merupakan partisipan kedua mengikuti jejaknya sebagai muallaf.Mereka bersama- sama saling bertukar pikiran dan belajar memahami Islam lebih baik lagi.
1. Persepsi Yang Akurat Terhadap Realitas
Zara sebagai partisipan 1 menganggap bahwa seseorang berhak untuk menentukan agama yang ia anut. Bukan karena mengikuti agama yang dianut oleh
kedua orangtua.Namun, sebagai orang dewasa, ia merasa berhak menentukan agama mana yang akan ia yakini.
“Saya rasa pilihan, inilah pilihan agama saya yang sebenarnya.Bukan pindah agama saya katakan. Mungkin karena dulu-dulunya orangtua saya kristen
yaudah saya ikutin aja, mau kristen-kristenlah. Agamanya seperti apa ikutin aja namanya agama orangtua seperti itu. Tapi ketika saya sudah merasa
dewasa, berhak menentukan pilihan hidup saya sendiri bukan hanya menikah saja yang harus dipilih oleh anakkan, agama juga sepertinya harus
seperti itu.” W1P1b718-728h15
Persepsi mengenai Islam muncul dikarenakan seringnya berteman dengan
orang-orang muslim dan juga karena kebaikan yang diberikan kakak dan keluarganya kepada Zara. Ia merasa adanya ikatan kekeluargaan yang
didapatkannya. “Terus kakakkan dari dulu juga sering berteman sama yang muslim, nah
merekapun enggak segan-segan mau nolongi kakak. Terus kayak dirumah kakak Yuli, mereka malah udah anggap kakak itu seperti keluarganya
sendiri. Saya enggak dianggap orang asing sama mereka. Apalagi setelah saya jadi muslim. Tetangga sama keluarga besar kak Yuli, saudara-
saudaranya itu dek jadi baiiikk kali. Mereka kasi telekung sama kami, ngajak kami wirid sama pengajian-
pengajian itu.” W1P1b792-803h17
Persepsi mengenai agama Islam itu seperti apa dan bagaimana Islam itu ternyata sesuai dengan kenyataan yang ia hadapi.Sebagian teman yang beragama
Islam turut
membantunya.Kekagumannya dengan
orang-orang yang
Universitas Sumatera Utara
menggunakan hijab, kekeluargaan, saling tolong menolong, bahkan jauh dari pemikiran awalnya bahwa Islam itu lebih indah kalau kita sudah menjadi bagian
dari Islam itu sendiri. “syukurnya sih pemikiran kakak dulu mengenai Islam itu gimana sesuai
dek. Malah melebihi dari apa yang kakak pikirkan.” W1P1b787-790h16
Namun, Zarajuga menyadari dari keputusannya tersebut banyak orang-orang
yang menentang dan tidak menyetujuinya. Hambatan dan konsekuensi yang ia rasakan tidak menghalanginya untuk tetap yakin dan terus mempelajari agama
Islam lebih jauh lagi. Hanya saja ketakutan terbesar yang ia pikirkan ketika memutuskan menjadi muallaf adalah pada saat mengatakan yang sebenarnya
kepada sang ibu. Ia menceritakan kepada kakaknya tentang kekhawatirannya akan kesehatan ibu. Ternyata semuanya tidak sesuai dengan yang ia pikirkan.
“Pastinya.Enggak usah jauh-jauh ya, nantinya pasti banyak yang mencibir.” W1P1b743-744h16
“Sebelum saya berpikir memutuskan menjadi muallaf saya sudah berpikir jauh, nanti keluarga berpikiran seperti apa, dalam lingkungan seperti apa,
dikerjaan seperti apa.” W1P1b750-754h16
“Mereka kasi telekung sama kami, ngajak kami wirid sama pengajian- pengajian itu.Cibiran dari teman kerjalah dek yang buat kakak heran.Mereka
bukan hanya cibir terus asik nanyai kenapa kok pindah?Apa sih bagusnya? Gitu-gitu komen enggak jelas.Saya cuma
menjawab “sudahlah ini keyakinan saya sekarang, tolong hargai” saya bilang gitu.”
W1P1b803-809h17
Tekanan yang didapat Zara tidak menjadi penghalangnya untuk menjadi muslim. Cibiran itu tidak terlalu ia pikirkan. Ia hanya memikirkan bagaimana
menceritakan keputusannya ini kepada ibunya dan mengkhawatirkan kesehatan ibunya yang sudah lanjut usia.
Universitas Sumatera Utara
“Saya tidak takut kalau orang mengatakan saya murtad, mereka bercakap apa. Masyarakat mengatakan saya Islam KTP atau Islam apa. Terserah
mereka.Kalau dikeluarga dikatakan begini- begini.”
W1P1b750-754h16 “Masyarakat mengatakan saya Islam KTP atau Islam apa.Terserah
mereka.Kalau dikeluarga dikatakan begini-begini. Saya tidak peduli karena kemarin ketika saya memutuskan menjadi muallaf, ketakutan terbesar saya
adalah saya takut berterus terang kepada mama saya dan kesehatannya itu
aja.” W1P1b752-759h16
2. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan