Pengaruh Faktor Internal Perusahaan Terhadap Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar pada Industri Perbankan yang Go Public di Indonesia.

(1)

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PERUSAHAAN

TERHADAP EKSPOSUR FLUKTUASI NILAI

TUKAR PADA INDUSTRI PERBANKAN

YANG GO PUBLIC DI INDONESIA

DRAFT SKRIPSI

OLEH

YESSI JUWITA HUTAURUK 040502161

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

(3)

yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam memperoleh gelar kesarjanaan (SE) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. DR. Ritha. F. Dalimunthe, SE, MSi, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu DR. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, Msi, selaku Dosen Penguji I.

6. Ibu DR. Khaira Amalia. F, SE, MBA,Ak, selaku Dosen Penguji II.

7. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Manajemen yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

8. Orangtuaku yang sangat kusayangi, Papa (T. Hutauruk, SH, MH) dan Mama (R. Nainggolan, SH), terimakasih atas kasih sayang, perhatian, dukungan baik


(4)

Hutauruk, dan Joshua Hutauruk yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, dan doa kepada penulis.

10.Buat teman-teman di kelompok kecil: Kak Chika, Prettina dan Hanna, atas rasa kebersamaan, perhatian, dan doa yang senantiasa diberikan kepada penulis.

11.Buat teman-teman di manajemen stambuk 2004: Rike, Lintang, Rebecca ( makasih atas bantuannya ), Maria, Nova, Eka Laniasti, Cien, Cink, Inez, Yohanna, Nita, Evi, Johanna, Dira, Dina.W, Dina. H, Uli, Jungsen, Surya, Andre, Gomgom, Herianto, Fery, Ipem, Musdar, dan teman-teman yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

12.Buat teman dekatku yang kukasihi, Henry Siregar, SE yang telah setia dan selalu memberi dukungan, doa, dan bantuan kepada penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya, penulis sangat berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan kasih-Nya kepada kita.

Medan, Juli 2008 Penulis


(5)

(6)

Tabel 1.1 Jumlah Bank dan Kantor Bank mulai tahun 2003-2006 ………... 3

Tabel 1.2 Rata-rata Nilai Tukar Rupiah dan Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Sepanjang Tahun 2003-2006 ……….. 4

Tabel 1.3 Jumlah Perusahaan ( bank ) yang memenuhi kriteria ..….………15

Tabel 1.4 Sampel Penelitian ………..………... 16

Tabel 4.1 Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2006 ………… 44

Tabel 4.2 Return on Total Assets (ROA) pada Industri Perbankan di BEI Periode 2003-2006 ………...….... 47

Tabel 4.3 Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Industri Perbankan di BEI Periode 200-2006 ……….…….……….. 50

Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi ………...………53

Tabel 4.5 Casewise Diagnostics(a)………....54

Tabel 4.6 Uji Normalitas……... ...57

Tabel 4.7 Casewise Diagnostics(a) ………...57

Tabel 4.8 Uji Normalitas ………..……….60

Tabel 4.9 Uji Normalitas …………...………63

Tabel 4.10 Collinearity Statistics ……….…….. 64

Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi……….……...65

Tabel 4.12 Uji Glejser……….……….67

Tabel 4.13 Coefficients(a)………68


(7)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ………..8

Gambar 4.1 Histogram Variabel Dependen ………..55

Gambar 4.2 Normal P- P Plot ………...………....56

Gambar 4.3 Histogram Variabel Dependen ………..58

Gambar 4.4 Normal P-P Plot………..………...59

Gambar 4.5 Histogram Variabel Dependen………...61

Gambar 4.6 Normal P-P Plot……….62


(8)

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ………. iii

DAFTAR TABEL ………. v

DAFTAR GAMBAR ……… vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ………... 1

B. Perumusan Masalah ... ……….. 6

C. Kerangka Konseptual ... ………....7

D. Hipotesis ... ………. 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ………9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 10

F. Metode Penelitian ... 10

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

2. Batasan Operasional ... 11

3. Defenisi Operasional Variabel ... 11

4. Populasi dan Sampel ... 14

5. Jenis dan Sumber Data ... 16

6. Teknik Pengumpulan Data ... 16

7. Metode Analisis Data ... 17

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 23

B. Faktor-Faktor Internal Perusahaan ... 24

1. Return on Total Assets (ROA) ... 24

2. Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 25

C. Nilai Tukar ... 26

D. Eksposur ... 28


(9)

E. PT. Bank Century, Tbk ... 37

F. PT. Bank Danamon, Tbk ... 37

G. PT. Bank Niaga, Tbk ... 38

H. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk ... 38

I. PT. Pan Indonesia Bank, Ltd ... 39

J. PT. Bank Lippo, Tbk ... 39

K. PT. Bank NISP, Tbk ... 40

L. PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk ... 40

M. PT. Bank Kesawam, Tbk ... 41

N. PT. Bank Swadesi ... 41

O. PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk ... 42

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 43

1. Deskripsi Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar pada industri Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2006 ... 43

2. Deskripsi Return on Total Assets (ROA) pada industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2006 ... 46

3. Deskripsi Loan to Deposit Ratio (LDR) pada industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia peiode 2003-2006 ... 49

B. Regresi Linear Berganda ... 52

C. Pengujian Asumsi Klasik ... 53

E. Pengujian Hipotesis ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... vii LAMPIRAN


(10)

Public di Indonesia. Pembimbing, DR. Isfenti Sadalia, SE, ME. Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dra. Nisrul Irawaty, MBA. Dosen Penguji I Dra. Lisa Marlina, Msi. Dosen Penguji II DR. Khaira Amalia. F, SE, MBA,Ak.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh faktor internal perusahaan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang

go public di Bursa Efek Indonesia. Adapun faktor internal perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio(LDR).

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapakah nilai eksposur fluktuasi nilai tukar masing-masing perusahaan perbankan yang go public di Indonesia dan apakah terdapat pengaruh simultan dan parsial antara faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Indonesia. Hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini adalah bahwa faktor-faktor internal perusahaan, seperti: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh simultan dan parsial terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Indonesia.

Metode analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh faktor-faktor internal perusahaan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar adalah metode analisis deskriptif dan regresi linier berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu uji secara parsial t) dan secara serempak (uji-F), dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 12.00 for Windows.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa hasil uji secara parsial (uji-t) yang dilakukan terhadap seluruh variabel independen yaitu Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Total Assets (ROA)

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar. Sementara, Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar. Sedangkan hasil uji secara simultan (uji-F) menyatakan bahwa Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara bersamaan (serempak) berpengaruh signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar.

Kata Kunci: Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar, Return on Total Assets (ROA),Loan to Deposit Ratio(LDR)


(11)

Public di Indonesia. Pembimbing, DR. Isfenti Sadalia, SE, ME. Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dra. Nisrul Irawaty, MBA. Dosen Penguji I Dra. Lisa Marlina, Msi. Dosen Penguji II DR. Khaira Amalia. F, SE, MBA,Ak.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh faktor internal perusahaan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang

go public di Bursa Efek Indonesia. Adapun faktor internal perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio(LDR).

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapakah nilai eksposur fluktuasi nilai tukar masing-masing perusahaan perbankan yang go public di Indonesia dan apakah terdapat pengaruh simultan dan parsial antara faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Indonesia. Hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini adalah bahwa faktor-faktor internal perusahaan, seperti: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh simultan dan parsial terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Indonesia.

Metode analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh faktor-faktor internal perusahaan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar adalah metode analisis deskriptif dan regresi linier berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu uji secara parsial t) dan secara serempak (uji-F), dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 12.00 for Windows.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa hasil uji secara parsial (uji-t) yang dilakukan terhadap seluruh variabel independen yaitu Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Total Assets (ROA)

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar. Sementara, Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar. Sedangkan hasil uji secara simultan (uji-F) menyatakan bahwa Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara bersamaan (serempak) berpengaruh signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar.

Kata Kunci: Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar, Return on Total Assets (ROA),Loan to Deposit Ratio(LDR)


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses globalisasi perekonomian dunia mendorong munculnya perusahaan-perusahaan multinasional yang terlibat dalam aktivitas dan transaksi internasional. Aktivitas perdagangan internasional tidak dapat dipisahkan dari transaksi valuta asing (Foreign Exchange Transaction). Permintaan akan transaksi valas terjadi karena adanya kebutuhan untuk mengkonversi mata uang satu dengan mata uang yang lain. Pada dasarnya globalisasi perekonomian dapat menambah nilai perusahaan bahkan memberikan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa transaksi internasional yang menggunakan kurs valas juga memiliki resiko. Resiko yang paling jelas ditanggung adalah resiko nilai tukar. Resiko nilai tukar terjadi ketika nilai tukar atau kurs tidak pasti mengarah pada fluktuasi-fluktuasi yang tidak pasti pada nilai perusahaan. Adanya variabilitas nilai perusahaan disebabkan oleh perubahan-perubahan mata uang yang tidak terantisipasi mencerminkan bahwa perusahaan tersebut mengalami resiko nilai tukar.

Bank devisa yang merupakan pelaku pasar valas yang terbesar dan paling aktif melakukan transaksi internasional yang menggunakan kurs valas juga dapat terkena dampak dari resiko nilai tukar yang ditimbulkan oleh transaksi-transaksi internasional yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Mengingat bahwa perusahaan perbankan bertindak sebagai dealer di pasar valuta asing, perusahaan


(13)

perbankan juga memiliki exposure yang mengakibatkan bank juga memiliki resiko nilai tukar.

Bank umumnya menempatkan operasi valas sebagai suatu pusat laba

(profit center) tersendiri. Banyak bank yang memperoleh laba yang menggiurkan dari bermain valas karena kepiawaian dalam membaca kondisi pasar, akses terhadap informasi, kemampuan berdagang valas, dan kemampuan memegang investasi beresiko tinggi. Namun, kadang bank-bank ini juga dapat menderita rugi yang cukup besar. Untuk mengatasi resiko tersebut, perusahaan dapat mengantisipasinya dengan melakukan praktik manajemen resiko perusahaan. Manajemen resiko terhadap fluktuasi nilai tukar ini dilakukan dengan hedging.

Jumlah bank mengalami penurunan pada akhir 2006 sehubungan dengan adanya merger dua bank mengakibatkan jumlah bank berkurang dari 131 bank pada tahun 2005 menjadi 130 bank. Sedangkan jaringan kantor bank umum bertambah sebanyak 874 kantor. Penutupan bank dapat terjadi pada setiap bank yang berpotensi menimbulkan resiko, baik kepada perbankan secara umum ataupun ekonomi dan masyarakat pada khususnya. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu penyebab penurunan jumlah bank karena adanya eksposur nilai tukar (foreign exchange exposure) dari transaksi internasional yang dilakukan dalam kegiatan operasi bank tersebut. Secara umum, kondisi perbankan pada tahun 2006 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah meningkatnya persepsi resiko bank terhadap kondisi sektor riil.

Perkembangan jumlah bank dan kantor bank mulai tahun 2003 sampai 2006 dapat dilihat dalam Tabel 1.1 berikut ini:


(14)

Tabel 1.1

Jumlah Bank dan Kantor Bank mulai tahun 2003-2006 (dalam unit)

Kelompok Bank Jumlah

2003 2004 2005 2006 Bank Umum Junlah Bank Jumlah Kantor 138 7730 133 7939 131 8236 130 9110 Bank Persero Jumlah Bank Jumlah Kantor 5 2072 5 2112 5 2171 5 2548 BPD Jumlah Bank Jumlah Kantor 26 1003 26 1064 26 1107 26 1217 BUSN Devisa Jumlah Bank Jumlah Kantor 36 3829 34 3947 34 4113 35 4395 BUSN NonDevisa Jumlah Bank Jumlah Kantor 40 700 38 688 37 709 36 759 Bank Campuran Jumlah Bank Jumlah Kantor 20 57 19 59 18 64 17 77 Bank Asing Jumlah Bank Jumlah Kantor 11 69 11 69 11 72 11 114 Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia 2006

Nilai tukar rupiah mengalami tekanan sejak akhir Februari 2005 yang menyebabkan rupiah terdepresiasi disertai volatilitas yang meningkat dibandingkan tahun 2004. Hal ini terjadi sebagai akibat dari meningkatnya harga minyak dunia dan peningkatan suku bunga AS, yang pada akhirnya dollar AS menguat terhadap berbagai mata uang dunia termasuk rupiah. Terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun 2005 juga disebabkan karena meningkatnya permintaan valas terutama untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri. Sementara itu, sepanjang tahun 2006 nilai tukar rupiah secara umum mengalami penguatan terhadap dollar disertai pergerakan yang lebih stabil dibandingkan tahun 2005. Pergerakan tersebut dipengaruhi oleh


(15)

kondisi fundamental makroekonomi yang membaik, daya tarik investasi keuangan di dalam negeri yang terjaga, serta perkembangan ekonomi global yang relatif lebih kondusif.

Pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2003-2006 disajikan dalam Tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2

Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah dan Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Sepanjang Tahun 2003-2006

Tahun Rupiah / Dollar ( Rp/USD )

Volatilitas

2002 Rp. 9.318,- -

2003 Rp. 8.572,- 3,8%

2004 Rp. 8.940,- 3,97%

2005 Rp. 9.713,- 4,24%

2006 Rp. 9.167,- 3,9%

Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia 2005 dan 2006 (data diolah)

Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar Amerika terjadi akibat adanya permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar yang menyebabkan nilai tukar yang berfluktuatif. Jika fluktuasi nilai tukar tersebut memberikan dampak terhadap return yang diperoleh perusahaan perbankan dalam menjalankan operasi perusahaannya, yang pada akhirnya juga berdampak pada nilai perusahaan yang dicerminkan oleh harga sahamnya, maka kondisi tersebut dikatakan bahwa perusahaan mengalami foreign exchange exposure (eksposur nilai tukar) yang sering disebut economic exposure.

Menurut Biro Riset Info Bank (birl), return perbankan per Desember 2005 mengalami penurunan sebesar 23,56% menjadi Rp.22,65 triliun dari


(16)

Rp.29,64% triliun selama tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa karena adanya volatilitas nilai tukar yang meningkat pada tahun 2004 sampai 2005 sebesar 4,24% (dalam Tabel 1.2), berdampak pada penurunan return perbankan. Dengan kata lain, kondisi seperti ini menunjukkan bahwa perusahaan telah mengalami eksposur nilai tukar (foreign exchange exposure).

Pengukuran terhadap eksposur yang terjadi dan mengambil tindakan lebih lanjut harus dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor internal yang dapat berpengaruh terhadap eksposur nilai tukar khususnya pada industri perbankan yang go public di Indonesia (Pertiwi : 2007). Faktor-faktor internal yang dimaksud adalah Return on Total Assets(ROA), dan Loan to Deposit Ratio(LDR)

yang merupakan rasio-rasio keuangan dengan melihat tingkat pengembalian total aktiva dan komposisi jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang dapat mempengaruhi eksposur nilai tukar perusahaan perbankan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dadang dan Indra Mulyawan sebagaimana yang dikutip oleh Pertiwi, menyatakan bahwa semakin tinggi rasio LDR maka semakin tinggi pula tingkat profitabilitas bank yang pada akhirnya akan meningkatkan permodalan bank. Dengan demikian, bank akan semakin tahan dalam menghadapi berbagai resiko khususnya yang berkaitan dengan exchange rate.


(17)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor-Faktor Internal Perusahaan terhadap Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar pada Industri Perbankan yang Go Public di Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapakah nilai eksposur fluktuasi nilai tukar masing-masing perusahaan perbankan yang go public di Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006.

2. Apakah terdapat pengaruh simultan antara faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Indonesia.

3. Apakah terdapat pengaruh parsial antara faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Indonesia.


(18)

C. Kerangka Konseptual

Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar muncul disebabkan oleh adanya permintaan dan penwaran US Dollar di pasar. Ketika terdapat ketidakseimbangan permintaan dan penawaran maka terjadi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar yang berfluktuatif. Jika fluktuasi nilai tukar tersebut berdampak pada nilai perusahaan yang yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut, maka dikatakan bahwa perusahaan itu mengalami eksposur fluktuasi nilai tukar (Anggraeni, dalam Pertiwi:2007). Beberapa perusahaan menggunakan indeks harga saham sebagai proksi dari nilai perusahaan di masa mendatang, kemudian memperkirakan bagaimana return saham berubah sebagai akibat dari pergerakan mata uang (Kuncoro, 2000 : 274 ).

Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) dengan judul Pengaruh Faktor Internal Perusahaan terhadap Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar pada Industri Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia menunjukkan adanya foreign exchange exposure yang dominan signifikan negatif, artinya bahwa melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing memberikan pengaruh negatif terhadap return saham. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Quick Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return on Equity, Interest Margin on Loans, Non Performing Loans, dan Firm Size secara bersamaan (serempak) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar.Secara parsial, variabel Return on Equity (ROE) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar, sedangkan variabel bebas lainnya seperti Quick Ratio, Loan


(19)

to Deposit Ratio, Interest Margin on Loans, Non Performing Loans, dan Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar.

Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (dalam Pertiwi, 2007) dengan judul The Foreign Exchange Exposure pada bank-bank yang go public

menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return on Equity, Non Performing Loan, dan Firm Size secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap foreign exchange exposure. Secara parsial Loan to Deposit Ratio, Return on Equity, dan Non Performing Loans memiliki pengaruh yang signifikan terhadap foreign exchange exposure.

Adapun kerangka konseptual yang menegaskan pengaruh antara faktor-faktor internal yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public adalah:

Faktor-Faktor Internal

1. Return on Total Asset (ROA)

2. Loan to Deposit Ratio(LDR)

Sumber : Madura (2000 : 89), ( data diolah ) Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual

Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar


(20)

D. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka teoritis yang disajikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor internal perusahaan, seperti: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh simultan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Indonesia.

2. Faktor-faktor internal perusahaan, seperti: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh parsial terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Indonesia.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh simultan faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public.

2. Untuk menganalisis pengaruh parsial faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public.


(21)

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang keuangan terutama mengenai teori eksposur fluktuasi nilai tukar.

b. Bagi Perusahaan/Bank

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan eksposur nilai tukar.

c. Bagi Pihak Lain

Sebagai referensi, terutama bagi mahasiswa manajemen yang mengambil konsentrasi keuangan untuk tujuan penelitian selanjutnya.

F. Metode Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan situs www.bei.co.id dan di Bank Indonesia (BI) dengan menggunakan situs www.bi.go.id

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan penulis mulai dari bulan Desember 2007 sampai dengan bulan Mei 2008.


(22)

2. Batasan Operasional

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu:

a. Variabel Independent (variabel bebas), mencakup: faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA)

dan Loan to Deposit Ratio(LDR)

b. Variabel Dependent (variabel terikat), yaitu: eksposur fluktuasi nilai tukar.

2. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan perbankan yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memiliki data Indeks Harga Saham Individu (IHSI) yang lengkap sejak tahun 2003 – 2006 serta memiliki data laporan keuangan perusahaan perbankan yang lengkap periode tahun 2003 – 2006.

3. Data nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar (Kurs Tengah Rupiah terhadap US Dollar) periode 2003 sampai dengan 2006 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) penutupan akhir hari (closing price).

3. Defenisi Operasional Variabel

Adapun defenisi operasional variabel-variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat yang digunakan adalah eksposur fluktuasi nilai tukar (eksposur ekonomi) yang terkait erat dengan fluktuasi kurs untuk jangka waktu yang panjang. Menurut Pertiwi (2007:11), fluktuasi nilai


(23)

tukar merupakan ukuran potensial, profitabilitas perusahaan dan mencerminkan nilai pasar yang mengalami perubahan sebagai akibat dari perubahan nilai tukar. Untuk menghitung eksposur fluktuasi nilai tukar ini, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap Return Saham Individu (Rit), Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dolar (∆Rst), dan

Return Pasar Saham (Rmt).

Menurut Anggraeni dalam Pertiwi (2003), return saham individu tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

Langkah 1:

Rit = IHSIt – IHSIt-1

IHSIt-1

Keterangan:

Rit = tingkat return saham individual pada hari ke t IHSIt = IHSI pada hari ke t

IHSIt-1 = IHSI pada hari ke t-1

Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap USD ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (Anggraeni, dalam Pertiwi : 2003)

Langkah 2:

∆Rst = Rst – Rst-1

X 100 %

Rst - 1

Keterangan:

∆Rst = perubahan nilai tukar Rupiah terhadap USD pada hari ke t Rst = nilai tukar Rupiah terhadap USD pada hari ke t


(24)

Return pasar dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (Faisal Abdullah, 2005 : 151)

Langkah 3:

Rmt = IHSGt – IHSGt-1

IHSGt-1

Keterangan:

Rmt = tingkat keuntungan rata-rata pasar pada hari ke t IHSGt = IHSG pada hari ke t

IHSGt-1 = IHSG pada hari t-1

Selanjutnya eksposur fluktuasi nilai tukar (β1) pada

masing-masing perusahaan dengan menggunakan model regresi sebagai berikut (Pertiwi : 2003):

Langkah 4:

Rit = β0 + β1Rst + β2 Rmt + e

Keterangan:

Rit = Return saham individu

Rst = Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD

Rmt = Return Pasar Saham

β0 = Konstanta

β1 = Koefisien eksposur fluktuasi nilai tukar

β2 = Koefisien regresi e = Standar Error

Untuk mendapatkan nilai eksposur, modal regresi tersebut diolah dengan menggunakan bantuan Software SPSS 12.00 for windows.

2. Variabel Bebas (independent variable)

a. Return on Total Assets (ROA)

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa


(25)

aktiva lebih cepat berputar dan meraih laba. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut (Harahap : 1998):

Return on Total Assets (ROA) = Laba Bersih

X 100 % Total Aktiva

b. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Menurut Kasmir (2006 : 272), rasio ini diukur dengan rumus:

Loan to Deposit Ratio (LDR) = Jumlah Kredit yang Diberikan

X100% Dana yang Diterima

.4. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah industri perbankan yang terdaftar atau listing di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2006 dan yang tidak pernah di-suspend pada periode tersebut. Penarikan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan pendekatan “Non Probability Sampling” dengan metode “Purposive Sampling”. Purposive sampling merupakan metode penetapan sampel dengan didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.


(26)

Adapun kriteria penarikan sampel yang digunakan oleh penulis adalah:

a. Emiten yang memiliki data Indeks Harga Saham Individu (IHSI) yang lengkap sejak tahun 2003 sampai dengan 2006

b. Emiten yang terus listing di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2003 sampai dengan 2006 ( tidak pernah di-suspend )

c. Emiten yang memiliki laporan keuangan yang lengkap sejak tahun 2003 sampai dengan 2006.

Jumlah perusahaan (bank) yang memenuhi syarat dari kriteria-kriteria yang digunakan penulis dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.3

Jumlah perusahaan (bank) yang memenuhi kriteria-kriteria

( dalam unit)

No. Keterangan Jumlah Bank

1. Populasi 23

2. Emiten yang tidak pernah di-suspend ( diberhentikan

sementara ) sejak tahun 2003 – 2006

20

3. Emiten yang terus listing di Bursa Efek Indonesia

sejak tahun 2003 – 2006

18

4. Emiten yang memiliki Indeks Harga Saham Individu

yang lengkap sejak tahun 2003 – 2006

17

5. Emiten yang memiliki laporan keuangan yang lengkap sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2006

15

6. Emiten yang memenuhi seluruh kriteria penulis 15

Sumber: www.bei.co.id ( data diolah)

Sampel penelitian yang diperoleh berjumlah 15 perusahaan (bank). Adapun ke-15 bank tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut ini:


(27)

Tabel 1.4 Sampel Penelitian No. Kode

Emiten

Nama Emiten Tanggal Listing

1 ANKB PT. Bank Artha Niaga Kencana, tbk 02 November 2000 2 BBCA PT. Bank Central Asia, Tbk 31 Mei 2000 3 BBNI PT. Bank Negara Indonesia, Tbk 25 November 1996 4 BBNP PT. Nusantara Parahyangan, Tbk 10 Januari 2001 5 BCIC PT. Bank Century, Tbk 25 Juni 1997 6 BDMN PT. Bank Danamon, Tbk 06 Desember 1989 7 BNGA PT. Bank Niaga, Tbk 29 November 1989 8 BNII PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk 21 November 1989 9 PNBN PT. Pan Indonesia Bank, Ltd 29 Desember 1982 10 LPBN PT. Bank Lippo, Tbk 10 November 1989 11 NISP PT. Bank NISP, TBK 20 Oktober 1994 12 BABP PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk 21 Juli 2002 13 BKSW PT. Bank Kesawan, Tbk 21 November 2002 14 BSWD PT. Bank Swadesi, Tbk 01 Mei 2002

15 MAYA PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk 29 Agustus 1997 Sumber: www.bei.co.id (data diolah)

5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut diperoleh dari laporan tahunan Bank Indonesia, buku-buku referensi, majalah, skripsi, literatur lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian, dan data yang diperoleh dari media internet.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data yang berasal dari literatur, skripsi, buku-buku referensi, dan laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia untuk mendapatkan gambaran masalah yang dihadapi.


(28)

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik, sebagai berikut:

a. Metode Analisis deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang telah dikumpulkan dan digolongkan/dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif.

b. Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat (Pertiwi : 2007), yaitu: pengaruh faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur nilai tukar pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Model regresi yang digunakan adalah:

Y= b0 + b1ROA + b2LDR + e

Keterangan:

Y = Eksposur fluktuasi nilai tukar b0 = Konstanta

b1,b2 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel ROA = Return on Total Assets

LDR = Loan to Deposit Ratio


(29)

c. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum data-data tersebut dianalisis, model regresi berganda harus memenuhi beberapa syarat asumsi klasik yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependent, variabel independent, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat apakah variabel-variabel tersebut mempunyai distribusi normal atau tidak, dapat dideteksi dengan melihat bentuk kurva histogram dengan kemiringan seimbang ke kiri dan ke kanan dan berbentuk seperti lonceng atau dengan melihat titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan searah mengikuti garis diagonal dan gambar normal P-Plot. Uji ini dilakukan melalui analisis Kolmogrov-Smirnov.

Hipotesisnya adalah:

H0 = data residual berdistribusi normal

H1 = data residual tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5 %. Apabila nilai Asymp.Sig (2-tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data

residual berdistribusi normal. Tetapi, jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) < taraf nyata (α), maka H1 diterima artinya data residual tidak


(30)

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel

independent. Jika terdapat korelasi maka dikatakan terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independent. Pengujian multikolinearitas menggunakan metode VIF (Variance Inflation Factor), dengan ketentuan:

a. Jika VIF > 5 terdapat masalah multikolinearitas yang serius b. Jika VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinearitas yang

serius. 3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi untuk menguji autokorelasi digunakan Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan, sebagai berikut:

a. 1,65 < DW < 2,35 tidak ada autokorelasi

b. 1.21 < DW < 1,65 atau 2,35 <DW < 2,79 tidak dapat disimpulkan


(31)

4. . Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas merupakan asumsi dalam regresi dimana varians dalam residual tidak sama untuk satu pengamatan dengan pengamatan lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan dengan pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Uji yang dapat digunakan untuk mengetahui heterokedastisitas adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar (scatter plot). Uji lain yang dapat digunakan adalah: dengan melakukan uji glejser yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independent. Jika signifikansi > dari taraf nyata maka tidak dianggap menjadi masalah heterokedastisitas, dan sebaliknya.

d. Koefisien Determinasi (R2)

Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R2 (koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas). Nilai R2 ini mempunyai range antara 0 sampai 1. semakin tinggi R2 (mendekati 1) maka semakin baik regresi tersebut. Dan jika semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen.


(32)

e. Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikansi Simultan (Uji - F)

Uji signifikansi simultan dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah: H0 : b1 = b0 = 0

Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

H0 : minimal satu bi ≠ 0

Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel, sebagai berikut:

H0 diterima jika, Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5 %

H1 diterima jika, Fhitung > Ftabel pada α = 5 %

2. Uji Signifikansi Parsial (Uji - t)

Uji signifikansi parsial dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

H0 : b1 = 0

Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat.


(33)

H0 : b2 ≠ 0

Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel, sebagai berikut:

H0 diterima jika, ttabel ≤ thitung ≤ ttabel pada α = 5 %


(34)

BAB II

URAIAN TEORTIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI),yang berjudul pengaruh faktor-faktor internal perusahaan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dengan menggunakan sampel penelitian pada 17 perusahaan perbankan pada kurun waktu 2002 sampai dengan 2005, ditemukan bahwa secara parsial (uji-t) faktor internal yang merupakan variabel independent dalam penelitian yaitu: Return on Equity (ROE)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar. Sedangkan, variabel independent lainnya ( Quick Ratio, Loan to Deposit Ratio, Interest Margin on Loans, Non Performing Loans, dan Firm Size) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (eksposur nilai tukar). Tetapi, hasil uji secara simultan (uji-F) menunjukkan bahwa Quick Ratio, Loan to Deposit Ratio, Interest Margin on Loans, Non Performing Loans, Return on Equity, dan

Firm size secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap eksposur nilai tukar.

Penelitian yang dilakukan Anggraeni (dalam Pertiwi, 2007) dengan judul “The Foreign Exchange Exposure pada Bank-Bank yang Go Public di BEI” menunjukkan adanya foreign exchange exposure yang dominan signifikan negatif (-), artinya bahwa melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing


(35)

memberikan pengaruh negatif terhadap return saham. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return on Equity, Non Performing Loans, dan Firm Size secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap foreign exchange exposure. Secara parsial Loan to Deposit Ratio, Return on Equity, dan Non Performing Loans memiliki pengaruh yang signifikan terhadap foreign exchange exposure.

B. Faktor-Faktor Internal Perusahaan

Besarnya eksposur fluktuasi nilai tukar yang terjadi pada perusahaan perbankan juga akan dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan. Faktor-faktor internal perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Total Assets(ROA) dan Loan to Deposit Ratio(LDR).

1. Return on Total Assets (ROA)

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak (Brigham & Houston, 2004 : 109). Rasio ini menunjukkan berapa besar dari total aktiva yang dapat menghasilkan laba sebelum pajak. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Atau dengan kata lain, semakin besar rasio ini berarti kinerja pihak bank semakin baik. Menurut Harahap (1998), rasio ini dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:


(36)

Return on Total Assets (ROA) = Laba Bersih

X 100 % Total Aktiva

2. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Semakin besar penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya resiko yang ditanggung oleh bank bersangkutan. Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Menurut Pertiwi (2007), rasio ini dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

Loan to Deposit Ratio (LDR) = Jumlah Kredit yang Diberikan

X100% Dana yang Diterima

Dana yang diterima oleh bank diperoleh dari: a. Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). b. Giro, deposito, dan tabungan masyarakat.

c. Pinjaman yang bukan dari bank berjangka waktu lebih dari 3 bulan dan tidak termasuk pinjaman subordinasi.

d. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.

e. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank. f. Modal inti dan modal pinjaman.


(37)

C. Nilai Tukar

Menurut Yuliati dan Prasetio (1998 : 59), bahwa nilai tukar atau kurs dapat diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang. Nilai tukar atau kurs menunjukkan suatu harga mata uang, jika dipertukarkan dengan mata uang lain. Kurs mata uang berfluktuasi setiap saat. Apabila harga suatu mata uang menjadi semakin mahal terhadap mata uang lain, mata uang itu dikatakan berapresiasi. Sebaliknya, jika harga suatu mata uang turun terhadap mata uang lain, mata uang itu disebut terdepresiasi.

Faisal (2001 : 20) menyatakan bahwa

“Kurs (exchange rate) adalah harga suatu mata yang diekspresikan terhadap mata uang lainnya. Kurs dapat diekspresikan sebagai jumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing (direct quote) atau sebaliknya sejumlah mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang lokal (disebut indirect quote)”.

Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi, dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Tetapi, melemahnya nilai rupiah memungkinkan beban utang badan usaha semakin besar jika dinilai dengan rupiah, dan akhirnya akan berujung pada menurunnya profitabilitas badan usaha. Jika hal itu terjadi, kinerja badan usaha juga akan menurun. Menurunnya kinerja badan usaha akan direspon oleh investor di pasar modal yang akhirnya akan mempengaruhi harga pasar saham.


(38)

Menurut Madura (1997 : 156), sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar dikendalikan oleh pemerintah. Sistem nilai tukar biasanya masuk ke dalam salah satu kategori berikut:

1. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system), nilai tukar dibuat konstan atau hanya dibiarkan berfluktuasi dalam batas-batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar mulai bergerak terlalu tajam, pemerintah dapat melakukan intervensi untuk mempertahankannya dalam batas-batas yang dimaksud.

2. Sistem nilai tukar mengambang bebas (freely floating exchange rate system), nilai tukar valuta akan ditentukan oleh kekuatan pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Dalam sistem ini, perusahaan-perusahaan multinasional perlu mencurahkan sumber daya yang substansial untuk mengukur dan mengelola resiko valuta asing.

3. Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed float exchange rate system), sistem ini menyerupai sistem mengambang bebas karena nilai tukar dibiarkan berfluktuasi setiap hari dan tidak ada batasan resmi. Tetapi, menyerupai sistem nilai tukar tetap dalam hal pemerintah dapat dan kadang-kadang melakukan intervensi untuk mencegah valuta mereka berfluktuasi terlalu tajam ke satu arah.

4. Sistem nilai tukar terpatok (pegged exchange rate system), dimana valuta mereka dipatokkan atau dikaitkan ke satu valuta lain, atau ke satu unit perhitungan. Walaupun nilai valuta lokal tetap dalam hubungannya dengan


(39)

valuta asing (atau unit perdagangan) yang menjadi patokan, valuta tersebut bergerak mengikuti valuta relatif terhadap valuta-valuta lain.

D. Eksposur

Exposure adalah tingkat dimana perusahaan dipengaruhi oleh kurs (Faisal, 2001 :107). Seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh perubahan kurs valas secara umum disebut eksposur (Kuncoro, 2000 : 242). Sementara, menurut Levi (2001 : 313) eksposur merupakan gambaran dari tingkat atau derajat perubahan nilai suatu objek dalam mata uang asal karena perubahan kurs. Eksposur berhubungan dengan nilai mata uang domestik riil, yang terdapat pada aset dan kewajiban, atau pada pendapatan operasi perusahaan sehingga nilai aset dan kewajiban ditentukan pada suatu saat tertentu, dan nilai pendapatan operasi dihitung selama periode waktu tertentu. Perubahan kurs yang lebih besar atau lebih kecil dari yang diharapkan yang akan menimbulkan keuntungan atau kerugian atas aset, kewajiban, atau pendapatan operasi. Menurut Faisal (2001 : 107) bahwa exposure memiliki tiga bentuk, yaitu:

1. Translation (Accounting) Exposure merupakan exposure laporan laba rugi dan neraca MNC terhadap perubahan-perubahan nilai tukar nominal. Dihasilkan dari fakta bahwa MNC harus mengkonsolidasikan rekeningnya ke dalam mata uang lokal melalui cash flow-nya yang didenominasi dalam berbagai valas (mentranslasi laporan keuangan yang didenominasi mata uang asing ke dalam mata uang lokal, dimana aset dan liabilities tersebut merefleksikan keputusan-keputusan masa


(40)

lalu yang dibuat oleh perusahaan). Translation (accounting) exposure

timbul dari kebutuhan untuk maksud-maksud pelaporan dan konsolidasi, untuk mengkonversi laporan keuangan operasi asing/luar negeri dari mata uang lokal (perusahaan subsidiary) ke mata uang perusahaan induk (parent company). Jika kurs telah berubah sejak periode pelaporan sebelumnya, translasi (restatement) dari assets dan

liabilities, revenues, gains, dan loses yang didenominasi dalam valas akan menghasilkan gains/loses dalam valas (foreign exchange gains/loses).

2. Transaction Exposure adalah exposure valas perusahaan dalam transaksi-transaksinya dengan negara lain dimana transaksi tersebut terjadi pada saat ini, namun pembayarannya dilakukan pada masa datang. Pada saat jatuh tempo/penyelesaian transaksi-transaksi tersebut menaikkan keuntungan-keuntungan/kerugian-kerugian mata uang. Dengan kata lain, selama periode komitmen-komitmen pembayaran atau penerimaan tersebut belum jatuh tempo, kurs nominal dapat berubah dengan membuat nilai transaksi ada dalam resiko. Eksposur transaksi terjadi ketika perusahaan terlibat dalam transaksi yang didenominasi mata uang asing/valas yang akan terjadi di masa yang akan datang.

3. Economic Exposure adalah exposure valas cash flows perusahaan terhadap perubahan-perubahan nilai tukar riil. Dengan kata lain,


(41)

economic exposure adalah mengukur perubahan-perubahan nilai tukar yang mempengaruhi nilai perusahaan yang diukur dalam PV cash flows masa datang yang diharapkan/berfokus pada dampak perubahan-perubahan nilai tukar terhadap nilai perusahaan yang diukur dari

present value dari seluruh cash flows masa datang yang diharapkan/expected future cash flows. Eksposur yang didasarkan pada nilai-nilai pasar mengasumsikan bahwa tujuan finansial perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Penelitian ini hanya berfokus pada eksposur ekonomi (eksposur fluktuasi nilai tukar). Hal ini dikarenakan eksposur ekonomi lebih penting sebab eksposur ekonomi berkaitan dengan kelangsungan bisnis perusahaan dalam jangka panjang (Pertiwi, 2007 : 25).

Eksposur fluktuasi nilai tukar adalah kepekaan perubahan dalam nilai riil aset, kewajiban, atau pendapatan operasi yang dinyatakan dalam mata uang domestik terhadap perubahan kurs yang tidak terantisipasi (Levi, 2001 : 313). Eksposur dan resiko valuta asing berkaitan dengan efek ekonomi yang sebenarnya dari kurs, dengan demikian eksposur fluktuasi nilai tukar juga dapat disebut sebagai eksposur ekonomi (Levi, 2001 : 337). Eksposur ekonomi berfokus pada dampak dari fluktuasi-fluktuasi mata uang pada nilai perusahaan.

Eksposur ekonomi tidak hanya mempengaruhi perusahaan multinasional saja. Perusahaan domestik murni juga dapat dipengaruhi oleh eksposur ini. Kondisi ini bisa terjadi jika perusahaan-perusahaan asing ikut beroperasi dalam


(42)

pasar domestik. Tidak hanya itu, perusahaan perbankan yang melakukan transaksi internasional juga akan dipengaruhi oleh eksposur ekonomi.

Secara umum, terdapat metode analisis regresi yang diterapkan untuk mengukur eksposur ekonomi suatu perusahaan, yaitu (Kuncoro, dalam Pertiwi 2000 : 273-274) :

1. Data historis aliran kas dan kurs, yang dinyatakan dalam persamaan regresi:

PCF = a0 + a1 PER + e

Dimana PCF adalah persentase perubahan aliran kas yang telah disesuaikan dengan inflasi yang diukur dalam mata uang lokal selama periode t; PER adalah persentase perubahan kurs selama periode t. Koefisien regres a1, menunjukkan derajat sensitivitas PCF terhadap PER.

2. Bila suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai mata uang dan lebih memfokuskan pada sensitivitas total terhadap pergerakan mata uang dari pada dampak satu mata uang, maka ia harus mengkonsolidasi mata uangnya ke dalam suatu indeks gabungan. Persamaan regresinya menjadi:

PCF = b0 + b1 PERI + e

Dimana PERI merupakan persentase perubahan mata uang komposit atau gabungan selama periode t dan besarnya bobot untuk tiap mata uang didasarkan pada proporsi total aliran kas terhadap mata uang tersebut.


(43)

3. Beberapa perusahaan lebih suka menggunakan harga saham sebagai proksi dari nilai perusahaan dan penaksiran pemegang saham mengenai aliran kas di masa mendatang. Kemudian memperkirakan bagaimana harga sahamnya berubah sebagai akibat pergerakan mata uang (dalam model di atas mengganti PCF dengan persentase perubahan harga saham). Analisis regresi digunakan untuk menentukan bagaimana perubahan harga saham perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi kurs. Model regresi yang dipilih adalah:

r = a0 + a1 IHSG + a2 E + e

Dimana e merupakan persentase perubahan harga saham perusahaan; IHSG merupakan persentase perubahan harga saham gabungan; E adalah persentase perubahan dari nilai setiap valas; dan koefisien a2 menunjukkan eksposur ekonomi.

E. Partisipasi Perbankan dalam Pasar Valuta Asing

Menurut Faisal (2001 : 17), pasar valuta asing atau devisa merupakan mekanisme dimana suatu negara dapat memperdagangkan satu mata uang dengan mata uang lainnya. Pasar devisa memfasilitasi konversi mata uang domestik ke mata uang asing dan sebaliknya. Pasar valuta asing bukan merupakan suatu bangunan atau lokasi khusus tempat para pedagang melakukan jual beli sekuritas (Madura, 2000 : 58).


(44)

Sebagai salah satu peserta utama valuta asing terbesar dan paling aktif, perbankan (terutama bank komersial besar) bertujuan untuk meng-cover posisinya dalam memenuhi kebutuhan transaksi komersial, seperti: ekspor-impor, pengiriman uang dan lain-lain yang dilakukan oleh nasabahnya ataupun untuk kebutuhan bank tersebut (Faisal, 2001 : 18). Dalam pasar valuta asing, perbankan juga melakukan suatu kegiatan perdagangan yang dinamakan perdagangan antar bank yang disebut dengan pasar antar bank (interbank market). Pasar antar bank terjadi jika sebuah bank mengalami kekurangan valuta asing tertentu dan bank tersebut dapat membeli valuta tersebut dari bank-bank lain.


(45)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PERBANKAN

A. PT. Bank Artha Niaga Kencana, Tbk

PT. Bank Artha Niaga Kencana, Tbk pertama kali didirikan dengan nama PT. Surabaya Djaja berdasarkan akta No. 22 tanggal 18 September 1969 dari notaris Oe Siang Djie, SH di Surabaya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 15 Desember 1969, sesuai dengan izin usaha yang diberikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.D.15.6.8.4 tanggal 15 Desember 1969. Bank ini memperoleh peningkatan status menjadi bank devisa sejak dikeluarkannya SK Bank Indonesia No.23/26/KEP/DIR tanggal 6 Juli 1990.

Bank ini terdaftar sebagai bank terbuka di Indonesia pada tanggal 2 November 2000 dengan harga perdana ( Initial Public Offering ) sebesar Rp. 500,- per lembar sahamnya. Bank ini berkantor pusat di Jl. Bubutan No. 127 – 135, Surabaya, Jawa Timur. Pemegang saham bank ini terdiri dari:

1. PT. Tiga Galaxy : 22 % 2. PT. Murni Galaxy : 22 % 3. PT. Prima Rukun Langgeng : 7 % 4. PT. Ramadewan Winoko : 7 % 5. PT. Samudera Anugrah Megah : 11 %


(46)

B. PT. Bank Central Asia, Tbk

PT. Bank Central Asia, Tbk didirikan pada tanggal 10 Agustus 1955 dengan nama N.V Perseroan Dagang dn Industrie Semarang Kniting Factory. Nama telah diubah beberapa kali, sampai pada tanggal 12 Mei 1974 nama bank berubah menjadi PT. Bank Central Asia. Bank mulai beroperasi pada tanggal 12 Oktober 1956.

Tanggal 28 Mei 2000, BPPN mengambil alih operasi dan manajemen bank dan status bank berubah menjadi Bank Taken Over, bank ditetapkan ikut program kapitalisasi perbankan. Pada tanggal 25 April 2000, BPPN mengembalikan bank kepada Bank Indonesia. PT. Bank Central Asia, Tbk ini terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 31 Mei 2000 dengan harga perdana Rp. 1400,- per lembar sahamnya. Bank ini berkantor pusat di Jl. Jend. Sudirman Kav. 22-23, Jakarta selatan.

C. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk

PT. Bank Negara Indonesia, Tbk mulanya didirikan di Indonesia sebagai bank sentral dengan nama “Bank Negara Indonesia” berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946 . selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 1968, Bank BNI ditetapkan menjadi Bank Negara Indonesia 1946, dan statusnya menjadi bank umum milik negara. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1992, tanggal 29 April 2002, dilakukan penyesuaian bentuk hokum Bank BNI menjadi perusahaan perseroan ( Persero ).


(47)

PT. Bank Negara Indonesia, Tbk berkantor pusat di Jl. Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta. Bank ini didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 dan terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 25 November 1996 dengan harga perdana Rp. 850,- per lembar ahamnya.

D. PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk

PT. Bank Nusantara Parahyangan berkantor pusat di Jl. Ir. Djuanda No. 95 Bandung, Jawa Barat. Bank ini berdiri pada tanggal 18 Januari 1972 dan terdaftar sebagai bank go public di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 10 Januari 2001 dengan harga perdana Rp. 525,- per lembar sahamnya. Pemegang saham ini antara lain:

1. PT. Hermawan Senttal Investama : 16,67 % 2. PT. Hermawan Ladang Arta : 16,67 % 3. PT. Gucimas Sukses Makmur : 8,33 % 4. PT. Binadana Nata Arta : 8,33 % 5. PT. Gema Megah Korporindo : 8,33 % 6. PT. Teradana Megah : 8,33 %


(48)

E. PT. Bank Century, Tbk

PT. Bank Century, Tbk berkantor pusat di Gedung Sentral Senayan Lantai 16 Jl. Asia Afrika No. 8, Jakarta. Bank ini berdiri pada tanggal 30 Mei 1989dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 16 April 1990. Pada tanggal 22 April 1993 bank memperoleh status sebagai bank devisa, dan terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 25 Juni 1997 dengan harga perdana Rp. 900,- per lembar sahamnya. Pemegang saham bank ini antara lain:

1. Morgan Stanley & Co. Inc : 16,74 % 2. Amex Bank, Singapore : 9,53 % 3. PT. Century Mega Investindo : 7,16 % 4. UBS Ag, Singapore : 5,69 %

5. Public : 60,88 %

F. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk berdiri pada tanggal 16 Juli 1956 berdasarkan akta notaris Meester Raden Soedja, SH, No. 134. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.J.A.5/40/8 tanggal 24 April 1957 dan telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No. 664, Berita Negara Republik Indonesia No. 64 tanggal 7 Juni 1957. bank memperoleh izin usaha sebagai bank umum dan bank devisa masing-masing berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 161259/U.M.II tanggal 30 September 1958 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.21/10/Dir/UPPS tanggal 5 November 1958.


(49)

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk ini berkantor pusat di Menara Bank Danamon Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. E4/6, Jakarta. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 6 Desember 1989 dengan harga perdana Rp. 12.000,- per lembar sahamnya.

G. PT. Bank Niaga, Tbk

PT. Bank Niaga, Tbk berkantor pusat di Graha Niaga, Jl. Jend Sudirman No. 58, Jakarta. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 29 November 1989 dengan harga perdana Rp. 12.500,- per lembar sahamnya.

PT. Bank Niaga, Tbk didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan yang dibuat di hadapan Raden Meester Soewandi. Notaris di Jakarta No. 90 tanggal 26 September 1955. Dalam rangka pelaksanaan program kapitalisasi, BPPN menetapkan PT. Bank Niaga, Tbk sebagai peserta program kapitalisasi melalui Surat Keputusan ketua BPPN No-27/BPPN /0799 tanggal 2 Juli 1999. bank beroperasi di bidang perbankan dan melalui anak perusahaan menyediakan jasa keuangan laiinya, yaitu: pembiayaan, manajemen investasi, reksadana, perdagangan saham, penjaminan emisi saham, dan asuransi jiwa.

H. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk

PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk berkantor pusat di Plaza BII-Menara Dua Lantai 6 Jl. MH Thamrin Kav. 22, Jakarta. Bank ini berdiri pada tanggal 15 Mei 1959 dan pada tanggal 22 April 1993 bank memperoleh status sebagai bank devisa. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk terdaftar sebagai


(50)

bank yang go public pada tanggal 21 November 1989 dengan harga perdana Rp. 11.000,- per lembar sahamnya. Pemegang bank ini antara lain:

1. Pemerintah Indonesia ( BPPN ) : 57,68 % 2. Bank Internasional Industri, Tbk : 15,11 % 3. PT. KSEI : 8,45 % 4. PT. Sinar Mas Multiartha : 4,34 %

5. Public :14,42 %

I. PT. Pan Indonesia Bank, Tbk

PT. Pan Indonesia Tbk berkantor pusat di Gedung Bank Panin Pusat Jl. Jend. Sudirman Kav. 1, Senayan Jakarta. Bank ini berdiri pada tahun 1971 melalui penggabungan tiga bank swasta, yaitu: PT. Industri Dagang Indonesia Pesiar Bank, PT. Kemakmuran Bank, PT. Industri Djaja Indonesia. Bank memperoleh status sebagai bank devisa pada tahun 1972 dan terdaftar sebagai bank yang go public di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 29 Desember 1982, dengan harga perdana Rp. 3475,- per lembar sahamnya. Pemegang saham bank ini antara lain:

1. Panin Life, Tbk : 36,08 % 2. Public : 62,92 %

J. PT. Bank Lippo, Tbk

PT. Bank Lippo berkantor pusat di Menara Asia, Jl. Raya Diponegoro 101, Lippo Karawaci. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 2 Oktober 1989 dengan harga perdan Rp. 15.000,- per lembar sahamnya.


(51)

PT. Bank Lippo, Tbk didirikan pada tanggal 11 Maret 1948 berdasarkan akta notaris Meester Karel Eduard Krijgsman No. 51. Akta pendirian tersebut telah disahkan leh Menteri Kehakiman Surat Keputusan No. J.A.5/11/24 tanggal 3 April 1948. Ruang lingkup kegiatan bank adalah menjalankan aktivitas umum perbankan dan bank juga telah memperoleh izin untuk melakukan aktivitas sebagai bank devisa .

K. PT. Bank NISP, Tbk

PT Bank NISP, Tbk berkantor pusat di Jl. Taman Cibeunying Jakarta Selatan No.31 Bandung. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 20 oktober 1994 dengan harga perdana Rp. 1300,- per lembar sahamnya.

Perseroan didirikan di Bandung pada tahun 1941 dengan nama N.V. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank" atau disingkat NISP dan memperoleh status sebagai bank komersial pada tahun 1967. Pada tahun 1990, perseroan memperoleh status sebagai bank devisa, dan kemudian melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ( go public ) pada tahun 1994.

L. PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk

PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk didirikan pada tanggal 31 Juli 1989 dan berkantor pusat di Wisma Bumiputera Lantai 14 Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public dengan harga perdana Rp.120,- per lembar sahamnya.


(52)

Pemegang saham bank ini antara lain:

1. AJB Bumiputera 1912 : 5,98 % 2. ICB Financial Group Holdings AG : 67,07 % 3. Publik : 26,95 %

M. PT. Bank Kesawan, Tbk

PT. Bank Kesawan, Tbk didirikan 28 April 1913 dan berkantor pusat di Jl. Hayam Wuruk No. 33, Jakarta. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public

dengan harga perdana Rp. 250,- per lembar sahamnya. Pemegang saham bank terdiri dari:

1. PT. Adhi Tirta Mustika : 64,03 % 2. PT. Arthavest, Tbk : 11,97 % 3. PT. Kapita Sekurindo : 19,95 % 4. Publik : 4,05 %

N. PT. Bank Swadesi, Tbk

PT. Bank Swadesi, Tbk didirikan pada tanggal 28 September 1968 dan berkantor pusat di Jl. K.H Samanhudi No. 37, Jakarta. Bank ini juga terdaftar sebagai bank yang go public dengan hrga perdana Rp. 250,- per lembar sahamnya.

Pemegang saham bank terdiri dari: 1. Bank of India : 76 % 2. PT. Panca Mantra Jaya : 17,09 % 3. Publik : 6,91 %


(53)

O. PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk

PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk didirikan pada tanggal 7 September 1989 dan berkator pusat di Mayapada Tower, Ground Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 28, Jakarta. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 29 Agustus1997 dengan harga perdana Rp. 800,- per lembar sahamnya.

Pemegang saham bank terdiri dari:

1. Briliant Bazar Pte, Ltd : 15,52 % 2. PT. Mayapada Karunia Coorporation : 26,47 % 3. PT. Mayapada Kasik Coorporation : 18,66 % 4. Summertime Limited : 20,88 % 5. Publik : 18,47 %


(54)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan dan digolongkan/dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif. Hasil estimasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Deskripsi Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2003 – 2006

Besarnya nilai eksposur fluktuasi nilai tukar diukur sebagai koefiesien regresi ß1 yang menunjukkan derajat sensitivitas return saham individu

terhadap perubahan nilai tukar. Dalam pengukuran yang dilakukan terhadap 15 sampel perbankan selama periode penelitian, ditemukan adanya eksposur fluktuasi nilai tukar baik dengan arah positif (+) maupun negatif (-), artinya bahwa perubahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar membawa pengaruh terhadap return saham. Nilai eksposur fluktuasi nilai tukar dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:


(55)

Tabel 4.1

Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar (ß1)

pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2003- Tahun 2006 NO. KODE

EMITEN

2003 2004 2005 2006

RATA-RATA

1 ANKB -15,114 -17,147 9,039 -3,188 -6,6025 2 BBCA 17,357 -83,764 21,107 -11,554 -14,214 3 BBNI -463,094 -47,512 35,166 17,610 -114,548 4 BBNP 11,501 9,278 -9,016 1,286 3,262 5 BCIC -31,466 -1,411 61,120 -2,967 6,319 6 BDMN 18,784 -51,702 13,748 -16,332 -8,876 7 BNGA -12,014 1140,217 10,165 -3,755 283,653 8 BNII -114,564 -23,583 2,238 4,455 -32,864 9 PNBN -39,856 -84,847 96,012 -45,315 -18,502 10 LPBN -118,165 -65,216 38,652 -11,608 -39,084 11 NISP 67,728 -26,551 7,056 9,554 14,447 12 BABP 1,349 -16,432 -18,764 9,470 -6,094 13 BKSW -9,588 -13,041 -11,087 0,622 -8,274 14 BSWD 7,961 -13,209 -5,992 -0,278 -2,880 15 MAYA -0,624 -44,315 -78,659 21,645 -25,488

RATA-RATA -45,320 46,894 11,387 -2,195

Sumber: Hasil penelitian, 2008 (data diolah)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa secara rata- rata bank yang memiliki eksposur dengan arah paling negatif dari tahun 2003 sampai dengan 2006 adalah PT. Bank Negara Indonesia, Tbk (BBNI) yaitu sebesar -114,548. Sedangkan, eksposur dengan arah paling positif dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 dimiliki oleh PT. Bank Niaga, Tbk (BNGA) yaitu sebesar 283,653. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode 2003 sampai dengan tahun 2006, perusahaan yang paling terpengaruh oleh melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar adalah PT. Bank Negara Indonesia, Tbk (BBNI)

Jika dilihat secara keseluruhan dari semua sektor industri perbankan yang go public periode 2003 sampai dengan tahun 2006, eksposur dengan arah


(56)

paling negatif terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar -45,320. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh perusahaan perbankan yang go public di Indonesia paling terpengaruh oleh depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar terjadi pada tahun 2003.

Tahun 2003 nilai eksposur dengan arah paling negatif dimiliki oleh PT. Bank Negara Indonesia, Tbk (BBNI) yaitu sebesar -463,094. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Bank Negara Indonesia, Tbk (BBNI) merupakan perusahaan yang paling terpengaruh oleh melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada tahun 2003.

Tahun 2004 nilai eksposur dengan arah paling negatif dimiliki oleh PT. Pan Indonesia Bank, Ltd (PNBN) yaitu sebesar -84,847. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Pan Indonesia Bank, Ltd (PNBN) merupakan perusahaan yang paling terpengaruh oleh depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada tahun 2004.

Tahun 2005 nilai eksposur dengan arah paling negatif dimiliki oleh PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk (MAYA) yaitu sebesar -78,659. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Ban Mayapada Internasional, Tbk (MAYA) merupakan perusahaan yang paling terpengaruh oleh depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada tahun 2005.

Tahun 2006 nilai eksposur dengan arah paling negatif dimiliki oleh PT. Pan Indonesia Bank, Ltd (PNBN) yaitu sebesar -45,315. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Pan Indonesia Bank, Ltd (PNBN) merupakan


(57)

perusahaan yang paling terpengaruh oleh melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada tahun 2006.

2. Deskripsi Return on Total Assets (ROA) pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2006

Tabel 4.2 menggambarkan nilai variabel Return on Total Assets (ROA)

pada masing-masing perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2003 sampai dengan 2006. Pada tabel ini dapat dilihat nilai Return on Total Asstes (ROA) mengalami kenaikan maupun penurunan pada setiap tahun penelitian. Return on Total Assets(ROA) diukur dengan perbandingan laba bersih dengan total aktiva.

Apabila rasio ini semakin besar berarti aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Dengan kata lain, semakin besar Return on Total Assets (ROA), semakin baik karena kinerja pihak bank semakin baik pula. Nilai variabel Return on Total Assets (ROA) dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:


(58)

Tabel 4.2

Return on Total Assets (ROA)

Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2003 - Tahun 2006

NO. KODE EMITEN

2003 2004 2005 2006

RATA-RATA ROA

1 ANKB 0,0025 0,0100 0,0100 0,0075 0,0075 2 BBCA 0,0200 0,0300 0,0300 0,0300 0,0275 3 BBNI 0,0125 0,0200 0,0125 0,0075 0,0131 4 BBNP 0,0100 0,0100 0,0100 0,0075 0,0094 5 BCIC 0,0019 0,000 0,000 0,000 0,0005 6 BDMN 0,0250 0,0375 0,0350 0,0200 0,0294 7 BNGA 0,0125 0,0275 0,0225 0,0200 0,0206 8 BNII 0,000 0,0225 0,0150 0,0100 0,0119 9 PNBN 0,0200 0,0400 0,0275 0,0200 0,0269 10 LPBN -0,0025 0,0125 0,0175 0,0175 0,0113 11 NISP 0,0100 0,0200 0,0300 0,0100 0,0175 12 BABP 0,0075 0,0100 0,0100 0,0050 0,0081 13 BKSW 0,0075 0,0100 0,0000 0,0000 0,0044 14 BSWD 0,0275 0,0200 0,0175 0,0100 0,0188 15 MAYA 0,0200 0,0175 0,0050 0,0075 0,0125 Sumber: Hasil penelitian, 2008 (data diolah)

Nilai rata-rata ROA terendah dimiliki oleh PT. Bank Century, Tbk (BCIC) yaitu sebesar 0,0005 (0,05 %). Sedangkan nilai rata-rata tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk (BDMN) yaitu sebesar 0,0294 (2,94 %)

Tahun 2003 nilai Return on Total Assets (ROA) tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Swadesi, Tbk (BSWD) yaitu sebesar 0,0275 (2,75 %). Dan nilai

ROA terendah dimiliki oleh PT. Bank Lippo, Tbk (LPBN) yaitu sebesar -0,0025 (-0,25 %). Hal ini berarti PT. Bank Swadesi, Tbk (BSWD) merupakan bank yang memiliki aktiva yang lebih cepat berputar dan meraih laba. Atau dapat dikatakan bahwa PT. Bank Swadesi, TBK (BSWD) memiliki tingkat


(59)

pengembalian total aktiva yang tinggi dan memiliki kinerja pihak bank yang semakin baik. Sedangkan, PT. Bank Lippo, Tbk merupakan bank yang memiliki tingkat pengembalian total aktiva yang terendah karena memiliki aktiva yang perputarannya lambat untuk meraih laba.

Tahun 2004 nilai Return on Total Assets (ROA) tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Indonesia Bank, Ltd (PNBN) yaitu sebesar 0,0400 (4 %). Sedangkan , yang memiliki ROA terendah adalah PT. Bank Cemtury, Tbk (BCIC) yaitu sebesar 0,000 (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa bank yang aktiva yang lebih cepat berputar dan meraih laba adalah PT. Pan Indonesia Bank, Ltd (PNBN) dan yang memiliki aktiva yang paling lambat berputar dan meraih laba adalah PT. Bank Century, Tbk (BCIC).

Tahun 2005 nilai Return on Total Asstes(ROA) yang tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk (BDMN) yaitu sebesar 0,0350 (3,5 %). Sedangkan, yang memiliki ROA terendah adalah PT. Bank Century, Tbk (BCIC) yaitu sebesar 0,0000 (0 %) dan PT Bank Kesawan, Tbk (BKSW) yaitu sebesar 0,000 (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk (BDMN) memiliki aktiva yang lebih cepat berputar dan meraih laba dibandingkan dengan bank-bank go public yang lain. Sementara, PT. Bank Century, Tbk (BCIC) dan PT. Bank Kesawan, Tbk (BKSW) memiliki aktiva yang paling lambat berputar dibandingkan bank-bank go public lain.

Tahun 2006 nilai Return on Total Assets(ROA) yang tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia, Tbk (BBCA) yaitu sebesar 0,0300 (3 %).


(60)

Sedangkan, yang memiliki ROA terendah adalah PT. Bank Century, Tbk (BCIC) yaitu sebesar 0,000 (0 %) dan PT. Bank Kesawan, Tbk (BKSW) yaitu sebesar (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa PT. Bank Central Asia, Tbk (BBCA) memiliki aktiva yang lebih cepat berputar dan meraih laba dibandingkan dengan bank-bank go public yang lain. Sementara, PT. Bank Century, Tbk (BCIC) dan PT. Bank Kesawan, Tbk (BKSW) memiliki aktiva yang paling lambat berputar dibandingkan bank-bank go public lain.

3. Deskripsi Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2003 – Tahun 2006

Tabel 4.3 ini menggambarkan nilai variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) pada masing-masing perusahaan perbankan yang go public di Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2003 sampai dengan 2006. Pada tabel ini dapat dilihat nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami kenaikan maupun penurunan pada setiap tahun penelitian. Loan to Deposit Ratio (LDR) diukur dengan perbandingan jumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima. Besarnya nilai Loan to Deposit Ratio pada masing-masing perusahaan perbankan dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut ini:


(61)

Tabel 4.3

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2003 – Tahun 2006

NO. KODE EMITE

N

2003 2004 2005 2006

RATA-RATA LDR

1 ANKB 0,6950 0,7425 0,6975 0,6975 0,7081 2 BBCA 0,0220 0,2750 0,3650 0,3925 0,2636 3 BBNI 0,4200 0,5100 0,5650 0,6200 0,5288 4 BBNP 0,3700 0,4950 0,5750 0,5625 0,5006 5 BCIC 0,2375 0,2875 0,2575 0,2150 0,2494 6 BDMN 0,5775 0,6500 0,5825 0,7625 0,6431 7 BNGA 0,4775 0,7975 0,8950 0,8725 0,7606 8 BNII 0,2900 0,4150 0,5350 0,5825 0,4556 9 PNBN 0,7175 0,6750 0,6450 0,7300 0,6919 10 LPBN 0,2175 0,2100 0,2850 0,4025 0,2786 11 NISP 0,7300 0,7875 0,7850 0,7825 0,7713 12 BABP 0,7225 0,9450 0,7650 0,8925 0,8313 13 BKSW 0,4650 0,4775 0,5500 0,6533 0,5365 14 BSWD 0,5725 0,6100 0,5875 0,5400 0,5775 15 MAYA 0,7825 0,7375 0,8500 0,8500 0,8050 Sumber : Hasil penelitian, 2008 (data diolah)

Nilai rata-rata LDR terendah dimiliki oleh PT. Bank Century, Tbk (BCIC) yaitu sebesar 0,2494 (24,94 %). Sedangkan nilai rata-rata tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk (BABP) yaitu sebesar 0,8313 (83,13 %). Hal ini menunjukkan bahwa PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk akan menanggung resiko yang lebih besar akibat adanya penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif yang lebih besar dibandingkan dengan deposito atau simpanan masyarakat terhadap bank tersebut. Sedangkan, PT. Bank Century, Tbk (BCIC) merupakan bank yang menanggung resiko yang paling kecil karena penyaluran dana dalam bentuk


(62)

kredit relatif lebih kecil dibandingkan dengan deposito atau simpanan masyarakat kepada bank tersebut.

Tahun 2003 nilai variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk (MAYA) yaitu sebesar 0,7825 (78,25 %). Sedangkan nilai variabel LDR terendah dimiliki oleh PT. Bank Central Asia, Tbk (BBCA) yaitu sebesar 0,0220 (2,2 %). Hal ini menunjukkan bahwa bank yang paling besar menanggung resiko akibat dari adanya penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif lebih besar dibandingkan dengan deposito atau simpanan masyarakat adalah PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk (MAYA). Dan yang menanggung resiko yang paling kecil adalah PT. Bank Central Asia, Tbk (BBCA).

Tahun 2004 nilai variabel Loan to Deposit Ratio(LDR) tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Bumiputera Internasional,Tbk (BABP) sebesar 0,9450 (94,50 %). Sedangkan yang memiliki LDR terendah adalah PT. Bank Lippo, Tbk (LPBN) yaitu sebesar 0,2100 (21 %). Hal ini menunjukkan bahwa bank yang paling besar menanggung resiko akibat dari adanya penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif lebih besar dibandingkan dengan deposito atau simpanan masyarakat adalah PT. Bank Bumiputera Internasional, Tbk (BABP). Dan yang menanggung resiko yang paling kecil adalah PT. Bank Lippo, Tbk (LPBN)..

Tahun 2005 nilai variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Niaga, Tbk (BNGA) yaitu sebesar 0,8950 (89,50 %). Sedangkan yang memiliki LDR terendah adalah PT. Bank Century, Tbk


(63)

(BCIC) yaitu sebesar 0,2575 (25,75 %). Hal ini menunjukkan bahwa bank yang paling besar menanggung resiko akibat dari adanya penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif lebih besar dibandingkan dengan deposito atau simpanan masyarakat adalah PT. Bank Niaga, Tbk (BNGA). Dan yang menanggung resiko yang paling kecil adalah PT. Bank Century,Tbk (BCIC)

Tahun 2006 nilai variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Bumiputera Internasional, Tbk (BABP) yaitu sebesar 0,8925 (89,25 %). Sedangkan yang memiliki LDR terendah adalah PT. Bank Century, Tbk (BCIC) yaitu sebesar 0,2150 (21,50 %). Hal ini menunjukkan bahwa bank yang paling besar menanggung resiko akibat dari adanya penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif lebih besar dibandingkan dengan deposito atau simpanan masyarakat adalah PT. Bank Bumiputera Internasional, Tbk (BABP). Dan yang menanggung resiko yang paling kecil adalah PT. Bank Century,Tbk (BCIC)

B. Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas, yakni Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR)

terhadap variabel terikat yaitu eksposur fluktuasi nilai tukar perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tabel 4.4 berikut ini menunjukkan hasil uji regresi menggunakan melalui pengolahan data dengan SPSS 12.00 for Windows.


(64)

Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -24.508 16.336 -1.500 .139

ROA -44.437 506.238 -.012 -.088 .930

LDR 27.043 25.720 .142 1.051 .047

a Dependent Variable: Eksposur_Nilai_Tukar Sumber: Hasil olahan SPSS

Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut maka dihasilkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = - 24,508 – 44,437 ROA + 27,043 LDR + e Dimana:

Y = Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar ROA = Return on Total Assets

LDR = Loan to Deposit Ratio

C. Pengujian Asumsi Klasik

Model persamaan regresi linier berganda agar memberikan hasil yang representatif sesuai kriteria Best, Linier, Unbiased, Estimated (BLUE), maka dilakukan uji asumsi dasar klasik sebelum model tersebut digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Persamaan yang dibangun harus memenuhi asumsi dasar: data berdistribusi normal, tidak terjadi gejala multikolinearitas, tidak ada gejala autokorelasi, dan tidak terjadi heterokedastisitas. Adapun uji asumsi dasar klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(65)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk seperti lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.

Variabel terikat yaitu eksposur fluktuasi nilai tukar awalnya tidak mempunyai distribusi normal. Hal ini disebabkan karena adanya nilai-nilai ekstrem (outlier) yang dapat mengganggu estimasi koefisien regresi, yang dapat berakibat tidak tepatnya model yang dibuat yaitu observasi no. 22 seperti yang terlihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5

Casewise Diagnostics(a)

Case

Number Std. Residual

Eksposur_Nilai _Tukar

Predicted

Value Residual

22 6.621 1140.217 60.63120 1079.585801

a Dependent Variable: Eksposur_Nilai_Tukar

Sumber: Hasil olahan SPSS

Nilai-nilai ekstrem (outlier) pada observasi no.22 mengakibatkan data tidak berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 4.1 sebagai berikut:


(66)

-4 -2 0 2 4 6 8

Regression Standardized Residual

0 10 20 30 40

Frequency

Mean = 7.55E-17 Std. Dev. = 0.983 N = 60

Dependent Variable: Eksposur_Nilai_Tukar Histogram

Sumber: Hasil olahan SPSS

Gambar 4.1 : Histogram Variabel Dependen

Ketika outlier belum dikeluarkan dari model, pola residual menjadi menceng ke kiri. Padahal seharusnya mengikuti distribusi normal. Hal ini membuktikan bahwa variabel eksposur fluktuasi nilai tukar tersebut tidak normal.

Cara lain untuk menguji normalitas data dengan grafik adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada garis diagonal dari grafik normalitas (Normal P-P Plot). Jika data menyebar disekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Namun, jika


(1)

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value -19.44734 .60334 -9.58160 5.425489 58 Std. Predicted Value -1.818 1.877 .000 1.000 58 Standard Error of

Predicted Value 5.197 13.800 8.526 2.363 58

Adjusted Predicted Value -24.87379 4.20637 -9.20937 6.193948 58

Residual

-99.649879

104.29925

5 .000000 38.189183 58

Std. Residual -2.563 2.683 .000 .982 58

Stud. Residual -2.712 2.747 -.005 1.020 58

Deleted Residual -111.54470 8

109.33065

8 -.372236 41.216370 58 Stud. Deleted Residual -2.887 2.930 -.008 1.055 58

Mahal. Distance .036 6.199 1.966 1.612 58

Cook's Distance .000 .293 .027 .059 58

Centered Leverage Value .001 .109 .034 .028 58 a Dependent Variable: Eksposur_Nilai_Tukar

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 58

Normal Parameters(a,b) Mean .0000000 Std. Deviation 38.18918324 Most Extreme

Differences

Absolute .135

Positive .106

Negative -.135

Kolmogorov-Smirnov Z 1.026

Asymp. Sig. (2-tailed) .243

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(2)

-3 -2 -1 0 1 2 3 Regression Standardized Residual 0

5 10 15 20 25

Frequency

Mean = 1.91E-17 Std. Dev. = 0.982 N = 58

Dependent Variable: Eksposur_Nilai_Tukar

Histogram


(3)

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Expected Cum Prob

Dependent Variable: Eksposur_Nilai_Tukar

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(4)

-2 -1 0 1 2 Regression Standardized Predicted Value

-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Studentiz

ed Residua

l

Dependent Variable: Eksposur_Nilai_Tukar Scatterplot


(5)

Tabel Lampiran

Model Regresi Perusahaan Perbankan Periode 2003 – 2006

TAHUN KODE EMITEN

MODEL REGRESI

2003 ANKB Rit = 0,002 – 15,114 Rst + 1,997 Rmt BBCA Rit = -0,016 + 17,357 Rst + 22,719 Rmt BBNI Rit = -0,202 – 463, 094 Rst + 461,302 Rmt BBNP Rit = 0,001 + 11,501 Rst + 4,464 Rmt BCIC Rit = 0,108 – 31,466 Rst – 21,367 Rmt BDMN Rit = 0,100 + 18,784 Rst + 0,133 Rmt BNGA Rit = -0,085 – 12,014 Rst + 37,968 Rmt BNII Rit = -0,014 – 114,564 Rst + 29,876 Rmt PNBN Rit = -0,000 – 39,856 Rst + 23,245Rmt LPBN Rit = 0,194 – 118,165 Rst – 50,060 Rmt NISP Rit = -0,092 + 67,728 Rst + 43,721 Rmt BABP Rit = 0,023 + 1,349 Rst – 3,528 Rmt BKSW Rit = -0,172 – 9,588 Rst + 42,418 Rmt BSWD Rit = 0,016 + 7,961 Rst + 0,547 Rmt MAYA Rit = 0,001 – 0,624 Rst – 0,143 Rmt 2004 ANKB Rit = -0,023 -17,147 Rst + 4,294 Rmt

BBCA Rit = -0,095 – 83,764 Rst + 51,964 Rmt BBNI Rit = -0,043 – 47,512 Rst + 32,443 Rmt BBNP Rit = 0,001 + 11,501 Rst + 4,464 Rmt BCIC Rit = -0,007 – 1,411 Rzt -13,072 Rmt BDMN Rit = 0,023 – 51,702 Rst + 26,281 Rmt BNGA Rit = 0,381 + 1140,217 Rst – 108,692 Rmt BNII Rit = -0,020 -23,583 Rst + 31,708 Rmt PNBN Rit = 0,005 – 84,847 Rst + 33,172 Rmt LPBN Rit = -0,024 -65,216 Rst + 35,655 Rmt NISP Rit = 0,065 – 26,551 Rst + 5,384 Rmt BABP Rit = 0,020 – 16,432 Rst – 1,083 Rmt BKSW Rit = 0,004 – 13,041 Rst – 8,807 Rmt BSWD Rit = 0,007 – 13,209 Rst + 4,468 Rmt MAYA Rit = -0,022 – 44,315 Rst + 34,740 Rmt 2005 ANKB Rit = 0,003 + 9,039 Rst + 1,388 Rmt

BBCA Rit = -0,011 + 21,107 Rst 25,232 Rmt BBNI Rit = -0,053 + 35,166 Rst + 34,053 Rmt BBNP Rit = 0,009 – 9,016 Rst – 8,137 Rmt BCIC Rit = 0,050 + 61,120 Rst + 49,08 Rmt BDMN Rit = -0,020 + 13,748 Rst + 39,102 Rmt


(6)

BNGA Rit = 0,048 + 10,615 Rst – 7,424 Rmt BNII Rit = -0,033 +2,238 Rst + 27,670 Rmt PNBN Rit = -0,071 + 96,012 Rst + 81,394 Rmt LPBN Rit = 0,045 + 38,652 Rst + 22,280 Rmt NISP Rit = -0,001 + 7,056 Rst + 0,957 Rmt BABP Rit = -0,012 + 8,764 Rst – 10,239 Rmt BKSW Rit = 0,082 – 11,087 Rst + 3,678 Rmt BSWD Rit = 0,007 – 0,599 Rst 1,409 Rmt MAYA Rit = 0,021 – 78,659 Rst – 43,439 Rmt 2006 ANKB Rit = 0,018 – 3,188 Rst + 0,084 Rmt

BBCA Rit = 0,038 – 11,554 Rst – 0,007 Rmt BBNI Rit = 0,015 + 17,610 Rst + 1,085 Rmt BBNP Rit = 0,001 + 1,286 Rst + 0,026 Rmt BCIC Rit = -0,025 – 2,967 Rst + 0,509 Rmt BDMN Rit = 0,020 – 16,332 Rst + 0,399 Rmt BNGA Rit = 0,065 – 3,755 Rst + 0,357 Rmt BNII Rit = 0,030 + 4,455 Rst +0,224 Rmt PNBN Rit = 0,040 – 45,315 Rst + 0,208 Rmt LPBN Rit = -0,008 – 11,608 Rst + 0,659 Rmt NISP Rit = -0,018 + 9,554 Rst + 0,407 Rmt BABP Rit = -0,015 + 9,470 Rst + 0,416 Rmt BKSW Rit = 0,013 + 0,622 Rst – 0,012 Rmt BSWD Rit = 0,021 – 78,659 Rst – 43,439 Rmt MAYA Rit = 0,116 + 21,645 Rst + 0,975 Rmt