Tinjauan Umum Tentang Perkawinan

“Perkawinan menurut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’ untuk memperbolehkan bersenang-bersenang antara laki-laki dengan perempuan untuk menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki- laki”. Firman Allah SWT :                               . Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, maka kawinilah wanita- wanita lain yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka kawinilah seorang saja, atau budak- budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. Q.S. An-Nisa: 3. KawinNikah adalah salah satu asas pokok yang hidup yang paling utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan saja merupakan satujalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum lain, dan perkenalan itu akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu dengan yang lainnya. Sebenarnya pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja antara suami isteri dan keturunannya, melainkan antara dua keluarga. Betapa tidak? Dari baiknya pergaulan antara si isteri dengan suaminya, kasih mengasihi, akan berpindahlah kebaikan itu kepada semua keluarga dari kedua belah pihaknya, sehingga mereka menjadi satu dalam segala urusan bertolong-tolongan sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan mencegah segala kejahatan. Selain itu, dengan pernikahan seseorang akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya. Sabda Rasulullah SAW : Artinya : Telah menceritakan kepada kami Amru bin Hafsh bin Ghiyats Telah menceritakan kepada kami bapakku Telah menceritakan kepada kami Al Amasy ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Umarah dari Abdurrahman bin Yazid ia berkata; Aku, Alqamah dan Al Aswad pernah menemui Abdullah, lalu ia pun berkata; Pada waktu muda dulu, kami pernah berada bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam. Saat itu, kami tidak sesuatu pun, maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada kami: Wahai sekalian pemuda, siapa diantara kalian telah mempunyai kemampuan, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu dapat menundukkan pandangan, dan juga lebih bisa menjaga kemaluan. Namun, siapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, sebab hal itu dapat meredakan nafsunya. H.R. Bukhari 25 Muhammad Ibn Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al-jafiy, Shahih Bukhari, Beirt: Daar Ibnu Katsir, 1987, Juz. V, No. 4678, h. 1950. Lihat juga Rasyid Sulaiman H, Fiqh Islam,Jakarta: Attahiriyah, 1954, h. 260 Artinya: Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abdullah bin Numair Al Hamdani telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid telah menceritakan kepada kami Haiwah telah mengabarkan kepadaku Syurahbil bin Syarik bahwa dia pernah mendengar Abu Abdurrahman Al Hubuli telah bercerita dari Abdullah bin Amru bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: Dunia adalah perhiasan dan sebaik- baik perhiasan adalah wanita shalihah”. HR. Muslim Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ali Ibn Isa Ibn Ibrahim, telah menceritakan kepada kami al-Husain Ibn Muhammad Ibn Ziyad, telah menceritakan kepada kami Abu as-Saib Salim Ibn Janadah, telah menceritakan kepada kami Asamah, telah menceritakan kepada kami Hisyam Ibn Urwah Abu al- Abbas Muhammad Ya’kub dari ayahnya dari Aisyah Ra telah berkata, telah bersabda Rasulullah Saw : Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta rejeki bagi kamu”. HR. Hakim 26 Abu al-Husain Muslim Ibn al-Hajaj Ibn Muslim al-Qusyairiy an-Naisaburiy, Shahih Muslim, Beirut: Daar al-Jiil, tt, Juz. IV, No. 2668, h. 178 27 Muhammad Ibn Abdullah Abu Abdullah al-Hakim an-Naisaburiy, Al-Mustadrak Ala Shahihain, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1990, Juz. II, Hadis No. 2679, h. 174 Kebanyakan manusia ingin menikah, karena disebabkan beberapa faktor, diantaranya : 1. Karena mengharapkan harta benda 2. Karena mengharapkan kebangsawannya. 3. Karena ingin melihat kecantikannya. 4. Karena agama dan budi pekertinya yang baik. Yang pertama, karena harta. Kehendak ini datang baik dari pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan. Misalnya ingin menikah dengan seseorang hartawan, sekalipun dia tahu bahwa pernikahan itu tidak akan sesuai dengan keadaan dirinya dan hendak masyarakat, orang yang mementingkan pernikahan disebabkan harta benda yang diharap-harapnya atau yang akan dipungutnya. Pandangan ini bukanlah pandangan yang sehat, lebih-lebih kalau hal ini terjadi dari pihak laki-laki, sebab hal itu sudah tentu menjatuhkan diri dibawah pengaruh perempuan dari hartanya. Hal yang demikian itu adalah berlawanan dengan sunnah alam dan titah Allah yang menjadikan manusia. Allah telah menerangkan dalam Al- Qur’an cara yang sebaik-baiknya bagi aturan kehidupan manusia, yaitu sebagai berikut : Firman Allah SWT :                                             Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian yang lain wanita, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. QS. An-Nisa: 34 Sabda Rasulullah SAW : 28 Muhammad Ibn Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al-jafiy, Shahih Bukhari, Beirt: Daar Ibnu Katsir, 1987, Juz. V, No. 4700, h. 1958. Lihat juga Abu al-Husain Muslim Ibn al-Hajaj Ibn Muslim al-Qusyairiy an-Naisaburiy, Shahih Muslim, Beirut: Daar al-Jiil, tt, Juz. IV, No. 471, h. 175 Artinya : Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ubaidullah ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Said bin Abu Said dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung. HR. Bukhari dan Muslim Yang kedua, karena mengharapkan kebangsawanannya, berarti mengharapkan gelar atau pangkat. Ini juga tidak akan memberi faedah sebagaimana yang diharapkannya, bahkan dia akan bertambah hina dan dihinakan, karena kebangsawanan salah seorang diantara suami isteri itu tidak akan berpindah kepada orang lain. Sabda Rasulullah SAW : Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ibrahim Bin Muhammad Bin Araq al- Hamshiy, telah menceritakan kepada kami Amru Ibn Utsman, telah menceritakan kepada kami Abdussalam Ibn Abdul Qudus dari Ibrahim Ibn Abi ‘Ablah dari Anas Ibn Malik telah berkata, aku telah mendengar Rasulullah bersabda: Barang 29 Sulaiman Ibn Ahmad Ayub Abu al-Qasim at-Thabrani, Musnad As-Syaamiyyiin, Beirut: Muasasah ar-Risalah, 1984, Juz. I, h. 29 siapa yang menikahi perempuan karena kehormatannya, maka Allah tidak akan menambahkannya baginya kecuali kehinaan. Barang siapa yang menikahi perempuan karena hartanya, maka Allah tidak akan menambahkannya baginya kecuali kefaqiran. Barang siapa yang menikahi perempuan karena keturunannya, maka Allah tidak akan menambahkannya baginya kecuali kerendahan, dan barang siapa menikahi perempuan dengan tidak ada tujuan selain memejamkan penglihatannya dan menjaga farjinya, atau silaturrahim, maka Allah akan memberi keberkahan pada diri si perempuan baginya, dan memberi keberkahan pada dirinya bagi si perempuan. HR. At-Thabrani Yang ketiga, karena kecantikannya. Menikah karena hal ini sedikit lebih baik dibandingkan dengan karena harta dan kebangsawanan, sebab harta dapat lenyap dengan cepat, tetapi kecantikan seseorang dapat bertahan sampai tua, asal dia jangan bersifat bangga dan sombong karena kecantikannya itu. Sabda Rasulullah SAW : Artinya: Dari Abdullah Ibn Umar telah berkata, aku mendengar Rasulullah Saw telah bersabda :Janganlah kamu menikahi perempuan itu karena kecantikannya, mungkin kecantikannya itu akan membawa kerusakan bagi mereka sendiri. Dan janganlah kamu menikahi mereka karena mengharap harta mereka, mungkin hartanya itu akan menyebabkan mereka sombong, tetapi nikahilah mereka dengan dasar agama. Dan sesungguhnya hamba sahaya yang hitam lebih baik, asal ia beragama. HR. Baihaqi 30 Ahmad Ibn al-Hsain Ibn Ali Ibn Musa Abu Bakr al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi al-Kubra, Makkah: Maktabah Daar al-Baaz, 1994, Juz. VII, No. 13247, h. 80 Yang keempat, karena agama dan budi pekerti. Inilah yang patut dan baik menjadi ukuran untuk pergaulan yang akan kekal, serta dapat menjadi dasar kerukunan dan kemaslahatan rumah tangga serta semua keluarga. Firman Allah SWT : ...         Artinya : “Sebab itu maka wanita yang shalehah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri sepeninggal suaminya karena Allah telah memelihara mereka.” Q,S, An-Nisa: 34. Sabda Rasulullah SAW : Artinya : Dari Anas bin Malik RA telah berkata, Rasulullah SAW telah bersabda: Barang siapa menikahi seorang perempuan karena hartanya, kecantikannya, maka Allah akan melenyapkan harta dan kecantikannya itu, barang siapa menikahi seorang perempuan karena agamanya niscaya Allah mengaruniainya dengan harta dan kecantikannya. HR. At-Thabrani 31 Sulaiman Ibn Ahmad Ayub Abu al-Qasim at-Thabrani, Musnad As-Syaamiyyiin, Beirut: Muasasah ar-Risalah, 1984, Juz. I, h. 32

BAB III PENGHULU SEBAGAI

PEGAWAI PETUGAS PENCATAT AKTA NIKAH

A. Pengertian Penghulu

Penghulu atau yang biasa disebut Pegawai Pencatat Nikah PPN ialah Pegawai Negeri yang diangkat oleh Menteri Agama berdasarkan Undang-undang Nomor 22 tahun 1946 pada tiap-tiap Kantor Urusan Agama Kecamatan. 1 PPN mempunyai kedudukan jelas dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia sejak keluarnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 sampai sekarang ini, sebagai satu-satunya pejabat yang berwenang mencatat perkawinan yang dilangsungkan menurut agama Islam dalam wilayahnya. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1976 menunjuk Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi atau yang setingkat sebagai pejabat yang berhak mengangkat dan memberhentikan Pegawai Pencatat Nikah atau wakilnya, menetapkan tempat kedudukan dan wilayahnya setelah terlebih dahulu menerima usul dari Kepala Bidang Urusan Agama IslamBidang Bimas IslamBidang Bimas dan Binbaga Islam. Instruksi Kepala Jawatan Urusan Agama Nomor 3 Tahun 1960 menyatakan bahwa Kepala KUA kecamatan dan PPN pada prinsipnya harus di 1 Departemen Agama R.I. Direktorat Jenderal Bimbingan Mayarakat Islam dan Urusan Haji, Proyek Pembinaan Sarana Keagamaan Islam, Jakarta: 19911992, h. 1 43 satu tangan dan Instruksi Kepala Jawatan Urusan Agama Nomor 5 tahun 1961 menyatakan bahwa untuk dapat diangkat menjadi PPN harus lulus testing. Oleh karena itu para pejabat yang berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan PPN harus memperhatikan benar tentang kedua hal tersebut di atas. Dalam hal ini terutama sekali adalah Kepala Bidang Urusan Agama IslamBidang Bimas IslamBidang Bimas dan binbaga Islam di Provinsi karena ia yang mengusulkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama yang bersangkutan. Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, maka PPN hanya mengawasi nikah dan menerima pemberitahuan rujuk saja. PPN tidak mengeluarkan Kutipan Buku Pendaftaran Talak dan Kutipan Buku Pendaftaran Cerai kepada pihak-pihak yang bersangkutan karena proses cerai talak dan cerai gugat diselesaikan di depan sidang Pengadilan Agama dan sekaligus Pengadilan Agama mengeluarkan Akta Cerai Talak dan Cerai Gugat bagi yang bersangkutan.

B. Penghulu Dalam Fiqh Islam dan Undang-Undang

Berkaitan dengan pencatatan perkawinan, pada awalnya hukum Islam tidak secara konkret mengaturnya. Pada masa Rasulullah SAW maupun sahabat belum dikenal adanya pencatatan perkawinan. Waktu itu perkawinan sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Untuk diketahui warga masyarakat,