BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses globalisasi perekonomian dunia mendorong munculnya perusahaan-perusahaan multinasional yang terlibat dalam aktivitas dan transaksi
internasional. Aktivitas perdagangan internasional tidak dapat dipisahkan dari transaksi valuta asing Foreign Exchange Transaction. Permintaan akan transaksi
valas terjadi karena adanya kebutuhan untuk mengkonversi mata uang satu dengan mata uang yang lain. Pada dasarnya globalisasi perekonomian dapat
menambah nilai perusahaan bahkan memberikan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa transaksi
internasional yang menggunakan kurs valas juga memiliki resiko. Resiko yang paling jelas ditanggung adalah resiko nilai tukar. Resiko nilai tukar terjadi ketika
nilai tukar atau kurs tidak pasti mengarah pada fluktuasi-fluktuasi yang tidak pasti pada nilai perusahaan. Adanya variabilitas nilai perusahaan disebabkan oleh
perubahan-perubahan mata uang yang tidak terantisipasi mencerminkan bahwa perusahaan tersebut mengalami resiko nilai tukar.
Bank devisa yang merupakan pelaku pasar valas yang terbesar dan paling aktif melakukan transaksi internasional yang menggunakan kurs valas juga dapat
terkena dampak dari resiko nilai tukar yang ditimbulkan oleh transaksi-transaksi internasional yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Mengingat bahwa
perusahaan perbankan bertindak sebagai dealer di pasar valuta asing, perusahaan
1
Universitas Sumatera Utara
perbankan juga memiliki exposure yang mengakibatkan bank juga memiliki resiko nilai tukar.
Bank umumnya menempatkan operasi valas sebagai suatu pusat laba profit center tersendiri. Banyak bank yang memperoleh laba yang menggiurkan
dari bermain valas karena kepiawaian dalam membaca kondisi pasar, akses terhadap informasi, kemampuan berdagang valas, dan kemampuan memegang
investasi beresiko tinggi. Namun, kadang bank-bank ini juga dapat menderita rugi yang cukup besar. Untuk mengatasi resiko tersebut, perusahaan dapat
mengantisipasinya dengan melakukan praktik manajemen resiko perusahaan. Manajemen resiko terhadap fluktuasi nilai tukar ini dilakukan dengan hedging.
Jumlah bank mengalami penurunan pada akhir 2006 sehubungan dengan adanya merger dua bank mengakibatkan jumlah bank berkurang dari 131 bank
pada tahun 2005 menjadi 130 bank. Sedangkan jaringan kantor bank umum bertambah sebanyak 874 kantor. Penutupan bank dapat terjadi pada setiap bank
yang berpotensi menimbulkan resiko, baik kepada perbankan secara umum ataupun ekonomi dan masyarakat pada khususnya. Hal ini menunjukkan bahwa
salah satu penyebab penurunan jumlah bank karena adanya eksposur nilai tukar foreign exchange exposure dari transaksi internasional yang dilakukan dalam
kegiatan operasi bank tersebut. Secara umum, kondisi perbankan pada tahun 2006 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah meningkatnya persepsi resiko
bank terhadap kondisi sektor riil. Perkembangan jumlah bank dan kantor bank mulai tahun 2003 sampai
2006 dapat dilihat dalam Tabel 1.1 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Jumlah Bank dan Kantor Bank mulai tahun 2003-2006
dalam unit
Kelompok Bank Jumlah
2003 2004 2005 2006 Bank Umum
Junlah Bank Jumlah Kantor
138 7730
133 7939
131 8236
130 9110
Bank Persero Jumlah Bank
Jumlah Kantor 5
2072 5
2112 5
2171 5
2548 BPD
Jumlah Bank Jumlah Kantor
26 1003
26 1064
26 1107
26 1217
BUSN Devisa Jumlah Bank
Jumlah Kantor 36
3829 34
3947 34
4113 35
4395 BUSN NonDevisa
Jumlah Bank Jumlah Kantor
40 700
38 688
37 709
36 759
Bank Campuran Jumlah Bank
Jumlah Kantor 20
57 19
59 18
64 17
77 Bank Asing
Jumlah Bank Jumlah Kantor
11 69
11 69
11 72
11 114
Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia 2006
Nilai tukar rupiah mengalami tekanan sejak akhir Februari 2005 yang menyebabkan rupiah terdepresiasi disertai volatilitas yang meningkat
dibandingkan tahun 2004. Hal ini terjadi sebagai akibat dari meningkatnya harga minyak dunia dan peningkatan suku bunga AS, yang pada akhirnya dollar AS
menguat terhadap berbagai mata uang dunia termasuk rupiah. Terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun 2005 juga disebabkan karena
meningkatnya permintaan valas terutama untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri. Sementara itu, sepanjang tahun 2006 nilai tukar
rupiah secara umum mengalami penguatan terhadap dollar disertai pergerakan yang lebih stabil dibandingkan tahun 2005. Pergerakan tersebut dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
kondisi fundamental makroekonomi yang membaik, daya tarik investasi keuangan di dalam negeri yang terjaga, serta perkembangan ekonomi global yang relatif
lebih kondusif. Pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2003-2006 disajikan dalam
Tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2 Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah dan Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
Sepanjang Tahun 2003-2006 Tahun
Rupiah Dollar RpUSD
Volatilitas
2002 Rp. 9.318,-
- 2003 Rp.
8.572,- 3,8 2004 Rp.
8.940,- 3,97 2005 Rp.
9.713,- 4,24 2006 Rp.
9.167,- 3,9
Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia 2005 dan 2006 data diolah
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar Amerika terjadi akibat adanya permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar
yang menyebabkan nilai tukar yang berfluktuatif. Jika fluktuasi nilai tukar tersebut memberikan dampak terhadap return yang diperoleh perusahaan
perbankan dalam menjalankan operasi perusahaannya, yang pada akhirnya juga berdampak pada nilai perusahaan yang dicerminkan oleh harga sahamnya, maka
kondisi tersebut dikatakan bahwa perusahaan mengalami foreign exchange exposure eksposur nilai tukar yang sering disebut economic exposure.
Menurut Biro Riset Info Bank birl, return perbankan per Desember 2005 mengalami penurunan sebesar 23,56 menjadi Rp.22,65 triliun dari
Universitas Sumatera Utara
Rp.29,64 triliun selama tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa karena adanya volatilitas nilai tukar yang meningkat pada tahun 2004 sampai 2005 sebesar
4,24 dalam Tabel 1.2, berdampak pada penurunan return perbankan. Dengan kata lain, kondisi seperti ini menunjukkan bahwa perusahaan telah mengalami
eksposur nilai tukar foreign exchange exposure. Pengukuran terhadap eksposur yang terjadi dan mengambil tindakan lebih
lanjut harus dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor internal yang dapat berpengaruh terhadap eksposur nilai tukar khususnya pada industri perbankan
yang go public di Indonesia Pertiwi : 2007. Faktor-faktor internal yang dimaksud adalah Return on Total Assets ROA, dan Loan to Deposit Ratio LDR
yang merupakan rasio-rasio keuangan dengan melihat tingkat pengembalian total aktiva dan komposisi jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah dana
masyarakat dan modal sendiri yang dapat mempengaruhi eksposur nilai tukar perusahaan perbankan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dadang dan Indra Mulyawan sebagaimana yang dikutip oleh Pertiwi, menyatakan bahwa semakin tinggi rasio LDR maka
semakin tinggi pula tingkat profitabilitas bank yang pada akhirnya akan meningkatkan permodalan bank. Dengan demikian, bank akan semakin tahan
dalam menghadapi berbagai resiko khususnya yang berkaitan dengan exchange rate.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Faktor-Faktor Internal Perusahaan terhadap Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar pada Industri Perbankan yang Go Public di
Indonesia”.
B. Perumusan Masalah