nasional pemerintah yang merupakan kebanggaan bangsa di jajaran terdepan industri perbankan dengan pemahaman intuitif akan kebutuhan pasar yang kompetitif dan dinamis.
Untuk melaksanakan tujuan ini Bank BNI memiliki bentuk budaya korporat yang mampu menciptakan sumber daya manusia yang mampu memehami nilai- nilai budaya
korporat dan dapat bertindak atau berprilaku untuk mencapai kemajuan perusahaan. Direktur Bank BNI yaitu Saifuddin Laksari, 2000:05 menyatakan budaya korporat merupakan suatu
faktor pendukung dalam mencapai kinerja perusahaan yang memiliki peranan penting dan strategis dalam menggerakkan kegiatan perusahaan.
Sebuah semangat kebersamaan yang baru ini sangat terasa di antara sebagian besar karyawan Bank BNI setelah melalui restrukturisasi, revitalisasi dan reposisi, semangat baru
tersebut secara kolektif mewakili komitmen Bank BNI untuk merebut kembali statusnya sebagai bank utama di negeri ini. Sebagai bank yang kokoh dan handal di jajaran terdepan
industri perbankan, yang menjadi kebanggaan seluruh karyawan dan stakeholder lainnya. Semangat yang lahir dari warisan sejarah yang kental dan membanggakan
sepanjang lebih dari setengah abad sejak kemerdekaan Indonesia terus tumbuh bersama arah dan tekad baru yang telah dicanangkan Bank BNI ke masa mendatang. Dengan keunggulan
pengalaman, keterampilan, persepsi, inovasi dan sekaligus kecermatan dalam melangkah, Bank BNI kini merupakan salah satu perusahaan yang terkemuka di Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik meneliti budaya korporat pada Bank BNI serta proses sosialisasinya dan bagaimana penerapannya kepada para karyawan.
1.2. Ruang Lingkup Permasalahan dan Lokasi Penelitian
Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka fokus dari masalah yang dikaji melalui penelitian ini adalah mendeskripsikan:
1. Budaya korporat Bank BNI.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana perusahaan menerapkan dan mensosialisasikan budaya korporat
kepada para karyawan. 3.
Bagaimana perusahaan tersebut menerapkan budaya korporatnya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Adapun lokasi yang diteliti oleh penulis adalah PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk. Wilayah 01 Medan yang berada di Jalan Pemuda Lt. 4 Medan beserta beberapa kantor
cabangnya yaitu Cabang Medan, Cabang Sutomo, Cabang USU dan Capem Yos Sudarso.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Dengan mengetahui budaya korporat sebuah perusahaan maka dapat memahami dan menjalankannya untuk mencapai tujuan perusahaan.
2. Mengetahui bagaimana penerapan dan proses sosialisasi budaya korporat
Bank BNI kepada para karyawannya dalam mencapai tujuannya. Hasil dari pada penelitian ini nantinya akan memberi manfaat sebagai berikut:
Sebagai sebuah pemahaman bagaimana budaya korporat akan memberi sumbangan terhadap perkembangan teori dan praktiknya dalam sebuah perusahaan.
1.4. Tinjauan Pustaka
Goodenough dalam Kessing 1999:68 membagi defenisi kebudayaan yang pernah dikumpulkan oleh A.L. Kroeber dan C. Kluckhon menjadi dua bagian, yaitu:
1. Kebudayaan sebagai pola bagi prilaku
Kebudayaan atau pengetahuan yang diperoleh manusia dipergunakan dan diwujudkan dalam tindakan-tindakannya.
2. Kebudayaan sebagai pola dari prilaku.
Universitas Sumatera Utara
Kebudayaan itu merupakan pola dari keseluruhan prilaku dan kebiasaan yang diciptakan oleh manusia.
Di sini penulis lebih menekankan kebudayaan sebagai pola dari prilaku dan kebiasaan yang diciptakan manusia. Istilah budaya di sini mengacu pada pola tindakan dan
prilaku manusia di dalam kehidupannya sehari-hari. Apa yang ia lakukan, benda apa yang ia gunakan, dan untuk apa ia melakukan tindakan tersebut. Menurut Schein dalam Moelyono
2003:17, budaya korporat mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu terhadap organisasi-organisasi lain.
Berdasarkan asumsi ini, hal terpenting yang perlu ada dalam defenisi budaya korporat adalah suatu nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang yang ada dalam organisasi.
Seluruh jajaran meyakini sistem nilai-nilai tersebut sebagai landasan gerak organisasi. Pengaruh yang cukup kuat dari globalisasi sangat dirasakan oleh beberapa
perusahaan, di mana dapat dilihat dengan munculnya beberapa kekuatan yang dihimpun oleh beberapa perusahaan untuk mengatasi persaingan dewasa ini. Adanya perusahaan yang
menurun usahanya karena terlalu terpaku kapada kegiatan operasionalnya saja tanpa memperhatikan kekuatan sumber dasya manusia yang justru dibentuk dari sifat atau
karakteristik yang berbeda dari masing-masing individu yang dituangkan dalam bentuk penyatuan pandangan untuk memberikan suatu ketegasan dari suatu organisasi dalam bentuk
budaya korporat yang mencerminkan spesifik dari suatu perusahaan. Wright 1994:2 mengemukakan terdapat empat konsep kebudayaan yang berkaitan
dengan kajian organisasi perusahaan, yaitu: 1.
Berhubungan dengan program pengelolaan perusahaan melalui proses layanan yang tersebar di seluruh dunia, yang berlokasi di berbagai tempat
yang beraneka ragam pula.
Universitas Sumatera Utara
2. Konsep kebudayaan yang digunakan ketika manajemen mencoba
menginteraksi orang-orang yang berbeda latar belakang etniknya ke dalam suatu gugus kerja organisasi perusahaan.
3. Konsep kebudayaan juga dapat digunakan untuk mengacu kepada sikap
nilai yang dimiliki oleh suatu gugus kerja budaya kerja dalam suatu unit. 4.
Konsep kebudayaan dapat pula dihubungkan dengan ‘company culture’ yang mengacu pada praktek dan nilai-nilai organisasi yang formal yang
dikembangkan oleh pihak manajemen sebagai perekat untuk menyatukan pihak suatu gugus kerja dan membuatnya mampu merespon dalam
kompetisi global. Jadi dapat dikatakan bahwa elemen-elemen dasar dari sebuah organisasi yaitu
terdiri dari dua orang atau lebih, adanya maksud untuk bekerja sama serta adanya pengaturan dalam hubungan dan memilki tujuan yang hendak dicapai.
Sarwoto 1986:13 menyatakan bahwa organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan formal dalam rangkaian hierarki
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ia juga menyatakan bahwa organisasi dapat dipandang dari dua sudut yakni:
1. Sebagai wadah di mana kegiatan manajemen yang dijalankan setiap
organisasi memiliki suatu pola dasar struktur organisasi. 2.
Sebagai proses di mana terjadi interaksi antara orang yang menjadi anggota organisasi yang bersangkutan, baik dari segi hubungan formal maupun
informal. Hubungan formal terlihat pada tata hubungan yang berupa susunan tata kerja beserta
segala tugas kewajiban dari pada organisasi sebagaimana ditentukan secara resmi oleh pembentuk suatu organisasi. Sedangkan hubungan informal tampak pada tingkah laku dan
Universitas Sumatera Utara
tindakan masing-masing peserta organisasi dalam hubungn pribadi mereka baik antara atasan dengan bawahan maupun hubungan anggota di tingkat bawahan.
Budaya organisasi menurut Kotter dan Heskett 1997:4, memiliki dua tingkatan yang berbeda, yaitu:
1. Tingkatan yang lebih dalam dan kurang terlihat, budaya merujuk pada nilai-
nilai yang dianut bersama oleh organisasi dalam kelompok dan cenderung bertahan sepanjang waktu bahkan meskipun anggota kelompok sudah
berubah. 2.
Pada tingkatan yang lebih terlihat, budaya menggambarkan pola atau gaya prilaku dari suatu organisasi sehingga karyawan baru secara otomatis
terdorong untuk mengikuti prilaku yang sebenarnya. Kotter dan Heskett 1997:18 juga menyatakan logika tentang kekuatan budaya
berhubungan dengan kinerja meliputi tiga gagasan, yaitu: 1.
Penyatuan tujuan. Dalam sebuah perusahaan dengan budaya yang kuat, karyawan cenderung berbaris mengikuti genderang yang sama.
2. Budaya yang kuat sering dikatakan membantu kinerja bisnis karena
menciptakan suatu tingkatan yang luar biasa dalam diri karyawan. 3.
Budaya yang kuat membantu kinerja karena memberikan struktur dan kontrol yang dibutuhkan tanpa harus bersandar pada birokrasi formal yang
kaku dan dapat menekan tumbuhnya motivasi dan inovasi. Oleh karena itu kekuatan budaya memberikan bentuk pola prilaku dan menerima
keterikatannya pada norma-norma dan sistem nilai-nilai organisasional berlaku dan makin meningkat pula komitmen mereka terhadap keberhasilan penerapan norma-norma dan sistem
nilai-nilai tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Susanto 1997:1-4 memberikan penekanan bahwa dalam setiap organisasi itu memiliki budaya yang perlu diformalkan dan diimplementasikan, sehingga dengan adanya
budaya korporat yang jelas maka setiap anggota dapat menyadari eksistensinya bagi perusahaan, sehingga upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan perusahaan akan lebih terarah.
Deal dan Kennedy 1982 mengemukakan ada beberapa komponen penting dalam budaya korporat yaitu:
1. Lingkungan usaha yang merupakan salah satu elemen yang berpengaruh
cukup kuat dalam pembentukian budaya perusahaan. 2.
Nilai-nilai adalah merupakan konsep dasar dan kepercayaan dari suatu organisasi yang menitik beratkan pada suatu keyakinan untuk mencapai
kesuksesan. 3.
Kepahlawanan, elemen ini sering dimanfaatkan untuk mengajak seluruh sumber daya manusia yang mengikuti nilai-nilai budaya yang dilakukan oleh
orang-orang tertentu yang ditunjuk perusahaan sebagai tokoh panutan. 4.
Upacara atau tata cara dalam kegiatan perusahaan. 5.
Jaringan kultural. Dengan demikian, budaya korporat berfungsi sebagai perekat sosial dalam
mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan- ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan dan
berfungsi pula sebagai kontrol atas prilaku para karyawan. Menurut Susanto 1997:14-15 budaya korporat dan nilai-nilai yang telah terbentuk
harus disosialisasikan kepada para karyawan dengan beberapa cara yang dianggap berhasil.
Adapun cara-cara tersebut yaitu: 1.
Cerita
Universitas Sumatera Utara
Cerita ini biasanya berisi tentang sejarah berdirinya perusahaan, runag lingkup usaha yang dijalankan, siapa saja yang menduduki posisi penting,
serta hubungan perusahaan dengan beberapa perusahaan lain termasuk anak perusahaan yang dimiliki.
2. Acara-acara ritual
Acara-acara ini biasanya diselenggarakan oleh perusahaan bertujuan untuk penyampaian atau penggambaran dari budaya perusahaan yang dimiliki.
3. Material
Yang dimaksud di sini adalah barang-barang yang bersimbol yang menunjukkan status seorang karyawan dalam suatu perusahaan seperti mobil
dinas, interior kantor, pakaian yang dikenakan dan lainnya yang berkenaan dengan status seorang karyawan.
4. Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh organisasi secara keseluruhan atau masing- masing bagian dalam perusahaan akan menunjukkan budaya kerja mereka.
Keragaman budaya dan nilai-nilai budaya merupakan unsur yang ada dalam budaya perusahaan yang digali dari persepsi, kepercayaan, dan nilai yang ada dalam sumber daya
manusi dalam perusahaan. Dalam perusahaan terdapat nilai inti yang merupakan dasar filosofis organisasi yang akan menjadi karakter organisasi dalam mencapai keberhasilannya.
Aspek-aspek dan kerangka konseptual yang telah diuraikan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan penelitian dalam proses pengumpulan data untuk dianalisis.
1.5. Metode Penelitian