sekitar 5
Faktor agama, adat istiadat, dan
budaya - menyadari adanya perbedaan, namun tidak
mempengaruhi kehidupan keagamaan barunya.
B. Deskripsi Data 2 1. Identitas Diri Partisipan 2
Riwayat Hidup Partisipan 2
Nama Inisial YRF Dini
Usia 30 Tahun
Menjadi Muallaf 16 Bulan 6 Hari 14 Januari 2014
Jenis Kelamin Perempuan
Pendidikan Terakhir SMA
Pekerjaan Wiraswasta
Status Single
Agama Sebelumnya Kristen Protestan
Agama Orangtua Kristen Protestan
Tinggal Di Medan
Alasan Pindah Agama Keyakinan, karena Islam itu indah dan
penuh dengan kasih sayang dan menjamin keselamatan
2. Jadwal Wawancara Tabel 4.4
Jadwal dan tempat pelaksanaan wawancara Partisipan 2
Partisipan Haritanggal
Waktu Tempat
Partisipan II Minggu, 06 April „14
15.54 – 16.35 WIB Rumah partisipan
Minggu, 31 Agustus „14 15.30 – 16.15 WIB RestaurantCafé Minggu, 19 Oktober „14 11.15 – 12.03 WIB Rumah partisipan
a. Gambaran Karakteristik Penyesuaian Diri Partisipan 2
Partisipan 2 adalah Dini, berusia 30 tahun yang bekerja sebagai wiraswasta. Pertemuan pertama peneliti dengan partisipan 2 sama halnya dengan pertemuan
peneliti dengan partisipan 1. Wawancara pertama yang dilakukan setelah
Universitas Sumatera Utara
kakaknya Zara selesai diwawancarai oleh peneliti.Namun, sebelum memulai wawancara peneliti diajak makan siang dan sholat berjamaah.
Selesai sholat, Dini masuk ke kamarnya merapikan diri dan peneliti kembali duduk di ruang tamu.Tidak berapa lama Dini dan kakaknya keluar dari kamar
mereka.Kakaknya yang telah rapi memakai baju gamis berpamitan kepada peneliti dan meminta maaf karena tidak bisa berdiskusi lebih lama. Dini menemani
kakaknya ke depan pintu lalu menghampiri peneliti. Hanya Dini, ibu dan peneliti yang berada dirumah tersebut. Sang ibu sedang asik menonton televisi. Kemudian
peneliti dan Dini memulai wawancara. Dini yang berkulit coklat dan tinggi kurang lebih 170 cm sama seperti Zara
kakaknya. Saat itu Dini memakai lengan pendek dan celana pendek dengan rambut dikuncir. Dini tampak lebih pendiam dari sang kakak. Dini menceritakan
masa kecilnnya dengan nada suara yang rendahdan malu-malu. Ia menceritakannya sambil membayangkan kelucuan pada masa itu yang ia rasakan.
Dini menjaga kontak matanya dengan peneliti. Posisi duduk antara peneliti dan partisipan yang berhadapan membuat wawancara tersebut semakin mendalam.
Meski saat wawancara kedua Dini tetap menjawab singkat dan langsung pada inti pertanyaan, namun sudah lebih jelas, rinci dan terbuka.Kelihatannya
Dini lebih menyukai suasana wawancara di luar rumah.Sesekali pandangannya beralih melihat pemandangan yang ada disekitar mereka.Begitu pula wawancara
ketiga berjalan dengan baik karena peneliti dan Dini sudah mulai akrab.Peneliti dan partisipan membicarakan mengenai on-line shop.Tidak heran sesekali tawa
mengiringi percakapan kami.Semua pertanyaan dijawab oleh partisipan dengan
Universitas Sumatera Utara
antusias. Wawancara selesai. Setelah peneliti merasa cukup dengan data yang terkumpul peneliti menutup wawancara tersebut dan berpamitan pulang.
Dini berusia 30 tahun belum menikah yang bekerja sebagai wiraswata. Ibu yang berusia 69 tahun adalah seorang pengajar disalah satu sekolah swasta di kota
Medan, dan ayah bekerja sebagai wiraswasta, telah meninggal dunia pada tahun 2001. Ia memiliki dua orang saudara laki-laki dan satu orang saudara perempuan.
Dini menjadi seorang anak remaja yang aktif dalam setiap kegiatan keagamaan. Ia selalu ikut serta dalam acara tersebut.
Dalam gereja, ia juga menjadi „permata‟. Permata adalah seorang remaja gereja yang sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan gereja. Ia mengatakan ia tidak
pernah absen disetiap kegiatan keagamaan diselenggarakan. Ia juga sering membaca ayat-ayat Al-Kitab sebelum pendeta memulai khotbahnya. Mereka
sering menyebutnya „liturgi‟. Sang ibu adalah seorang „pertua‟ atau asisten pendeta. Dini mengimani agama terdahulunya.
Ayah yang meninggal masih dengan agama Kristennya, dan begitu pula dengan seluruh keluarga inti. Abang pertama lebih dahulu menjadi seorang
muslim. Abangnya memutuskan menjadi muslim pada tahun 2004. Abangnya mengenal Islam dari seorang gadis yang dekat dengannya. Ia merasa menjadi
seorang yang lebih baik setelah mengenal gadis tersebut. Abangnya memilih menjadi seorang muslim sebelum ia memutuskan untuk menikahinya.Awalnya, ia
memberitahu kepada keluarga inti bahwa ia telah memilih memeluk agama Islam untuk menjadi keyakinannya sekarang. Ibu dan adik-adiknya terkejut dengan
keputusan yang telah diambil abangnya. Dini memikirkan kesehatan sang ibu.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan kakaknya Zara tidak mau ikut campur. Zara beranggapan bahwa abangnya telah dewasa yang dapat memikirkan mana yang baik dan buruk.
Namun, sang ibu menentang keputusan abangnya. Ibunya merasa malu dan kecewa ketika anaknya memeluk agama yang berbeda dengannya. Sang ibu tidak
mempercayai keputusan yang diambil anak pertamanya tersebut. Ibunya berpikir bagaimana orang-orang disekitarnya menilai dirinya sebagai seorang ibu yang
dimana posisiya juga sebaga i „pertua‟ yang tidak dapat mendidik anaknya sendiri
dalam keyakinan yang ia anut. Walaupun ibunya belum memberikan izin, abangnya tetap dengan
keputusannya untuk menjadi seorang muslim dan menikahi gadis muslimah. Setelah menjadi muslim, abangnya mendapatkan cibiran dari saudara-saudaranya.
Orang-orang yang tidak mengetahui apa alasan ia memutuskan pindah agama terus mencibirnya. Tetapi abangnya menanggapi cibiran tersebut. Ia hanya
menanti restu dari sang ibu. Abangnya membuktikan kesungguhannya dengan menjadi imam yang baik dikeluarganya agar sang ibu mengikhlaskan keputusan
yang ia ambil. Sekarang ia tinggal bersama keluarga kecilnya di Jakarta. Ia menjadi seorang yang sukses dengan hasil jerih payahnya.
Selama tiga tahun ibunya yang menjadi single parent, tidak menyangka anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan memiliki keputusannya masing-
masing.Ibu melihat anak pertamanya sudah bahagia dengan keluarga barunya.Ia mengikhlaskan dan merestui setiap keputusan anaknya tersebut. Setelah kepergian
ayahnya, rasa kekeluargaan sudah tidak mereka rasakan lagi. Anak-anaknya telah memutuskan hidup dengan keluarganya masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
Abang keduanya bersama keluarga kecilnya tinggal di kampung halaman mereka.Ia masih beragama Kristen. Abangnya tidak mau ikut campur dengan
kondisi abang pertamanya itu. Abang keduanya hanya meminta kepada setiap anggota keluarga, apapun yang mereka lakukan harus memikirkan kesehatan dan
kondisi sang ibu. Ia menganggap bahwa abang dan kedua adiknya sudah dewasa. Berhak menentukan pilihannya masing-masing.Ia hanya bisa mendukung saudara-
saudaranya. Sang ibu melihat kesungguhan dan perubahan yang lebih baik dari anak-
anaknya. Akhirnya sang ibu pun memberikan izin dan merestui keputusan dari anak pertamanya. Ibunya ingin melihat anak-anaknya bahagia dengan pasangan
mereka.Ia menyadari dimasa tuanya sudah tidak banyak yang bisa dilakukannya lagi untuk anak-anaknya kelak. Hanya bisa mendoakan agar anaknya diberikan
yang terbaik oleh Tuhan. Saat ini, hanya Dini dan Zara yang merawat dan menjaga ibunya.Mereka
menjadi seorang anak yang aktif di gereja.Gereja Bathel Indonesia GBI adalah gereja kesukuan yang menggunakan bahasa karo dan sudah bercampur dengan
orang umum lainnya.Dini merasa tidak khusyuk dalam beribadah dikarenakan kurang memahami khotbah yang menggunakan bahasa karo.Ketika di dalam
gereja Dini dan Zara sibuk dengan kegiatannya masing-masing.Seandainya isi khotbahnya ada yang lucu dan semua jamaah tertawa, mereka juga ikut
tertawa.Meskipun mereka tidak mengerti dengan isi khotbah yang disampaikan pendeta.
Universitas Sumatera Utara
Zara pun mengajaknya untuk pindah ke gereja yang menggunakan bahasa Indonesia, tetapi Dini merasa takut membayangkan ibunya marah karena tidak
mengizinkan mereka untuk pindah ke gereja lain.Rasa takut yang dirasakan Dini membuatnya tetap beribadah di gereja kesukuan tersebut. Meskipun kakaknya
memilih untuk pindah ke gereja yang menggunakan bahasa Indonesia. Ibunya marah kepada kakaknya Zara, karena ia malu anaknya berbeda tempat beribadah
dengannya. Dini melanjutkan sekolah Menengah Atasnya di Jakarta dan tinggal bersama
abang pertamanya. Ia lebih menyukai berteman dengan orang-orang muslim. Baik itu teman sekolah, tetangga maupun teman-teman yang kenal melalui sosial
media.Sehingga ibupun sering memarahinya agar Dini berteman hanya dengan yang seagama dengan mereka.Ia merasa teman-temannya muslim lebih
merangkulnya dan mengerti kondisinya. Terkadang Dini juga ikutserta dalam berpuasa karena ingin menghargai teman-temannya berpuasa dan ingin mencoba
bagaimana rasanya berpuasa. Sampai ia melanjutkan sekolah di Jakarta pun Dini lebih sering berkumpul dengan teman-teman muslim dibanding dengan teman
Kristennya. Dini
menumpang hidup
dengan abang
pertamanya.Rumahnya sederhana.Memiliki empat kamar tidur.Ia satu kamar dengan asisten rumah tangga
abangnya dikarenakan Dini tidak berani untuk tidur sendiri. Selama tiga tahun Dini hidup bersama dengan keluarga abang pertamanya.Ia memperhatikan mereka
beribadah dan berpuasa ketika bulan ramadhan. Padasaat asisten rumah tangganya
Universitas Sumatera Utara
selesai sholat, Dini bertanya kenapa harus sholat lima waktu, kenapa harus berwudhu dan hal-hal lainnya mengenai sholat.
Asisten rumah tangga menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Dini. Ada beberapa hal yang tidak bisa dijawab olehnya namun tidak mengurangi rasa
penasarannya untuk mengetahui seperti apa agama Islam itu. Dini tetap menjalankan ibadahnya di gereja dekat sekolahnya. Tetapi ia merasa sudah tidak
bersemangat seperti dulu. Jarang mengikuti kegiatan keagamaan, sering terlambat datang ke gereja, hal-hal inilah yang dirasakan Dini.
Tahun 2007, ia mendapat masalah dengan abangnya. Ia merasa teman-teman yang muslimlah yang lebih merangkulnya. Mereka lebih memberikan solusi atas
permasalahan yang ia hadapi dibandingkan dengan teman seiman yang malah menyalahi dirinya. Sempat memikirkan untuk pindah agama. Namun ia khawatir,
seandainya ia memutuskan menjadi muslim pada saat itu, tidak ada keluarga yang dapat membantunya. Ia memikirkan bagaimana reaksi kakaknya yang protektif
dan takut ibunya sakit. Dini mengurungkan niatnya untuk berpindah agama. Pada tahun 2009 ia balik ke Medan. Ia memilih membuka usaha untuk
menambah keuangannya sendiri. Dini merasa menjalani keagamaannya saat ini sudah dengan berat hati.Dini masih memikirkan cara bagaimana ia bisa menjadi
muslim. Karena dibenaknya kalau anak-anak remaja sekarang masuk ke gereja hanya ingin gaya-gayaan bukan untuk beribadah. Kegelisahannya dengan
pemikiran untuk berpindah agama terus ia rasakan. Masih terus memikirkan bagaimana cara untuk mengatakan kepada kakak dan ibunya bahwa ia ingin
menjadi seorang muslim.
Universitas Sumatera Utara
Akhir tahun 2013 Zara mengatakan bahwa ia sudah sunat dan sebentar lagi menjadi muslim. Seketika ia terkejut mendengarkan kakaknya telah menjadi
muslim. Tapi ia menganggap perkataan kakaknya hanya gurauan. Ia menanggapinya dengan gurauan.Ternyata perkataan kakaknya tidak main-main.
Dini merasa kesal dengan keputusan kakaknya. Dengan spotan ia berkata kasar dan memarahi kakaknya. Ia berpikir kenapa kakaknya tidak melewatkan natal
terakhir bersama keluarganya. Mengapa harus secepat itu. Dini menyesali keputusan kakaknya namun setelah itu ia sadar akan keegoisan kemarahannya. Ia
tidak bisa melarang kakaknya untuk memilih keyakinannya sendiri. Namun, kondisinya saat ini juga tidak menguntungkan bagi dirinya. Karena
Dini berpikir kalau seandainya ia juga memilih untuk pindah agama bagaimana ibunya. Siapa yang menemani ibunya beribadah sedangkan kondisi ibunya yang
sudah lanjut usia. Dini juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berharap keajaiban datang. Lama kelamaan ia melihat keajaiban itu datang dari kakaknya.
Zara dan kak Yuli mulai memperdebatkan mengenai keagamaan dengan ibunya. Ibunya yang saat itu sangat memahami isi dari Al-Kitab yang ia yakini
kebenarannya menjawab setiap pertanyaan yang mereka ajukan dengan apa yang ia ketahui. Begitu juga sebaliknya. Tiap malam mereka memperdebatkan
mengenai keagamaan. Dini juga menanti keputusan dari ibunya tersebut. Ternyata hanya selang satu bulan sang ibu pun memutuskan menjadi seorang muslim. Dan
ia juga mengatakan kepada kakak dan ibunya bahwa Dini memilih berpindah agama menjadi muslim.
1. Persepsi yang Akurat Terhadap Realitas