Panutan atau Keteladanan Upacara atau Ritual

6. Karyawan selalu peduli terhadap semua permasalahan di unit kerjanya. 7. Karyawan selalu melaksanakan pengawasan melekat dan menindaklanjuti hasilnya. 8. Karyawan selalu melaksanakan tugas dan kewajiban dengan penuh inisiatif serta bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya. 9. Karyawan selalu melaksanakan komunikasi terbuka dengan saling mengingatkan, saling menghargai dan saling membimbing. 10. Karyawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya selalu dilandasi dengan semangat kebersamaan. 11. Karyawan selalu meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. 12. Karyawan selalu berusaha menjadi acuan bagi lingkungan kerjanya. Rumusan ini bertujuan untuk kenyamanan dan kepuasan nasabah serta mitra kerja Bank BNI.

3.3. Panutan atau Keteladanan

Panutan atau keteladanan adalah orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya karena keberhasilannya. Keteladanan seorang pemimpin sangat berperan dalam menentukan budaya korporat. Karena pimpinan dijadikan sebagai panutan atau tauladan oleh para bawahannya. Pemimpin harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin luhur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan teladan pimpinan yang baik maka kedisiplinan dan pemahaman karyawan terhadap budaya korporat pun akan ikut baik tetapi jika teladan pimpinan kurang atau tidak baik maka karyawan pun akan tidak baik. Pada Bank BNI yang menjadi panutan adalah pimpinan karena peranan pimpinan di dalam penerapan budaya korporat harus menjadi pendorong, penggerak, dan sebagai pengarah. Peranan pimpinan dan penyuluh budaya korporat selain sebagai motor penggerak Universitas Sumatera Utara juga merupakan prasyarat keberhasilan dan kesinambungan pelaksanaan budaya korporat di setiap unit Bank BNI. Dalam penerapan budaya korporat ini, Dwi Tunggal penggerak budaya korporat harus memberikan komitmen untuk: 1. Berpartisipasi secara aktif dalam menerapkan budaya korporat di unitnya. 2. Memberikan pengertian, penjelasan, dan motivasi rekan sekerja agar benar- benar ikut serta dalam menerapkan budaya korporat. 3. Memberikan contoh kepada rekan sekerja prilaku yang mencerminkan penerapan budaya korporat. 4. Memantau serta memberikan umpan balik tentang hasil pelaksanaan budaya korporat.

3.4. Upacara atau Ritual

Upacara atau ritual merupakan sebuah kegiatan atau acara-acara rutin yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan kepada karyawannya. Upacara juga digunakan untuk menjelaskan dan menegaskan nilai-nilai pokok perusahaan. Sasaran apa yang paling penting, karyawan seperti apa yang terpenting dan lain sebagainya. Adanya sosialisasi budaya korporat kepada karyawan yang sesuai dengan jawaban responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.6 Sosialisasi budaya korporat kepada karyawan melalui upacara, symbol, material, dan bahasa sehari-hari No. Jawaban yang tersedia Jumlah Persentase 1 Setuju 78 95,12 2 Tidak setuju 1 1,22 Universitas Sumatera Utara 3 Ragu-ragu 3 3,66 Jumlah 82 100 Sumber Data: Hasil Penelitian Angket Tahun 2007 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah karyawan yang menyatakan setuju sebanyak 78 orang atau sekitar 95,12, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1 orang atau 1,22. Dan yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 3 orang atau sekitar 3,66. Adapun upacara yang lazim dilaksanakan oleh Bank BNI untuk mensosialisasikan budaya korporat kepada karyawan adalah sebagai berikut: Ritual Penerimaan Karyawan Tidak peduli bagaimana baiknya proses penerimaan calon karyawan, setiap karyawan baru pasti tidak menerima informasi lengkap tentang budaya korporat ini. Dalam upacara penerimaan karyawan terdapat tiga tahapan yaitu: a. Tahap Prearival Dalam tahapan ini proses penghayatan terjadi sebelum calon karyawan memasuki unit kerja dalam suatu perusahaan. Tabel 3.7 Proses penghayatan terhadap budaya korporat dimulai sebelum calon karyawan perusahaan memasuki unit kerja No. Jawaban yang tersedia Jumlah Persentase 1 Setuju 79 96,34 2 Tidak setuju 1 1,22 3 Ragu-ragu 2 2,44 Jumlah 82 100 Sumber Data: Hasil Penelitian Angket Tahun 2007 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah karyawan yang menjawab setuju sebanyak 79 orang atau 96,34, sedangkan yang menjawab Universitas Sumatera Utara tidak setuju sebanyak 1 orang atau 1,22 dan yang menjawab ragu-ragu sebanyak 2 orang atau 2,44. b. Tahap Encounter Para calon karyawan melihat bagaimana suatu unit kerja yang sesungguhnya dan kemungkinan adanya penyimpangan antara harapan dan kenyataan. c. Tahap Metamorfosis Perubahan yang terjadi membutuhkan waktu relatif lebih lama. Para calon karyawan menguasai keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan perkerjaannya dengan baik dan melakukan penyesuaian diri terhadap asumsi, nilai dan norma yang berlaku di unit kerjanya. Tabel 3.8 Pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan kepada calon karyawan menanamkan nilai budaya korporat secara keseluruhan No. Jawaban yang tersedia Jumlah Persentase 1 Setuju 78 95,12 2 Tidak setuju 1 1,22 3 Ragu-ragu 3 3,66 Jumlah 82 100 Sumber Data: Hasil Penelitian Angket tahun 2007 Ritual Penggantian Pucuk Pimpinan Adanya penggantian pucuk pimpinan yang memberikan alternatuve penggantian serangkaian asumsi, nilai dan norma yang mungkin dirasakan lebih mampu untuk menanggulangi kondisi lingkungan perusahaan. 3.4.3. Ritual Pembukaan Kantor Cabang atau Gedung Baru Universitas Sumatera Utara Perusahaan atau cabang baru biasanya memiliki budaya korporat yang belum berakar kuat. Managemen amatlah mudah untuk mengkomunikasikan asumsi, nilai, dan norma yang dimiliki. 3.4.4. Ritual Integrasi Ritual integrasi ini merupakan rangkain acara yang dibuat oleh perusahaan yang bertujuan untuk penyatuan, pengenalan sesama karyawan perusahaan. Kegiatan ini biasanya diadakan satu kali dalam satu tahun. 3.4.5. Ritual Peningkatan dan Pengembangn Karir Pada dasarnya karyawan baru atau pun karyawan yang telah bekerja di perusahaan masih perlu diberikan pelatihan, sehingga yang bersangkutan dengan cepat mampu beradaptasi terhadap lingkungan kerja dan pekerjaanya. Pelatihan yang terus menerus diberikan kepada karyawan lama yang bertujuan untuk pengembangan lebih lanjut dalam rangka peningkatan karir maupun untuk mengerjakan tugasnya dengan lebih baik. Jaringan Kultural Jaringan kultural merupakan awal jaringan komunikasi dalam suatu organisasi. Jaringan ini dijadikan sebagai pembawa atau penyebaran nilai budaya korporat dan mitologi kepahlawanan atau tauladan. Jaringan kultural ini merupakan hierarki dari kekuatan yang tersembunyi dalam organisasi, seperti penyebar isu, gosip, sindikat dan lain sebagainya. Dalam jaringan ini terdapat story teller atau yang disebut sebsagai pencerita. Pencerita ini menyebarkan nilai-nilai budaya dalam perusahaan yang berbentuk kisah-kisah yang memberikan semangat kepada para karyawan. Bank BNI menyebut hal ini dengan Universitas Sumatera Utara istilah “Teori Getok Tular” yaitu penyampaian berita secara berantai di mana seseorang menerima berita dan berita itu disampaikan kepada orang lain. Adapun kisah yang berkembang dalam Bank BNI adalah berupa kisah ketika James Jones dapat mengajak 900 orang penganutnya untuk melakukan bunuh diri massal. Dan kita dapat menyimpulkan bahwa prilaku sangat berpengaruh dan lebih besar dari pada leader-ship pimpinan. Budaya korporat di Jones Town benar-benar dihayati dan dipegang teguh secara bersama-sama sehingga benar-benar dapat mengendalikan prilaku penganut James Jones. Dengan persamaan itu, dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh budaya korporat pada prilaku karyawan memberikan pengaruh posirif untuk mendapatkan keberhasilan yang luar biasa pada tiap perusahan seerti Toyota, IBM dan lain-lain. Kisah ini menyampaikan kepada karyawan Bank BNI bahwa hasil dari budaya korporat yang kuat juga menciptakan suasana kerja yang menyenangkan. Sebuah budaya korporat yang kuat dapat mengarahkan kesepakatan sesama karyawan untuk menghayati lebih mendalam untuk apa perusahaan didirikan dan untuk apa mereka bekerja. Tujuan dari kesepakatan tersebut adalah untuk mengembangkan rasa kebersamaan, kesetiaan dan komitmen terhadap organisasi. Kesepakatan ini pada gilirannya akan meningkatkan mutu suasanan kerja.

BAB IV PROSES SOSIALISASI BUDAYA KORPORAT