Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Dari beberapa pengertian tentang yayasan yang telah diuraikan tersebut, maka kita setidaknya dapat menarik kesimpulan bahwa yayasan adalah
merupakan suatu lembaga yang bergerak dibidang sosial yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Hal mana berkaitan erat dengan kegiatan amal
filantropi yang merupakan bentuk ideal lembaga yayasan. Sedangkan menurut UUY dalam Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa
“Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan
kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota”.
Adapun yang terdapat dalam yayasan adalah : a. Yayasan terdiri atas kekayaan yang dipisahkan.
b. Kekayaan yayasan digunakan untuk mencapai tujuan yayasan. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan
kemanusiaan.
B. Sejarah Pendirian Yayasan
Mengenai pendirian yayasan, hal ini diatur dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 16 UUY. Menurut ketentuan Pasal 9 UUY, yayasan dapat didirikan oleh
satu orang atau lebih, baik WNI maupun oleh orang asing, dengan adanya pemisahan harta kekayaan sebagai harta kekayaan awal yayasan. Sedangkan yang
dimaksud dengan ‘orang’ menurut penjelasan Pasal 9 1 UUY adalah orang-
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
perorangan atau badan hukum. Jadi, berdasarkan ketentuan Pasal 9 UUY, yayasan dapat didirikan oleh :
a. Satu orang : 1. Orang Indonesia Warga Negara Indonesia;
2. Orang Asing Warga Negara Asing. b. Lebih dari satu orang :
1. Orang-orang Indonesia Warga Negara Indonesia; 2. Orang-orang Asing Warga Negara Asing;
3. Orang-orang Indonesia Warga Negara Indonesia dan orang-orang asing Warga Negara Asing.
c. Satu badan hukum : 1. Badan hukum Indonesia;
2. Badan hukum asing. d. Lebih dari satu badan hukum :
1. Badan hukum Indonesia; 2. Badan hukum Asing;
3. Badan hukum Indonesia Warga Negara Indonesia dan badan hukum asing Warga Negara Indonesia.
e. Adanya pemisahan harta kakayaan pendiri yang akan dijadikan sebagai kekayaan awal.
f. Berdasarkan wasiat. Lalu bagaimana halnya jika sebuah yayasan didirikan oleh percampuran
antara orang-perorangan dengan badan hukum, atau didirikan oleh beberapa orang dengan beberapa badan hukum?
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Mengenai hal ini, tidak ada diatur secara tegas oleh UUY, sehingga hal ini dianggap sah-sah saja, terlebih lagi jika melihat kepada tujuan dari yayasan yang
sifatnya mulia. Namun hal ini Arie Kusumastuti berpendapat lain, menurut penafsirannya.
20
Mengapa demikian? Menurutnya hal ini berkaitan erat dengan adanya kewajiban dari para pendiri yayasan untuk memisahkan sebagian harta kekayaan
pendirinya sebagai kekayaan awal yayasan. UUY telah mengatur secara tegas bahwa hal tersebut tidak
diperbolehkan.
21
Lebih lanjut ia berpendapat, barangkali para pembentuk UUY pada saat itu memikirkan bahwa apabila dilakukan pemisahan antara kekayaan pendiri
perorangan dengan pendiri badan usaha yang bersama-sama akan mendirikan suatu yayasan, maka hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan dikemudian
hari.
22
Dalam hal ini ada pemikiran seprti hal tersebut, maka pola pemikiran tersebut adalah tidak tepat. Karena menurut hematnya dapat saja pendiri
perorangan dan pendiri badan hukum sebelumnya sudah membuat perjanjian yang secara tegas menyetujui dan mengatur pemisahan harta kekayaan mereka yang
akan dimasukkan sebagai kekayaan awal yayasan.
23
Untuk langkah selanjutnya, pasal 9 2 menentukan bahwa pendirian yayasan dilakukan dengan akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
20
Arie Kusumastuti, “Hukum Yayasan di Indonesia hal. 74. ia berpendapat bahwa dalam penjelasan pasal 9 1 telah dinyatakan secara tegas dalam hal tersebut tidak dibolehkan dengan
adanya kata ‘atau’ … orang perorangan ‘atau’ badan hukum
21
Ibid,.
22
Ibid,.
23
Ibid,.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Apabila yayasan tersebut didirikan bersama-sama dengan pihak asing, maka hal tersebut diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Sebelum lahirnya UU No. 162001 dan UU No. 282004, bahwa pendirian yayasan di Indonesia hanya berdasarkan kebiasaan masyarakat dan yurisprudensi
Mahkamah. Fakta menunjukkan kecenderungan masyarakat mendirikan yayasan
dengan maksud untuk berlindung dibalik status badan hukum yayasan, yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkn kegiatan sosial, keagamaan dan
kemanusiaan, melainkan adakalanya bertujuan untuk memperkaya diri sendiri, pengurus dan pengawas.
Pendirian yayasan dilakukan dengan akta notaris dan menjadi Badan Hukum setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Perundang-
undangan dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia BNRI, ketentuan ini dimaksud agar register yayasan dengan pola penerapan
administrasi hukum yang baik dapat mencegah praktek perbuatan melanggar onrechtmatigedaad yang merugikan masyarakat, dan apabila ada kekayaan
yayasan berupa benda tidak bergerak misalnya : tanah bisa langsung tercatat atas nama yayasan.
24
Untuk mewujudkan mekanisme publik terhadap yayasan yang diduga melakukan perbuatan yang bertentangan dengan anggaran dasar atau merugikan
kepentingan umum. Maka kemungkinan pemeriksaan terhadap yayasan yang dilakukan oleh ahli berdasarkan penetapan pengadilan atas permohonan tertulis
pihak ketiga yang berkepentingan atau atas permintaan Kejaksaan dalam mewakili
24
Gunawan Widjaja, Suatu Panduan Komprehensif Yayasan Di Indonesia, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002, hal. 11.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
kepentingan khalayak umum. Misalnya dalam anggaran dasar yayasan bergerak dalam bidang pendidikan, tetapi dalam prakteknya yayasan tersebut bergerak
dalam bidang minyak tanah minyak lampu. Di Indonesia ternyata untuk menentukan pendapat-pendapat para ahli dan
yurisprudensi-yurisprudensi mengenai yayasan tersebut tidak mudah, tetapi dalam praktek hukum dan kebiasaan-kebiasaan membuktikan bahwa di Indonesia itu :
a. Dapat didirikan suatu yayasan. b. Yayasan mempunyai kedudukan sebagai badan hukum.
Dalam kenyataan yayasan-yayasan yang didirikan itu dalam dalam pergaulan hukumnya diakui mempunyai hak dan kewajiban sendiri, sebagai salah
satu pihak dalam hubungan hukumnya dengan subjek hukum yang lain. Dalm pasal 9 Undang-undang No. 16 Tahun 2001 jo Undang-undang No.
28 Tahun 2004 mengatakan bahwa yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal.
Dan pendirian yayasan tersebut dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia.
25
25
Chatamarrasjid, Badan Hukum Yayasan Suatu Analisis Mengenai Yayasan Sebagai Suatu Badan Hukum Sosial. Op Cit. hal. 22.
Selanjutnya pasal 10 ayat 2 Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pendirian yayasan dapat dilakuakan berdasarkan surat wasiat dengan penerima
wasiat bertindak mewakili pemberi wasiat. Bila pendirian yayasan dilakukan berdasarkan surat wasiat, maka hal
tersebut dianggap sebagai kewajiban yang ditujukan kepada ahli waris dan surat wasiat dianggap sebagai surat kuasa.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam hal yayasan didirikan berdasarkan surat wasiat dan ahli waris pendiri tidak melaksanakan kewajibannya, maka pengadilan dapat memerintahkan
ahli waris yang bersangkutan untuk melaksanakan kewajiban tersebut atas permintaan Kejaksaan. Contohnya dalam surat wasiat menyatakan bahwa ahli
waris menginginkan bahwa tanah wakafnya harus dibuat mesjid, tetapi dalam kanyataannya tanah tersebut digunakan untuk bidang pendidikan.
Menurut Ali Rido, dari hal-hal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mendirikan yayasan diperlukan :
26
1. Syarat Materiil yang terdiri dari : a. Harus ada suatu pemisahan harta kekayaan
b. Suatu tujuan tertentu c. Suatu organisasi
2. Syarat Formil dengan akta otentik Kekayaan awal yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan
dalam bentuk uang atau barang. Selain kekayaan yang berasal dari pemisahan harta kekayaan tersebut, yayasan dimungkinkan untuk memperoleh tambahan
harta kekayaan melalui : a Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;
b Wakaf; c Warisan;
d Hibah; e Hibah wasiat;
26
Ali Rido, Badan Hukum Dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Op Cit, hal. 13.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
f Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan danatau peraturan perundang-undangan yang berlaku;
g Bantuan pemerintah; h Bantuan dari luar negeri.
27
Menurut pendapat Scholten dan Pilto kedudukan badan hukum itu ada, jika organisasi itu merupakan suatu kesatuan sendiri, mempunyai kepribadian
sendiri, mempunyai tujuan sendiri dan mempunyai harta kekayaan sendiri atau dengan kata lain kedudukan badan hukum itu diperoleh bersama-sama dengan
berdirinya yayasan itu.
28
Berdasarkan Pasal 11 ayat 1 UUY, bahwa yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat 2 memperoleh pengesahan dari Menteri. Lebih jauh lagi ditegaskan dalam Pasal 11 ayat 1 Undang-undang No. 28 tahun 2004, kewenangan Menteri dalam
memberikan pengesahan akta pendirian yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Azasi
Manusia atas nama Menteri, yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan yayasan.
29
Dalam Pasal 12 ayat 4 pada perubahan UUY, Undang-undang No. 28 Tahun 2004 mengatakan bahwa pengesahan akta pendirian diajukan oleh pendiri
atau kuasanya dengan mengajuka permohonan tertulis kepada Menteri.
27
YB. Sigit Hutomo, Pengelolaan Harta Yayasan, Dalam Reformasi Yayasan Perspektif Hukum dan Manajemen, Yogyakarta : Andi, 2002, hal. 126.
28
Scholten, Dalam Ali Rido, Op Cit, hal. 14.
29
Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Pengesahan akta pendirian diberikan dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.
30
Ayat 2 Pasal 12 menyatakan bahwa dalam hal diperlukan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 1 pengesahan diberikan atau tidak
diberikan dalam jangka waktu :
31
a. Paling lambat 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal diterima jawaban permintaan pertimbangan diterima dari instansi terkait, atau
b. Setelah lewat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal jawaban permintaan pertimbangan kepada instansi terkait tidak diterima.
Dalam hal permohonan pengesahan ditolak Menteri wajib memberitahukan secara tertulis disertai dengan alasannya, kepada pemohon
mengenai penolakan tersebut. Alasan penolakan adalah bahwa permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan atau
peraturan pelaksanaannya. Akta dalam mendirikan yayasan itu memuat anggaran dasar dan
keterangan lain yang dianggap perlu. Anggaran dasar sekurang-kurangnya memuat :
32
a. Nama dan tempat kedudukan b. Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan
c. Jangka waktu pendirian d. Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam
bentuk uang atau benda.
30
Pasal 12 ayat 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.
31
Pasal 12 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.
32
Gunawan Widjaja, Suatu Panduan Komprehensif Yayasan Di Indonesia, Op Cit, hal. 15.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
e. Cara memperoleh dan menggunakan kekayaan f. Tata cara pengangkatan, pemberhentian dan penggantian anggota Pembina,
pengurus dan pengawas g. Hak dan kewajiban anggota pembina, pengurus dan pengawas
h. Tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan i. Ketentuan mengenai perubahan anggaran dasar
j. Penggabungan dan pembubaran yayasan dan k. Penggunan kekayaan sisa likuidasi dari atau penyaluran kekayaan yayasan
setelah pembubaran. Keterangan lain biasanya memuat sekurang-kurangnya nama, pekerjaan,
tempat dan tanggal lahir serta kewarganegaraan pendiri, pembina, pengurus dan pengawas.
Yayasan dapat didirikan untuk jangka waktu tertentu atau tidak tertentu.dalam hal ini, berarti lama pendirian yayasan harus diatur dan ditentukan
dalam Anggaran Dasar. Jika yayasan didirikan untuk jangka waktu tertentu, pengurus dapat mengajukan perpanjangan waktu pendirian kepada Menteri
Kehakiman dan Hak Azazi Manusia, paling lambat 1 satu tahun sebelum berakhirnya jangka waktu pendirian yayasan.
Selanjutnya menurut Chatamarrasjid, suatu yayasan sekurang-kurangnya harus meliputi sebagai berikut, yaitu :
1. Harus bertujuan sosial dan kemanusiaan; 2. Tujuan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, ketertiban umum dan kesusilaan;
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
3. Dana yayasan berasal dari harta kekayaan para pendri yang sesuai dengan tujuan pendirian yayasan
4. Kekayaan yang dipisahkan harus sesuai dengan tujuan pendirian yayasan;
5. Fasilitas yang diperoleh dan dana yang berhasil dihimpun harus digunakan sesuai dengan tujuan yayasan;
6. Yayasan dapat melakukan usaha yang menghasilkan laba, tetapi bukan tujuan dan harus digunakan untuk tujuan sosial;
7. Yayasan harus terbuka untuk partisipasi masyarakat; 8. Pertanggung jawaban pengurus harus jelas;
9. Yayasan harus ditujukan untuk menegakkan hak asasi manusia dan keadilan sosial;
10. Kalau yayasan bubar, kekayaan yayasan harus dilimpahkan pada badan atau yayasan yang bertujuan sama atau hamper sama;
11. Kayasan baik pendiriannya maupun peraturan lainnya harus diatur oleh atau dengan Undang-Undang.
33
Berakhirnya suatu yayasan dapat terjadi dalam beberapa cara, misalnya karena jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir,
tujuan telah atau tidak mungkin dicapai lagi, ataupun karena putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap berdasarkan alasan melanggar
ketertiban umum dan kesusilaan, pailit, atau karena hal-hal lain yang diatur dalam peraturan dari yayasan.
33
Abdul Muis, hal. 9.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Hal yang terpenting dalam mendirikan yayasan adalah mengenai nama yayasan, sebagaimana diatur dalam pasal 15 UUY yang menerangkan, bahwa
yayasan tidak boleh memakai nama yang :
34
a. Telah dipakai secara sah oleh yayasan lain atau b. Bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan
Nama yayasan harus didahului dengan kata ‘Yayasan’, dalam hal kekayaan yayasan berasal dari wakaf, kata wakaf dapat ditambahkan setelah kata
yayasan. Untuk lebih mengetahui tentang pendirian yayasan sebagai badan hukum
Indonesia, kita perlu mengetahui kedudukan yayasan menurut Undang-undang No.16 Tahun 2001 dan Undang-undang No. 28 Tahun 2004, yakni :
1. Landasan Hukum Peralihan Yayasan Sebagai Badan Hukum Dalam rangka memperoleh status badan hukum, maka yayasan harus
memenuhi syarat-syarat pendiri badan hukum tersebut. Pembentukan yayasan didalam hukum perdata terjadi dengan surat pengakuan akta diantara pendirinya
atau dengan surat hibahwasiat yang dibuat dihadapan notaris. Dalam akta tersebut ditetapkan maksudtujuan, nama, susunan dan badan pengurus, serta kekayaan
yang dipisahkan untuk mewujudkan tujuan yayasan itu. Jadi, yayasan sebagai badan hukum harus disyaratkan adanya :
35
1. Penunjukan suatu tujuan tertentu. 2. Penunjukan suatu organisasi.
3. Harus dapat pemisahan harta kekayaan.
34
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001
35
Chidir Ali, Badan Hukum, Bandung, Alumni, 1987, hal. 88.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam UU No. 162001 jo UU No. 282004 Pasal 9 secara tegas mengatakan bahwa yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan
memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Dalam praktek kenotariatan yayasan didirikan dengan akta notaris dan
sejak masa kemerdekaan akta-akta pendirian ditulis dalam bahasa Indonesia. Pendirian itu dilakukan oleh satu orang atau beberapa orang pendiri bersama-sama
dan selanjutnya sesudah aktanya selesai dilanjutkan dengan pendaftaran di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang dalam wilayah kerja tempat kedudukan
hukum yayasan itu berada. Pendaftaran itu dilakukan dengan menyerahkan satu helai tindasan dari
akta pendirian yayasan itu kepada petugas yang melayani pendaftaran itu dengan membayar biaya resmi pendaftarannya. Konsekwensi dari pendaftaran ini, karena
sifatnya berupa pengumuman tadi, maka setiap orang yang bermaksud hendak mengetahui eksistensi dalam komposisi pengurus yayasan bertanya kapada
pejabat yang menyelenggarakan pendaftaran yayasan di setiap Kepaniteraan Pengadilan tentang keberadaan suatu Yayasan. Sayangnya ketentuan register
keberadaan yayasan yang tersentralistik dengan system hukum di Indonesia tidak ada sehingga sangat sukar sekali untuk mengetahui atau mendeteksi berapa
jumlah riel dari yayasan yang didirikan menurut hukum di Indonesia. Sedangkan dalam UUY No. 162001 dan UUY No. 282004 tidak mengatur secara khusus
mengenai pendaftaran. Tujuan pendaftaran ini adalah sebagai pengumuman terhadap pihak ketiga
tentang keberadaan yayasan itu. Jadi jelasnya bahwa setiap orang yang ingin mengetahui keberadaan yayasan itu cukup pergi ke Pengadilan setempat dan
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
selanjutnya meminta keterangan pejabat disana tentang keberadaan suatu yayasan sekaligus mencari tahu siapa pengawas atang penanggung jawabnya.
Pada mulanya pendaftaran itu cukup dilakukan sesuai dengan prosedur tersebut diatas, akan tetapi sejak Menteri Kehakiman dijabat oleh Bapak Ismail
Saleh maka ketentuan sebelum pendaftaran dilakukan maka pengurus yayasan harus terlebih dahulu mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP atas nama
yayasan berikut fotocopinya diserahkan ke Kepaniteraan Pengadilan untuk dicocokkan dengan fotocopinya yang dilampirkan oleh pemohon pendaftaran dan
sesudah selesai dicocokkan maka salinan dari kartu NPWP itu dikembalikan kepada yang bersangkutan.
Konsekwensi perolehan status yayasan sebagai badan hukum itu adalah bahwa yayasan itu dapat bertindak sebagai subyek hukum hukum dalam hukum
dan karenanya dapat bertindak sebagai pendukung hak dan kewajiban, sekaligus dapat melakukan segala bentuk perbuatan hukum dalam lalu lintas hukum di
Indonesia dengan segala akibatnya. Dalam kiprahnya melakukan tindakan hukum yayasan dapat saja suatu
katika berhadapan dengan pihak lain di Pengadilan baik sebagai Penggugat maupun Tergugat dan dapat pula dinyatakan pailit seperti halnya pada PT dan
mungkin saja dapat dinyatakan tidak hadir tetapi yentu saja yayasan tidak dapat dinyatakan berada dibawah curatele sebab ia tidak dapat disamakan dengan
manusia dewasa uang harus memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dapat diletakkan dibawah curate.
36
36
Syahril Sofyan, Kajian Praktis Terhadap Beberapa Ketentuan Undang-Undang No. 162001 Tentang Yayasan, Makalah Disajikan dalam Seminar Sosialisasi UU No. 162001 tetang
Yayasan, hal. 6. di Hotel Polonia Medan, Tanggal 26 Juni 2001.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
2. Pertanggung jawaban Yayasan Sebagai Badan Hukum Terhadap Pihak ketiga. Dalam hubungan dengan tujuan sosial dari yayasan yang berkaitan dengan
organisasi yayasan bagaimana yang dikehendaki das sollen dan persoalan bagaimana agar yayasan tidak menyimpang dari tujuan semula, maka persoalan
kewenangan dan tanggung jawab pengawas amatlah sentral. Salah satu unsur yang lemah dalam konstruksi yayasan adalah bahwa
semua kekuasaan dan kewenangan dapat terkonsentrasi pada pengawas dan pengurus dan mutlak otonom. Yayasan jauh lebih naamloos tanpa nama dari
Naamloze Vennontschap PT atau perkumpulan. Yayasan tidak mempunyai suatu personen substraat seperti badan-badan hukum yang lain. Bila dalam perkumpulan
terdapat checks and balance adalah karena diberikan kepada rapat umum anggota perkumpulan kewenangan yang bersifat memaksa, tetapi hal seperti ini tidak
terdapat dalam yayasan.
37
Berbeda dengan manusia yang bertindak sendiri, yayasan sekalipun sebagai badan hukum merupakan subyek hukum mandiri, pada dasarnya adalah
orang ciptaan manusia articial person yang hanya dapat melakukan perbuatan hukum dengan perantaraan manusia selaku wakilnya. Ketergantungan yayasan
pada seorang wakil dalam melakukan perbuatan hukum menjadi sebab mengapa yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus dan Pengawas.
Menurut UUY No. 16 Tahun 2001 dan UUY No. 28 Tahun 2004 disebutkan mengenai tugas dan tanggung jawab pengurus, Pembina
dan pengawas.
37
Chatammarrsjid, Tujuan Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 79.
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Tanpa organ tersebut yayasan tidak dapat berfungsi dan mencapai tujuan untuk mana yayasan didirikan.
Tugas dan tanggung jawab Pembina, Pengurus dan Pengawas selaku organ yayasan bersumber pada ketergantungan yayasan kepada organ tersebut
mengingat bahwa yayasan tidak dapat berfungsi tanpa organ dan kekayaan, bahwa yayasan adalah sebab bagi keberadaan organ, karena apabila tidak ada yayasan,
maka juga tidak ada organ. Memperhatikan apa yang diuraikan di atas, kiranya salah bila dikatakan bahwa antara yayasan dan masing-masing organ terdapat
fiduciary duties hubungan kepercayaan yang melahirkan fiduciary duties bagi organ tersebut.
38
Hubungan kepercayaan atau fiduciary relationship antara yayasan dengan organ yang berarti bahwa keberadaan organ adalah semata-mata demi kepentingan
dan tujuan yayasan dipertegas dalam Pasal 3 ayat 2 UU No. 162001 jo UU No. 282004. Pada bagian penjelasan atas Pasal 3 ayat 2 tersebut bahwa ketentuan
dalam ayat ini sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan sehingga yang menjadi anggota Pembina, Pengurus
dan Pengawas yayasan harus bekerja secara sukarela tanpa menerima gaji, upah ataupun honor tetap.
39
38
Ibid, hal. 81.
39
Pasal 3 Ayat 2 UU No. 28 Tahun 2004 jo UU No. 16 Tahun 2001.
Selanjutnya untuk memastikan bahwa tidak ada benturan kepentingan antara kepentingan yayasan dengan kepentingan pribadi anggota
organ yayasan Pasal 7 ayat 3 melarang anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas yayasan untuk merangkap sebagai anggota Direksi atau pengurus dan anggota
Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang- Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.
USU Repository © 2009
Dewan Komisaris atau pengawas dari badan usaha yang didirikan oleh yayasan dimana yayasan memerlukan penyertaan.
40
C. Sifat, Maksud dan Tujuan Yayasan