o. Jumlah kata-kata yag terdapat dalam cerita pendek biasanya di
bawah 10.000 kata, tidak boleh lebih dari 10.000 kata atau kira- kira 33 halaman kuarto spasi rangkap.
19
Dari beberapa pendapat tentang ciri-ciri atau karakteristik cerpen, maka dapat disimpulkan bahwa ciri utama cerpen adalah padat dan
singkat, terdapat tokoh dan penokohan yang jelas, serta bahasa yang digunakan menarik.
C. Unsur-unsur Intrinsik Cerpen
Prosa fiksi yang terdiri dari cerpen dan novel, keduanya mempunyai unsur-unsur pembangun yang sama. Unsur-unsur itu meliputi
tokoh, penokohan, alur, sudut pandang, dan amanat. Oleh karena itu, cerpen dan novel dapat dianalisis menggunakan unsur-unsur yang sama.
Berikut akan dipaparkan penjelasan mengenai unsur intrinsik cerpen.
1. Tema
Istilah tema menurut Scharbach berasal dari bahasa Latin yang berarti „tempat meletakkan suatu perangkat‟.Disebut demkian karena
tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehinga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang
diciptakannya.
20
Brooks dan Warren dalam Tarigan mengatakan bahwa tema adalah dasar atau makna suatu cerita atau novel. Sementara Brooks,
Purser, dan Warren dalam buku lain mengatakan bahwa tema adalah pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan
atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra.
21
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan atau ide yang mendasari suatu cerita.Ide atau gagasan
19
Tarigan, Op Cit., h. 180-181
20
Aminuddin, Op. Cit., h. 91
21
Tarigan, Op. Cit., h. 125
tersebut digunakan oleh pengarang untuk membuat atau menuliskan sebuah cerita agar pembaca dapat mengetahui inti cerita tersebut.
2. Tokoh dan Perwatakan
Aminuddin dalam Siswanto mengatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga
peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan.Tokoh dalam karya rekaan
selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu.Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan
disebut perwatakan.
22
Lubis dalam Tarigan mengemukakan bahwa ada beberapacara yang dapat dipergunakan oleh pengarang unuk melukiskan rupa,
watak, atau pribadi para tokoh tersebut, antara lain: a.
Physical description melukiskan bentuk lahir dari pelakon b.
Portrayal of thought stream or of conscious thought melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya
c. Reaction to events melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu
terhadap kejadian-kejadian d.
Direct author analysis pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon
e. Discussion of environment pengarang melukiskan keadaan sekitar
pelakon f.
Reaction of others about to character pengarang melukiskan bagaimana pandangan-pandangan pelakon lan dalam suatu cerita
terhadap pelakon utama itu g.
Conversation of other about character pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelakon utama,
22
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: Grasindo, 2008, h. 142- 143
dengan demikian maka secara tidak langsung pembaca dapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai pelakon utama itu.
23
3. Plot atau alur
Pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
24
Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa- peristiwa dalam sebuah cerita.
25
Selanjutnya, Abrams dalam Siswanto mengatakan bahwa alur ialah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.Sudjiman juga mengungkapkan dalam Siswanto
bahwa alur sebagai jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu.Jalinannya dapat diwujudkan oleh hubungan
temporal waktu dan oleh ubungan kausal sebab akibat.
26
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkaian cerita yang terjalin secara utuh dan padu yang
dibentuk melalui tahapan-tahapan cerita. Aminuddin dalam Siswanto membagi tahapan-tahapan peristiwa
dalam cerita sebagai berikut. 1.
Pengenalan adalah tahap peristiwa dalam suatu cerita rekaan atau drama yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Yang
dikenalkan dari tokoh ini misalnya nama, asal, ciri fisik, dan sifatnya.
2. Konflik atau tikaian adalah ketegangan atau pertentangan antara
dua kepentingan atau kekuatan di dalam cerita rekaan. Pertentangan ini dapat terjadi dlam diri satu tokoh, antara dua
23
Tarigan, Op. Cit., h. 133-134
24
Aminuddin, Op. Cit., h. 83
25
Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 26
26
Siswanto, Op. Cit., h. 159