenai Yayasan merupakan suatu penegasan pengakuan eksistensi Yayasan sebai subyek hukum.
Sebelumnya, Yayasan selama ini dianggap sebagai badan hukum hanya melalui teori-teori hukum, sehingga apabila diperhatikan perkembangan Yayasan
pada saat ini cukup pesat. Hal ini diakibatkan belum adanya pengaturan hukum secara tegas mengenai Yayasan, sehingga masyarakat dapat mudah mendirikan
Yayasan. Dalam mendirikan Yayasan ada kecenderungan bahwa masyarakat
mendirikan Yayasan dengan maksud berlindung dibalik status badan hukum Yayasan yang tidak hanya digunakan sebagai wadah pengembangan kegiatan
sosial, keagamaan, kemanusiaan melainkan adakalanya juga Yayasan digunakan untuk memperkaya diri dari para Pendiri, Pengurus dan Pengawas. Hal ini tidak
sejalan dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam anggaran dasar Yayasan, pada pihak lain ada dugaan Yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang
berasal dari para pendiri atau pihak lain dengan cara melawan hukum.
2
Undang-Undang tentang Yayasan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 sudah melambangkan fungsi kreatif
dengan membatasi tujuan Yayasan dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan sekaligus mencoba mengkoordinir dan melembagakan Yayasan
2
Ibid, hal. 54.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
yang hendak melaksanakan fungsi komersialnya. Namun Undang-Undang menghendaki transparansi finansial terhadap pembukuan keuangan Yayasan. Hal
ini memberi kesempatan pada Kejaksaan dan Pengadilan untuk melakukan pengawasan publik.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan memberikan peluang kepada Yayasan
untuk mencari keuntungan. Hal senada juga disampaikan oleh H. Abdul Muis, dikatakan bahwa
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 memberi peluang kepeda Yayasan untuk berbisnis dan selain itu Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk
menunjang pencapaian maksud dan tujuan dengan cara mendirikan badan usaha dan atau ikut serta dalam badan usaha.
3
Bergesernya tujuan ideal dan sosial ke arah tujuan komersial merupakan tuntutan zaman, agar misi Yayasan dalam mencapai tujuan bias tercapai. Tanpa
adanya dana yang memadai tentu saja Yayasan tidak bisa berkembang dan mengembangkan diri. Pada mulanya tidak komersial itu dilakukan sifatnya
temporer yaitu dilakukan hanya sewaktu-waktu saja dan tidak berkesinambungan.
4
Oleh karena itu dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 2004 memberikan pemahaman yang benar kepada
3
Harian Medan Pos, Sabtu 22 Juni 2002.
4
Abdul Muis, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Membuka Peluang Yayasan Berkarakter Komersial. Makalah disajikan pada seminar Sehari Sosialisasi Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, diselenggarakan oleh Kerjasama Fakultas Hukum USU Dengan Paguyuban Marga Tionghoa Sumatera Utara di Polonia Hotel pada tanggal 22 Juni 2002,
hal. 1.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
masyarakat mengenai Yayasan, menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi.
Pendirian Yayasan dilakukan dengan akta notaris dan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri
Kehakiman dan Hak Azasi Manusia atau pejabat yang ditunjuk. Ketentuan tersebut dimaksudkan agar penataan administrasi pengesahaan suatu Yayasan
sebagai badan hukum dapat dilakukan dengan baik guna mencegah berdirinya Yayasan tanpa melalui prosedur yang ditentukan dalam Undang-Undang ini.
Dalam rangka memberikan pelayanan dan kemudahan bagi masyarakat permohonan pendirian Yayasan dapat diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Yayasan tersebut. Dan setelah Yayasan memperoleh
pengesahan haruslah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar registrasi Yayasan dengan pola penerapan administrasi
hukum yang baik dapat mencegah praktek perbuatan hukum yang dilakukan Yayasan yang dapat merugikan masyarakat.
5
Dalam kondisi sekarang ini banyak dijumpai Yayasan-Yayasan hanya berkedok sebagai badan hukum. Sehingga pendirian Yayasan hanya bertujuan
untuk memperkaya para pengurusnya saja. Di pihak lain sangatlah mudah dam hal Dalam hal ini, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 merupakan
Undang-Undang baru setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 berisi tentang perubahan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001.
5
Chatamarrasjid, Badan Hukum Yayasan Suatu Analisis Mengenai Yayasan Sebagai Suatu Badan Hukum Sosial, Penerbit PT. Cita Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 3.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
pendirian Yayasan. Pendirian Yayasan selama ini hanya berdasrkan kebiasaan- kebiasaan dan yurisprudensi yang ada.
Sejalan dengan kecenderungan tersebut timbul pula berbagai masalah, baik masalah yang berkaitan dengan kegiatan Yayasan yang tidak sesuai dengan
anggaran dasar maupun masalah sengketa antara pengurus, pendiri dengan pengawas ataupun pihak-pihak lain.
B. Perumusan Masalah