pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan, namun tidak diperkenankan untuk dipersyaratkan di dalam perjanjian.
17
Qardh merupakan pinjaman kebajikanlunak tanpa imbalan, biasanya untuk pembelian barang-barang fungible yang dapat diperkirakan dan diganti
sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya. Kata qardh ini kemudian diapdosi menjadi credo Romawi, credit Inggris, dan kredit Indonesia. Objek dari pinjaman
qardh biasanya adalah uang atau alat tukar lainnya, yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa bunga ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari
pemilik dana dalam hal ini bank dan hanya wajib mengembalikan pokok utang pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Peminjam atas prakarsa sendiri
dapat mengembalikan lebih besar sebagai ucapan terima kasih.
18
2. Qardhul Hasan Menurut Fiqh
Secara etimologi, qardh yang berarti memotong atau potongan,
19
menurut syara ialah menyerahkan uang kepada orang yang bisa memanfatkannya,
kemudian ia meminta pengembalian sebesar uang tersebut, sedangkan kata hasan yang berarti kebaikan.
20
Menurut Wahbah Al-Zuhaili secara umum qardh seperti al bai karena keduanya sama-sama merupakan pemilikan harta dengan harta, sedangkan
sebagian ulama mengatakan bahwa qardh dan al bai adalah sama tetapi ulama Al
17
Karimsyah, “ikhtisar uu no.59”, artikel diakses pada 16 februari 2011 dari httpwww. Karimsyah.com
18
Ascara, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2007
19
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Besar Bahasa Arab-Indonesia, Surabaya: pustaka progresif, 1997, h. 1108
20
ibid, h. 264
Qorofi menyebutkan 3 perbedaan utama qardh dengan bai bukan termasuk mitsliyat seperti hewan dan sejenisnya:
21
a. Kaidah riba : apabila qardh dalam harta ribawi yaitu takaran dan berat
menurut hanafi dan hambali atau mata uang dan makanan pokok menurut milikiyah
b. Kaidah al mauzabanah : menjual barang yang sudah diketahui dengan barang
yang tidak diketahui dari jenis yang sama c.
Kaidah jual beli : barang yang tidak dimiliki seseorang apabila qardh dalam mitsliyat
Qardh secara istilah menurut Hanafi harta yang diberikan kepada seseorang untuk dibayar dengan jumlah yang sama, mazhab yang lain
mengatakan memberikan harta kepada orang lain yang merupakan tanggungannya dan harus dikembalikan dengan jumlah yang sama dengan tujuan memberikan
manfaat dan kemudahan kepada orang yang memberikan.
22
Pengertian qardh menurut terminologi, perjanjian pinjaman dalam qardh ada pemberi pinjaman kreditur memberikan pinjaman kepada pihak lain dengan
ketentuan penerima pinjaman muqtarid akan mengembalikan pinjaman tersebut dengan jumlah yang sama ketika pinjaman itu diberikan.
23
Dari definisi tersebut tampaklah bahwa sesungguhnya qardh merupakan salah satu jenis pendekatan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan
21
Wahbah Al Zuhaili, Al Fiqh Islami Wa Adillatuhu Lebanon : Daarut fikr, 2005,h. 3786 jilid 5
22
Ibid, h. 3785-3786
23
Sutan Remy Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia Jakarta : pustaka utama graffiti 1999 h. 75
jenis muamalah yang bercorak ta‟awun pertolongan kepada pihak lain untuk
memenuhi kebutuhannya, karena muqtarid penghutangdebitur tidak diwajibkan member iwadah tambahan dalam pengembalian harta yang dipinjamnya itu
kepada muqrid
yang memberikan
pinjamankreditur, karena
qardh menumbuhkan sifat lemah lembut kepada manusia, mengasihi dan memberikan
kemudahan dalam urusan mereka serta memberikan jalan keluar dari duka dan kabut yang menyelimuti mereka.
24
Landasan syariah firman Allah SWT:
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan balasan pinjaman itu untuknya, dan Dia akan
memperoleh pahala yang banyak”. al hadiid : 11
a. Rukun al qardh
Seperti halnya akad-akad yang lain qardh memiliki rukun-rukun utama, antara lain:
1 Muqridh pemilik barang
2 Muqtaridh yang mendapat barang atau peminjam
3 Ijab qabul
4 Qardh barang yang dipinjamkan
25
24
Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, Fiqh Muamalah, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005, h. 75
25
Ibid, h. 151
b. Syarat sah al qardh
1 Qardh atau barang yang dipinjamkan harus barang yang memiliki
manfaat, tidak sah jika tidak ada kemungkinan pemanfaatan, karena qardh adalah akad terhadap harta.
2 Akad qardh tidak bisa dilaksanakan kecuali dengan ijab dah qabul, seperti
halnya dalam jual beli.
C. Konsep Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Kata pembiayaan berasal dari kata biaya yang dapat diartikan sebagai berikut: pengeluaran atau pengorbanan yang tidak dapat dihindarkan untuk
mendapatkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh maslahat, pengeluaran untuk kegiatan, tujuan atau waktu tertentu, seperti ongkos pengiriman,
pengepakan, dan penjualan yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan, dalam laporan laba rugi perusahaan. Komponen biaya merupakan pengurangan
dari pendapatan, pengertian biaya berbeda dengan beban, semua biaya adalah beban, tetapi tidak semua beban adalah biaya.
Dalam UUD RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, bab 1 butir 12 dijelaskan definisi pembiayaan adalah :” pembiayaan berdasarkan pada syariah
adalah pembiayaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan dengan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
26
Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut dapat dibagi tiga: a.
Bentuk pembiayaan yang secara komersial menguntungkan, ketika pemilik modal mau menanggung resiko kerugian dan nasabah juga memberikan
keuntungan. b.
Bentuk pembiayaan yang tidak untuk mencari keuntungan yang lebih ditunjukan kepada orang yang membutuhkan, sehingga tidak ada keuntungan
yang dapat diberikan. c.
Bentuk pembiayaan yang memang diberikan kepada orang miskin dan membutuhkan, sehingga tidak ada klaim terhadap pokok dan keuntungan.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak
– pihak yang merupakan deficit unit.
27
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua:
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukkan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
26
Undang – undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, Jakarta: Sinar Grafika, 2001, cet. Ke-1, h.87
27
Rifaat Rahmat Abdul Karim, „‟the impact of basle capital adequacy ratio regulation on the
financial strategi of Islamic bank‟‟ dalam proceeding of 9 th expert level conference on Islamic banking, disponsori oleh bank Indonesia dan internasinal association of Islamic bank, 7-8 april 1995, Jakarta.