1.6.5 Konflik Sebagai Suatu Stimulus Integrasi Antarkelompok
Perubahan sering terjadi dalam sifat hubungan antar kelompok dalam dan kelompok-kelompok lainnyansebagai hasil dari konflik. Konflik sering
memeperkuat batas antar kelompok dalam dan kelompok luar dan meningkatkan solidaritas kelompok dalam. Jika konflik tersebut berlarut-larut , ikatan-ikatan
sosial secara perlahan dapat berkembang diantara pihak-pihak yang bertentangan tersebut. Salah satu iktan seperti itu adalah dibuatnya norma dan prosedur untuk
mengatur cara-cara berkonflik. Konflik juga sering merangsang usaha untuk mengadakan persekutuan
dengan kelompok-kelompok lain. Dalam beberapa hal, antagonisme antara kelompok-kelompok yang berlainan dapat diatasi jika kelompok-kelompok ini
bersatu dalam suatu koalisi untuk melawan musish. Koalisi seperti ini tergantung pada persamaan kebudayaan diantara , jumlah kepentingan bersama dan tingkat
perlawanan yang menekan perubahan yang dihadapi kelompok lain. Munculnya perpecahan antara kelompok-kelompok yang bermusushan berakhir apabila
banyak kepentingan dan nilai sama dalam masing-masing kelompok dan apabila kepentingankepentingan yang lain bertentangan maka kelompok kelompok yang
bersangkutan harus ditekan. Jika kepentingan dan nilai yang terdapat dalam suatu koalisi dan jika kelompok-kelompok yang bertentangan tersebut bersedia
menerima dan merundingkan kepentingan-kepentingan yang dikonflikkan itu maka perpecahan tidak akan begitu tajam dan isu-isu konflik lebih cenderung
meliputi tujuan-tujuan tertentu yang realistik.
Universitas Sumatera Utara
Kepentingan-kepentingan yang saling berkonflik dapat secara eksplisit dihadapi secara terbuka. Konflik-konflik ini terbatas sifatnyadan tidak
menghasilkan permusushan antara kelompok-kelompok konflik. Meskipun konflik-konflik terdapat dalam banyak macam kelompok kepentingan dan
asosiasi, keterlibatan individual dalam organisasi yang sama biasanya terbatas atau sementara sifatnya. Hasilnya adalah konflik tidak merusak solidaritas
masyarakat keseluruhan, malah membantu meningkatkan solidaritas. Doyle, 1990 :204
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian dengan menggunakan pendekatan sosiologis dengan perspektif konflik dan mengaitkannya dengan integrasi sosial yang dilakukan
diberbagai daerah, dan etnis di Indonesia, Eka Hrendry, dkk 2013 mengungkapkan bahwa masyarakat yang tinggal di Sei Kelambu merupakan
daerah yang ikut menjadi korban kerusuhan yang terjadi di Sambas, menyimpan benih integrasi sosial, dan menjadi embrio pada penguatan potensi integrasi sosial
di Kalimantan Barat. Eka 2013, dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terbentuknya integrasi dikarenakan oleh
1. Adanya pola pemukiman suku yang menyebar memudahkan pembauran
antar suku dalam masyarakat tidak ada yang mengkonsentrasikan rumah- rumah dalam satu titik
2. kuantitas jarak fisik tetangga sebanding dengan kualitas jarak sosial
harmoni hal ini bisa menghalang halangi faktor pengentalan ekslusivisme suku.
3. Ikatan kekerabatan antar warga masyarakat lewat pola perkawinan campur
juga sangat mempengaruhi terbangunnya integrasi dalam masyarakat. 4.
Menghilangkan perkumpulan orgnisasi-organisasi yang berbasis suku, karean dapat membuat masyarakat terbelah
5. Terkait modal sosial yaang dapat mempercepat atau memperluat integrasi
sosial seperti persamaan historis masyarakat yang berdampak pada
Universitas Sumatera Utara