Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat diangkat menjadi Pengawas Yayasan manapun.
Ketentuan dalam Pasal 47 Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 diatas, memperlihatkan bahwa
pengawas tidak boleh menimbulkan kerugian bagi yayasan, yang disebabkan ketidakcakapannya ataupun kelalaiannya. Hal ini menunjukkan bahwa pengawas
dalam menjalankan tugasnya juga bertolak dari duty of skill and care.
B. Pertanggung Jawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Harta Suatu
Yayasan
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Yayasan, berarti telah terjadi reformasi terhadap yayasan dan perlu segera ditindaklanjuti terutama yang
berhubungan dengan Anggaran Dasar Yayasan. Reformasi yang perlu dilakukan memang bersifat mendasar, yaitu mencakup aspek organ yayasan Pembina,
pengurus, dan Pengawas serta wewenangnya masing-masing unsur organ yayasan, pengelolaan harta yang menjadi jelas harta terpisah tanpa mengenal
pemilik sehingga tidak menjadi arena “penyembunyian” harta oleh para pendirinya, dan pengelolaan yayasan bersifat sukarela berdasar pada
kesanggupan seseorang untuk menjadi anggota yayasan tetapi hqarus professional. Harta yayasan merupakan harta yang terpisahkan. Artinya, yayasan
dianggap sebagai entitas hokum tersendiri, tidak mengenal pemilik seeperti
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
lazimnya pada perusahaan. Oleh karena itu harta yayasan harus dikelola secara professional.
68
Selama ini ada kesan bahwa pengelolaan yayasan masih menggunakan pendekatan tradisional karena berbagai alasan.
69
Alasan tersebut antara lain
70
1 Pengurus mengelola yayasan bersifat sukarela sosial dan tidak berdasar profesional. Hal ini disebabkan para pengurus sudah memiliki kesibukan
rutin yang relatif banyak menyita waktunya sehingga mereka hanya memiliki waktu terbatas untuk mengurusi yayasan.
:
2 Sumber penghasilan yayasan lebih banyak mengandalkan pada sumbangan, bantuan, ataupun hibah. Yayasan dipandang ‘tabu’ untuk
memperoleh keuntungan dari kegiatan yang dilakukannya. Karena dikategorikan sebagai organisasi nirlaba not-for-profit organization.
3 Yayasan digunakan untuk menampung harta kekayaan yang berasal dari pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum. Hal
ini menyebabkan para pendiri lebih berkuasa dan menentukan arah dan nasib yayasan tersebut.
4 Pendirian yayasan digunakan untuk memperkaya diri para pendiri, pengurus, dan pengawasa.
Sebagaimana diungkapkan dalam penjelasan atas Undang-undang Yayasan, latar belakang dilakukannya reformasi yayasan adalah :
68
YB Sigit Hutomo dalam The Jakarta Consulting Group Editor pada 360 Approach on
Foundation, hal. 123
69
HP. Pangabean,Kasus Aset Yayasan dan Upaya Penanganan Sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta : Penerbit Pustaka Sinar Harapan, 2002, hal. 62.
70
YB Sigit Hutomo dalam The Jakarta Consulting Group Editor pada 360 Approach on
Foundation, Loc.cit.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
a Untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat tentang yayasan.
b Menjamin kepastian dan ketertiban hukum. c Mengembalikan fungsi yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Dengan demikian pengelolaan yayasan yang selama ini dilakukan secara
konvensional perlu dilakukan penataan ulang dan pembenahan diri. Pengelolaan yayasan secara profesional, akuntabilitas publik yang lebih terbuka transparansi
dan efisiensi dalam pengelolaan kegiatan operasionalnya menjadi kebutuhan pokok dalam memasuki era reformasi ini. Paradigma dalam pengelolaan yayasan
telah bergeser dari pendekatan sosial – tradisional manjadi pendekatan transparan – profesional.
Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Hal ini memberi maknna bahwa kekayaan yayasan terpisah dari kekayaan pendiri. Selain itu,
yayasan merupakan subyek hukum entitas hukum mandiri yang tidak bergantung dari keberadaan organ yayasan. Artinya, organ yayasan bukanlah
pemilik yayasan melainkan sebagai pengelola kelangsungan hidup yayasan. Organ yayasan bertanggungjawab penuh terhadap pengelolaan kekayaan untuk mencapai
maksud dan tujuan yayasan. Prinsip yayasan sebelumnya memang jauh dari transparansi. Hanya Dewan
Penyantun, pembina dan pengurus yayasan yang mengetahui jumlah kekayaan sebuah yayasan. Orang di luar struktur ini tidak berhak untuk turut campur dalam
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
urusan yayasan. Kini dengan aturan yang baru, sebuah yayasan dipaksa untuk transparan. Setiap tahun, yayasan wajib untuk mengumumkan jumlah keuangan
kepada publik. Pengumuman ini wajib ditempel di kantor yayasan yang bersangkutan. Bila terdapat kemungkinan penyelewengan dana, pihak kejaksaan
berhak untuk melakukan penyidikan. Selain itu ketentuan yang mengatur bahwa yayasan yang sebagian
kekayaannya berasal dari bantuan negara, bantuan luar negeri dan atau sumbangan masyarakat melebihi Rp. 500 juta atau mendapat wakaf senilai Rp. 20 miliar
wajib diaudit oleh akuntan publik. Hasil audit ini harus diumumkan di media masa. Bila terdapat kemungkinan penyelewengan dana, pihak berwajib berhak
untuk melakukan penyidikan. Undang-Undang Yayasan juga menyatakan bahwa sebuah yayasan harus
bergerak di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan dan tidak mempunyai anggota. Ia dapat diperbolehkan dan dapat melakukan kegiatan usaha untuk
menunjang pencapaian maksud dan tujuannya. Yayasan ini boleh mendirikan badan usaha atau ikut serta dalam penyertaan modal paling banyak
25 dari seluruh kekayaan yayasan yang tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundangan yang berlaku.
71
Pengalihan harta kekayaan pendiri dapat menjadi kekayaan awal suatu yayasan. Pengalihan harta tersebut, dapat berupa uang dan barang baik berwujud
maupun tidak berwujud, dan akan menjadi kekayaan terpisahkan dari pendiri atau pemiliknya yang dapat digunakan oleh yayasan untuk mencapai maksud dan
tujuannya. Kondisi seperti ini menjadi syarat materiil dari suatu yayasan. Anggota
71
www.yahoo.com . Kalimantan Utama “Pro Kontra UU Yayasan”, 24 Maret 2005
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
organ yayasan pun bukan merupakan pemilik yayasan sehingga wajib mempertanggungjawabkan penggunaan harta tersebut untuk mencapai tujuan
yayasan. Selain uang dan barang dari pendiri, yayasan dapat memperoleh harta
berbentuk : 1. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat, yaitu sumbangan atau
bantuan sukarela yang diterima yayasan, baik dari Negara, masyarakat maupun dari pihak lain yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
72
2. Wakaf, yakni wakaf
73
yang berasal dari orang atau dari badan hukum. Yayasan yang kekayaannya berasal dari wakaf akan diberlakukan hukum
perwakafan.
74
3. Hibah, yakni hibah
75
4. Hibah wasiat legaat, merupakan pemberian yang dituliskan atau diucapkan sebagai wasiat yakni sebagai kehendak terakhir si pemberi
hibah wasiat dan berlaku setelah meninggalnya si pemberi wasiat si dari orang atau dari badan hukum. Hibah yang
diberikan hendaknya berupa benda bergerak yang dapat dimiliki, yang tidak habis karena pemakaian atau benda tidak bergerak yang dapat
dimiliki, yang bersifat produktif dapat memberikan nilai tambah bagi kekayaan yayasan.
72
Sebagaimana diatur dalam Pasal 26 Ayat 2 Undang-Undang No. 282004 jo. Undang- Undang No. 162001 tnetang Yayasan.
73
Pengertian wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian benda miliknya dan
melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.
74
Sebagaimana diatur dalam Pasal 26 Ayat 3 Undang-Undang No. 282004 jo Undang- Undang No. 162001 tentang Yayasan.
75
Hibah berasal dari bahasa Arab yang berarti pemberian
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
meninggal. Apabila yayasan yang memperoleh hibah wasiat berupa benda yang oleh peraturan perundang-undangan tidak dapat dimiliki oleh
yayasan, maka dianggapbahwa yayasan telah menolak hibah wasiat tersebut.
5. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar yayasan danatau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud
dengan “perolehan lain” adalah dividen, bunga tabungan bank, sewa gedung, atau perolehan dari hasil usaha yayasan. Adanya dividen sebagai
perolehan lain yang disebutkan dalam Undang-Undang Yayasan sebagai bagian kekayaan yayasan menunjukkan bahwa yayasan diperkenankan
untuk mendirikan danatau ikut serta memiliki penyertaan pada perusahaan lain berbentuk perseroan terbatas dalam batas-batasa yang ditentukan
dalam Undang-Undang Yayasan tersebut.
76
6. Bantuan pemerintah 7. Bantuan dari luar negeri
Sedangkan yang menjadi sumber kekayaan yayasan yaitu pendiri, donatur, wakaf, pemerintah, luar negeri, dan hasil kegiatan usaha. Pendiri yayasan dapat
orang pribadi, orang asing, dan badan. Jumlah minimum harta kekayaan awal yayasan yang dipisahkan dari kekayaan pribadi harus dicantumkan dalam
anggaran dasar yayasan. Jumlah minimum kekayaan ini diatur dengan peraturan pemerintah. Kekayaan yayasan, apapun bentuknya harus dipisahkan dari
kekayaan pendiri atau pihak lain yang memberikan donasi.
76
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit. hal. 53
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Pengelolaan kekayaan dan pelaksanaan kegiatan yayasan dilakukan sepenuhnya oleh pengurus. Pembina mempunyai kedudukan tertinggi di dalam
yayasan dan memiliki wewenang unuk memutuskan mengenai perubahan anggaran dasar, mengangkat dan memberhentikan anggota pengurus dan
pengawas, menetapkan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayaan, mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan,
serta menetapkan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan. Sedangkan pengurus berkewajiban merencanakan, mengelola, dan mengendalikan
kegiatan operasional yayasan serta menciptakan nilai tambah value added atau value for money, terhadap harta yayasan guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam menjalankan tugas tersebut, pengurus dapat mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegiatan yayasan. Pengawas berfungsi untuk
mengawasi dan memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan.
77
Visi dan misi yayasan perlu dirumuskan secara jelas dan tegas sebagai dasar untuk memberi arah dalam perencanaan strategis yayasan. Visi, misi, tujuan
serta aspek strategik lainnya harus disusun oleh pengurus yayasan. Sumber pendanaan yayasan biasanya menjadi fokus perhatian pengurus karena pengurus
yayasan menjadi penentu eksistensi yayasan itu sendiri. Misalnya yayasan anak yatim piatu mempunyai kegiatan pokok untuk membantu anak-anak yang terlantar
karena mereka tidak memiliki orang tua. Tentu yayasan ini memerlukan sumber dana untuk membiayai kegiatan operasional bagi anak-anak asuhannya seperti
biaya konsumsi, pakaian, sekolah dan keperluan lainnya. Karena anak-anak
77
YB Sigit Hutomo dalam The Jakarta Consulting Group Editor pada 360 Approach on
Foundation, Op.Cit.hal. 127.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
asuhan yayasan tersebut tidak membayar uang sepeser pun, maka pengurus yayasan memperoleh sumbangan atau donasi dari para dermawan.
Untuk membantu memperoleh sumber pendapatan lain serta mengembangkan yayasan, pengurus diperbolehkan melakukan kegiatan usaha
dengan mendirikan suatu badan uaha. Badan usaha tersebut sebaiknya diselaraskan dengan maksud dan tujuan yayasan. Namun di dalam Undang-
Undang Yayasan tidak dijelaskan lebih lanjut kriteria kegiatan usaha yang dengan maksud dan tujuan yayasan tersebut. Maksud dibentuknya badan usaha adalah
yayasan diharapkan dapat memperoleh tambahan kekayaan berupa keuntungan yang dapat digunakan untuk menopang kegiatan sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan. Misalnya, Yayasan Penderita Anak Cacat membentuk unit usaha berupa toko kerajinan tangan, hasil kreasi dari peserta didiknya. Keuntungan dari
kegiatan usaha toko tersebut akan menjadi sumber penghasilan yayasan. Hasil kegiatan usaha ini digunakan untuk mendukung program dan kegiatan pokok
yayasan, tidak boleh dialihkan atau dibagikan, baik langsung maupun tidak langsung kepada pembina, pengurus, maupun kepada pengawas.
78
78
Ibid. hal.129
Dengan demikian menurut Undang-Undang Yayasan, yayasan diperbolehkan melaksanakan kegiatan komersial seperti halnya perusahaan.
Pengurus yayasan tidak dapat hanya megandalkan sumber dana dari donatur atau sumbangan lain tetapi juga mencari sumber dana lain yang memberikan nilai
tambahan dengan melakukan kegiatan usaha seperti pentas seni anak, turnamen, pameran lukisan anak, seminar dan sebagainya. Kegiatan komersial ini dapat
dilakukan oleh pelaksana yang ditunjuk oleh pengurus yayasan.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Harta kekayaan yang dimiliki oleh yayasan terutama digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional yayasan. Harta asset yayasan digunakan
untuk membayar berbagai macam biaya operasional yang terjadi, tidak termasuk biaya-biaya yang harus dibayar untuk keperluan pembina, pengurus dan pengawas
dalam rangka menjalankan yayasan seperti gaji, upah dan honor tetap bagi pembina, pengurus dan pengawas yayasan. Selain itu, biaya pembuatan akta
notaris, biaya pengumuman pendirian yayasan, biaya publikasi ikhtisar laporan keuangan di surat kabar juga termasuk sebagai pengeluaran yayasan. Dalam hal
ini ada suatu hal yang bersifat kontradiktif, mengingat dalam pengelolaan yayasan diharapkan lebih profesional, tetapi anggota organ yayasan tidak boleh diberi gaji
ataupun upah. Padahal organ yayasan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang tidak kecil. Kondisi demikian ini bertentangan dengan manajemen modern
yang profesional. Gaji atau upah merupakan hak dari setiap orang yang bekerja di suatu organisasi sehingga jika orang bekerja tidak berhak menerima gaji
sebenarnya menyimpang dari etika bisnis. Oleh karena itu agar organ yayasan dapat menjalankan fungsinya dengan semestinya, ada baiknya perlu dirancang
kemungkinan pemberian insentif lain. Namun adanya insentif ini masih tetap diartikan sebagai suatu bentuk pengalihan harta kepada organ yayasan yang mana
segala bentuk pengalihan ini dilarang dan sangsinya pun cukup berat hukuman penjara 5 tahun.
79
Apabila yayaan memiliki kegiatan komersial bisnis, maka pendapatan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan bisnis tersebut perlu dicatat
secara terpisah. Bahkan yayasan dapat membentuk badan usaha tersendiri yang
79
Ibid., hal. 129.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
mengelola kegiatan bisnis dari yayasan. Kegiatan uaha dari badan usaha yang dimiliki oleh yayasan dapat mencakup kesenian dan budaya, olahraga,
perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan.
Dalam kaitannya dengan menjalankan kegiatan komersial, yayasan juga diperkenankan untuk melakukan penyertaan investasi di perusahaan atau bentuk
uaha lain yang bersifat prospektif. Jumlah investasi yayasan ini maksimum 25 dari jumlah keseluruhan kekayaan yayasan. Misalnya, Yayasan Cipta Mandiri
yang bergerak di bidang pendidikan manajemen memiliki harta kekayaan senilai Rpp. 16 milyar.
Yayasan tersebut kemudian menanamkan sebagian hartanya dalam perusahaan pompa bensin. Menurut ketentuan Undang-Undang Yayasan Cipta
Mandiri diperkenankan melakukan penyertaan maksimum 25 dari total kekayaannnya.
Maka jumlah maksimum investasi yang diperkenankan adalah Rp. 4 milyar 25 x Rp. 16 milyar. Ketentuan ini dimaksudkan agar kegiatan pokok
yang bersifat sosial yayasan tidak terganggu oleh kegiatan komersialnya, atau yayasan tersebut tidak dikatakan sebagai semata-mata berorientasi pada laba.
80
80
Ibid. hal. 131.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan