Latar Belakang Masalah Manajemen Qardhul Hasan dalam pembiayaan usaha kecil menengah di BAZ Kota Depok

hanya menunjukan kesalehan individual tetapi juga mencerminkan kesalehan sosial. Zakat dibayarkan oleh aghniya, orang ya ng dipandang kaya menurut aturan syara’ wajib membayar zakat muzakki kepada orang- orang miskin sesuai pedoman Syar’i fuqoro yang dikatagorikan dalam 8 delapan golongan penerima mustahik. zakat merupakan sumber dana potensial dalam program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat level bawah. 4 Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada sistem kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui: Pertama, zakat merupakan panggilan agama. Ini merupakan cerminan dari keimanan seseorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya orang yang membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga, zakat secara empirik dapat menghapus kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan. 5 Adanya faktor pendorong masyarakat Islam melaksanakan pemungutan zakat di Indonesia ini antara lain adalah: 1 keinginan umat Islam Indonesia untuk menyempurnakan pelaksanaan ajaran agamanya. Setelah mendirikan shalat, berpuasa selama bulan Ramadhan dan bahkan menunaikan ibadah haji ke Mekkah, umat Islam semakin menyadari perlunya menunaikan zakat sebagai kewajiban agama; kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang mampu melaksanakannya karena telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. 2 Kesadaran yang semakin 4 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, Jakarta, CED Centre fof Entrepreneurship Development, cet ke-1, hal. 1 5 Muhammad Ridwan 2005. Manajemen Baitul Maal Wa TamwilBMT, cet 2. Yogyakarta: UII Press, hlm. 189-190.77 meningkat di kalangan umat Islam tentang potensi zakat jika dimanfaatkan sebaik- baiknya, akan dapat memecahkan berbagai masalah sosial di Indonesia. 3 Usaha- usaha untuk mewujudkan pengembangan dan pengelolaan zakat di Indonesia makin lama makin tumbuh dan berkembang. 6 Salah satu yang menunjang kesejahteraan hidup di dunia dan menunjang hidup di akhirat adalah adanya kesejahteraan sosial-ekonomi. Ini merupakan seperangkat alternatif untuk mensejahterakan umat Islam dari kemiskinan dan kemelaratan. Untuk itu perlu dibentuk lembaga-lembaga sosial Islam sebagai upaya untuk menanggulangi masalah sosial tersebut. Zakat adalah suatu mekanisme untuk menjaga keseimbangan antara berbagai kepentingan. Zakat merupakan suatu system pengaturan ekonomi di mana fakir, miskin dan orang-orang lain yang tidak beruntung dalam transaksi ekonomi juga harus diperhitungkan ke dalam system ekonomi. Jika orang-orang yang tidak beruntung ini tidak diperdulikan dalam system perekonomian akan menderita kerugian. Zakat merupakan mekanisme untuk menjaga system perekonomian ini. 7 Sehubungan dengan hal itu, maka zakat dapat berfungsi sebagai salah satu sumber dana sosial-ekonomi bagi umat Islam. Artinya pendayagunaan zakat yang dikelola oleh Badan Amil Zakat tidak hanya terbatas pada kegiatan- kegiatan tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional, tetapi dapat pula dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program pengentasan 6 Mohammad Daud Ali 1988. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, cet. 1. Jakarta: UI Press, hlm. 52-53. 7 Safwan Idris, Gerakan Zakat Dalam Pemberdayaan Eonomi Umat, Jakarta:Putra Bangsa, 1997, H. 13 kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan zakat produktif kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha. Selama ini zakat hanya bersifat memberi dan konsumtif yang selalu diberikan kepada 8 asnaf, tanpa adanya peran dalam bidang ekonomi. Dengan perkembangan zaman yang semakin lama semakin maju, maka sebuah lembaga seperti lembaga zakat terus berusaha untuk memajukan negaranya terutama di bidang ekonomi. Adanya anggapan bahwa dana zakat untuk kegiatan konsumtif atau produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan Lembaga Amil Zakat karena LAZ sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, karena mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal kerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri. Hal ini menjadikan masalah bagi Badan Amil Zakat nasional maupun daerah karena kurangnya kepercayaan masyarakat untuk berzakat di Badan Amil Zakat pusat maupun daerah. Untuk itu Badan Amil Zakat pusat maupun daerah ikut berusaha memajukan ekonomi melalui program-program yang sifatnya produktif. Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan produktif. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut. Pembicaraan tentang sistem pendayagunaan zakat berarti membicarakan beberapa usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik, tepat dan terarah sesuai dengan tujuan zakat itu disyariatkan. Dalam pendekatan fikih, dasar pendayagunaan zakat umumnya didasarkan pada surah At-taubah ayat 60 sebagai berikut: 8                           Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 9 Manajemen yang baik sebagai ilmu maupun sebagai seni, pada mulanya tumbuh dan berkembang dikalangan dunia industri dan perusahaan, pada zaman 8 Masdar F. Mas’udi dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS, Jakarta : Pirac, 2004, h. 8 9 Yang berhak menerima zakat ialah: 1. orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yang berhutang untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah sabilillah: yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya. al-quran dan terjemahan modern ini boleh dikatakan tidak ada suatu usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu baik organisasi atau lembaga yang tidak mempergunakan manajemen. Sebab dengan adanya manajemen yang difungsikan sebagaimana mestinya akan menghasilkan dan mencapai sasaran yang efektif dan efesien. 10 Pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana zakat sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimanya, dan supaya fakir miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya secara konsisten. Dengan dana zakat tersebut fakir miskin akan mendapatkan penghasilan tetap, meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan penghasilannya untuk menabung. Badan Amil Zakat Kota Depok menyalurkan dana zakat produktif pada suatu program yang kemudian dikembangkan yaitu Program Pemberdayaan Ekonomi melalui Qardhul Hasan, program ini adalah program pemberdayaan pembinaan umat atau mustahiq produktif dengan memberikan bantuan modal usaha yang disalurkan dengan fasilitas Qardhul Hasan untuk bantuan modal yang berupa uang. Dengan bantuan modal usaha yang diberikan, Diharapkan mustahiq dapat mengembangkan usaha mereka dan bisa meningkatkan pendapatan mereka. Berkembangnya usaha kecil menengah dengan modal berasal dari zakat akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti angka pengangguran bisa dikurangi, berkurangnya angka pengangguran akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat terhadap suatu produk barang ataupun jasa, meningkatnya daya beli 10 Drs. H. Malayu S.P. Hasibaun, Manajemen Dasar: Pengertian dan Masalah, Jakarta: CV Haji Masagung, 1993, cet. Ke-1,h.2 masyarakat akan diikuti oleh pertumbuhan produksi, pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi salah satu indikator adanya pertumbuhan ekonomi. Mustahiq tidak hanya diberikan modal semata, tetapi badan pengelola zakat dalam hal ini BAZ Kota Depok mempunyai tugas untuk membimbing jalannya roda perekonomian mustahiq agar dapat berhasil dalam pertumbuhan ekonomi. BAZ Kota Depok juga melakukan evaluasi terhadap para mustahiq yang dibantu modalnya untuk mengembangkan usaha. Untuk menjadi badan pengelola zakat yang dapat dipercaya masyarakat, keadaan ini akan memaksa pengelola zakat untuk mempunyai manajemen yang baik. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang memadai tentang terlaksananya fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan terhadap pendayagunaan atau pendistribusian zakat. Dilihat dari uraian permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk membahas skripsi dengan judul “Manajemen Qardhul Hasan Dalam Pembiayaan Usaha Kecil Menengah Di BAZ Kota Depok“. Agar skripsi ini kelak dapat menempatkan masalah tersebut secara profosional dan juga mengharapkan dana kebajikan qardhul hasan yang dimilki oleh BAZ Kota Depok pada khususnya dapat dikelola dengan baik dan disalurkan kepada masyarakat yang mempunyai usaha kecil menengah.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas mengenai manajemen qardhul hasan yang diterapkan BAZ Kota Depok dalam pembiayaan usaha kecil menengah.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah-masalah pokok yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana manajemen qardhul hasan yang diterapkan di dalam BAZ Kota Depok? b. Apa manfaat qardhul hasan yang diterapkan BAZ Kota Depok dalam membantu usaha kecil menengah? c. Hambatan apa saja yang dihadapi program qardhul hasan dalam pembiayaan usaha kecil menengah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan pokok masalah yang telah penulis rumuskan diatas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu: a. Mengetahui manajemen qardhul hasan yang diterapkan di dalam BAZ Kota Depok? b. Mengetahui manfaat qardhul hasan yang diterapkan di dalam BAZ Kota Depok dalam membantu usaha kecil menengah? c. Mengetahui hambatan yang dihadapi program qardhul hasan dalam pembiayaan usaha kecil menengah?

2. Manfaat penelitian

a. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi khazanah ilmu pengetahuan kepada mahasiswaI khususnya jurusan manajemen dakwah agar dapat mengatahui tentang manajemen qardhul hasan dalam pembiayaan usaha kecil menengah dalam lembaga zakat. b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan bagi peneliti tentang manajemen qardhul hasan pada Baz Kota Depok dalam pembiayaan usaha kecil menengah.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian Untuk membahas skripsi ini penulis menggunakan metode yang sesuai dengan data –data yang diperlukan, yaitu dengan menggunakan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata –kata tertulis ataupun lisan dari orang–orang dan prilaku yang dapat diamati. 11 Deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data tertulis dengan informasi dari orang yang terlibat dalam objek penelitian. Adapun sumber 11 Lexi.J. Moeloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif edisi Revisi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007, h. 4.