mempertahankan silsilah mereka dan keutuhan, kesatuan kelompok tersebut lewat pesta tugu luhutan bolon tugu makam raja Silahisabungan.
Konflik yang dialami oleh kelompok dalam in-group dalam hal ini kelompok keturunan Raja Silahisabungan versus kelompok luar out-group,
mampu menguatkan solidaritas internal dan integrasi sosial dalam kelompok dalam in-groupbertambah tinggi karena tingkat permusuhan atau konflik dengan
kelompok luar yakni Silahi raja bertambah besar. Lewat deklarasi pada pesta tugu Silahisabungan, para tokoh-tokoh Silahisabungan seperti Mayjen haposan Silalahi
Ruma Sondi, megumandangkan bahwa mereka jelas sepakat secara bersama-sama keturunan raja Silahisabungan menolak Silahi Raja sebagai anak pertama dari
Raja Silahisabungan.
4.2.6 Membangun sikap loyal terhadap budaya dan Adat Silahisabungan.
Sikap loyal terhadap adat dan budaya Silahisabungan ini tercermin dari pembentukan “Arisan Media Komunitas Poda Sagu-Sagu Marlangan di Kota
Pematangsiantar. Arisan media Komunitas PSSM Poda Sagu-Sagu Marlangan PPRS Pomparan Raja Silasisabungan, kota pematangsiantar ini dideklarasikan
tahun 2013 lalu. Salah seorang anggota komunitas PSSM Poda Sagu-Sagu Marlangan, Bapak Sihaloho mengatakan :
“Arisan komunitas PSSM Poda Sagu-Sagu Marlangan, selalu terasa suasana kekeluargaannya dan setiap kali sebelum
memulai arisan kami selalu berjabat tangan dan tak lupa mengucapkan salam khas kami, horas, menjuah-juah, njuah-
njuah, kami juga biasanya mengobrol bersama, bersendau gurau, sebelum acara dimulai kami selalu mengawali dengan
doa dan kemudian diakhir acara kami akan makan bersama.”
Universitas Sumatera Utara
Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Arisan media Komunitas PSSM Poda Sagu-Sagu Marlangan PPRS Pomparan Raja Silasisabungan,
mampu menjalin satu ikatan persaudaraan yang kuat dan kompak. Dibentuknya Arisan media Komunitas Poda Sagu-Sagu Marlangan ini selain untuk merangkul
keluarga besar pomparan Raja Silahisabungan agar tetap bersatu dan bersama adalah juga untuk membangun sikap loyal terhadap nilai budaya atau adat yang
bersinergi . Mayjen TNI Purn haposan Silalahi dalam pidatonya pada pesta tugu makam tahun 2011 silam mengatakan:
“mari kita tetap melestarikan dan menjaga sejarah dan budaya keberadaan leluhur Raja Silahisabungan. Seharusnya keturunan
Raja Silahisabungan merasa kagum bersyukur, karena diberi warisan yang tak ternilai berupa Poda Sagu-Sagu marlangan,
batu Sigadap, kesenian berupa gondang tiga puluh tiga, ulos gobar, ulos polang-polang”.
Sikap loyal dan setia terhadap poda sagu-sagu marlangan ini sangat diterapkan oleh pomparan Raja Silahisabungan. Hal ini terbukti dari data yang
dihimpun melalui kuesioner nomor 12, 90 responden menjawab bahwa poda sagu-sagu marlangan sampai saat ini masih sangat diterapkan dan dijunjung
tinggi.
Tabel 26 Distribusi jwaban responden tentang apakah Poda Sagu-Sagu Marlangan
telah diterapkan semua pomparanketrunan Raja Silahisabungan No
Jawaban Responden Jumlah
Persentase 1
Sangat diterapkan 86
90 2
Tidak diterapkan 4
4 3
Kurang diterapkan 6
6 Jumlah
96 100
Sumber : Hasil jawaban responden
Universitas Sumatera Utara
Tabel diatas menunjukkan 90 responden menjawab bahwa Poda Sagu- Sagu Marlangan sebagai norma hukum adat bagi keturunan Raja Silahisabungan
sangat diterapkan. Poda sagu-sagu marlangan sebagi norma hukum yang ditetapkan Raja Silahisabungan sejak dahulu dalam keturunannya telah
menimbulkan rasa saling menghormati hak-hak terhadap kelompok marga lain keturunan raja Silahisabungan. Sebanyak 86 orang responden mengatakan bahwa
alasan mengapa poda sagu-sagu marlangan sangat diterapkan dan diaplikasikan karena poda sagu-sagu marlangan ini mempunyai sanksi yang sangat berat bagi
setiap pomparanketurnan raja silahisabungan. Salah satu tokoh adat dari Raja silahisabungan yaitu Bapak E. Silalahi Sondi raja mengatakan,
“Dahulu pernah terjadi perkawinan semarga antar pomparan raja Silahisabungan. Ikah dengan boru Tambunan. Setelah
meniukah mereka dikaruniai seorang anak. Bukannya mereka tidak tahu bahwa perkawinan semarga itu dilarang, namun
karena saling mencintai mereka nekad melanggar hukum poda sagu-sagu marlangan ini.”hasil wawancara dengan Bapak
Esra Sondi Raja Maka para penatua adat Silahisabungan saat itu menghukum mereka
dengan dipasung kemudian dibawa keliling kampung dengan maksud agar kejadian memalukan seperti ini tidak terulang kembali. Walaupun mereka secara
biologis bukan saudara kandung, namun di dalam adat mereka adalah ito saudara. Jika mereka menikah semarga atau yang bersaudara itu sudah tak
ubahnya seperti binatang, ini bisa merusak silsilah Raja Silahisabungan. Sebanyak 90 responden yang menjawab sangat diterapkan juga
menyatakan bahwa penerapan poda sagu-sagu marlangan sangat tampak jelas dengan tidak adanya lagi pertikaian antar sesama marga Silahisabungan. Sekali
Universitas Sumatera Utara
mereka bertikai maka kelompok marga lain harus mendamaikan mereka sampai mereka benar benar bersatu kembali, karena isi dari poda sagu-sagu marlangan
salah satunya adalah mereka sesama marga Silahisabungan harus saling mengasihi, dan jika da yang bertikai maka kelompok marga lain harus menjadi
mediator menyelesaikan masalah mereka. pada intinya , hukum poda sagu-sagu marlangan memiliki kekuatan tertinggi dan merupakan alat dalam menangkal
terjadinya konflik antar marga mereka. Sementara responden yang menjawab tidak diterapakan hanya sebanyak
4. Ini terlihat pada keturnanan raja Silahisabungan masih ada yang menikah satu marga. Dari hasil wawancara, peneliti menemukan fakta bahwa mereka yang
menikah satu marga tersebut adalah aliran kharismatik mereka yang menganggap adat batak toba adalah mushrik. Mereka lebih mengedepankan hukum agama dan
hukum negara yang berlaku. Mereka juga tidak mengikuti acara perkumpulan marga ditempat tinggal mereka.
Sanksi yang diterima jika melanggar hukum tertinggi bagi keturunan Raja Silahisabungan ini jelas memberikan efek jera.
“ sampai saat ini tidak ada lagi keturuanan kami yang menikah satu marga. Jika ada pun mereka kami anggap bukan orang-
orang yang menjunjung dan setia terhadap adat kami poda sagu-sagu marlangan. Orang-orang yang seperti itu biasanya
orang kharismatik, atau penganut aliran kepercayaan yang menganggap adat merupakan mushrik”hasil wawancara
dengan bapak E.Sinurat Ruma Sondi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 27 Distribusi jawaban responden tentang setujukah Poda Sagu-Sagu
Marlangan norma hukum diperlukan untuk mempertahankan keutuhan pomparan Raja Silahisabungan
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Sangat setuju
50 52
2 Setuju
41 43
3 Kurang setuju
5 5
4 Tidak setuju
- -
Jumlah 96
100 Sumber : Hasil jawaban responden
Tabel diatas menunjukkan Sebanyak 5 responden menjawab kurang setuju. Sementara 52 responden sangat setuju dan sebanyak 43 menjawab
Poda Sagu-Sagu Marlangan memang merupakan norma hukum bagi Raja Silahisabungan yang mampu menjaga keutuhan pomparan ini Poda Sagu-sagu
marlangan adalah salah satu warisan Raja Silahi Sabungan kepada semua keturunannya hingga sekarang, poda ini harus dipenuhi, dan bahkan dianggap
sakral oleh semua keturunan Raja Silahi Sabungan. Poda Sagu-Sagu Marlangan dapat dikatakan merupakan hukum marga bagi masyarakat Silahi Sabungan.
Selain merupakan hukum juga dapat disebut sebagai amanat bagi keturunannya. Poda sagu-sagu marlangan diajarkan agar hidup harmoni rukun damai,
berdampingan dan rukun damai, berdampingan dan membina persatuan dan kesatuan serta memikirkan kepentingan antara yang satu dengan yang lainnya atau
dalam bahasa batak disebut Masipasarisarian. Ini merupakan simbol atau lambang hukuman dan malapetaka bagi putra putranya yang tidak mematuhi atau
melanggar “Poda” tersebut. Hukuman yang dimaksud adalah hidup yang tidak sempurna.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 15 Keterangan gambar:
Gambar diatas adalah relief Poda Sagu-Sagu Marlangan yang terletak di areal tugu makam Raja Silahisabungan.
Adapun tujuan dari poda sagu-sagu marlangan ini menurut Mayjen Haposan Silalahi adalah suatu tatanan hukum kekeluargaan dengan tujuan agar
diantara mereka tetap tumbuh rasa persaudaraan yang saling mengasihi, bertumbuh sejahtera, makmur, serta terjalinnya kekeluargaan yang penuh kasih
sepanjang masa. Adapun isi poda sagu-sagu marlangan yang harus tetap diterapkan, dilestarikan dan harus dijunjung tinggi olehpomparan Raja
Silahisabungan adalah sebagai berikut. 1.
Saling mengasihi, penuh persaudaraan yang langgeng bagi seluruh turunan Raja Silahisabungan mulai saat ini hingga generasi demi generasi.
2. Tidak boleh turunan si Abang yang tujuh loho raja, tungkir raja, sondi
raja, dabariba raja, butar raja, debang raja, batu raja menyebut bahwa mereka bukan satu ayah satu ibu dengan turunan adiknya tambun raja,
Universitas Sumatera Utara
demikian juga sebaliknya, tambun raja, tidak boleh menyebut bahwa mereka tidak seibu dan seayah dengan turunan abangnya yang tujuh
3. Seluruh turunan abangnya yang tujuh harus mengasihi saudara perempuan
mereka turunan dari tambun raja, dan demikian dengan tambun raja harus mengasihi saudara perempuan dari turunan abngya yang tujuh
4. Pantang saling mengawini antara turunan abannya yang tujuh dengan
turunan adiknya tambun raja. 5.
Pantang memulai pertikaian dan perselisihan bagi segenap turunan Silahisabungan.
Dari isi poda sagu-sagu marlangan diatas menunjukkan fungsinya untuk mempersatukan semua keturunan raja Silahisabungan dan mencegah mereka
untuk berkonflik. Dari hukum poda sagu-sagu marlangan diatas juga dituntut setiap keturunan tambun raja berkewajiban menciptakan perdamaian menerapkan
hukum dan keadilan diantara turunan abangnya yang tujuh. Dengan menjunjung tinggi dan senantiasa mematuhi hukum adat mereka poda sagu-sagu marlangan
dan membentuk media komunitas poda Sagu-Sagu marlanganmampu memperkuat solidaritas, kebersamaan, mewujudkan persatuan dan kesatuan serta
mengembangkan rasa cinta kasih dan semangat gotong royong antar keturnan Raja Silahisabungan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 16 Keterangan gambar
: gambar diatas adalah bentuk relief poda sagu-sagu marlangan pada tugu makam Raja Silahisabungan.
4.2.7 Menciptakan ikatan solidaritas yang begitu kuat