Kriteria Penghulu Ilegal PENGHULU SEBAGAI

diberi mandat oleh PPN sebagai Pegawai Pembantu Pencatat Nikah P3N. Hal ini berdasarkan pasal 4 PMA No. 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah sebagai berikut ; “Pelaksanaan tugas Penghulu dan Pembantu PPN sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat 1 dilaksanakan atas mandat yang diberikan oleh PPN”. Artinya diwajibkan bagi Pegawai Pembantu Pencatat Nikah P3N, menjalankan tugas dan kewenangannya dengan mandat dari PPN, sehingga konsekuensi hukumnya jika P3N tidak mendapat mandat atau dicabut mandatnya oleh PPN, maka tidak dapat menjalankan tugas dan kewenangannya, sekali pun telah memperoleh Surat Keputusan pengangkatan sebagai P3N. Kriteria yang kedua, penghulu sebenarnya diangkat dan diberikan mandat oleh PPN sebagai penghulu atau P3N, akan tetapi dalam menjalankan kewenangannya tersebut tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau bahkan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini bisa terjadi apabila penghulu melakukan : 1. Penghulu menikahkan pasangan nikah sirri. 2. Penghulu menikahkan pasangan poligami yang tidak mendapat izin dari Pengadilan Agama. 3. Penghulu menikahkan pasangan nikah dibawah umur yang tidak memiliki dispensasi dari Pengadilan Agama. 4. Penghulu menikahkan pasangan kawin kontrak atau pasangan nikah mut’ah. 5. Penghulu menikahkan pasangan sejenis.

BAB IV SANKSI BAGI PENGHULU ILEGAL

A. Sanksi Bagi Penghulu Ilegal

Ada fenomena yang terjadi dalam masyarakat, seorang yang mempunyai buku nikah seperti aslinya akan tetapi ketika di cek ke KUA, buku nikah tersebut ternyata palsu. Dimata masyarakat awam, buku nikah itu tidak ada masalah, semuanya tampak asli. Namun, ketika di cek ke KUA maka pegawai KUA dengan memastikan bahwa buku nikah itu jelas palsu. Hal ini terlihat dari cara penomoran yang jelas berbeda, juga petugas yang menandatangani buku nikah juga bukan petugas resmi. Kalau kita teliti lebih lanjut, ternyata buku nikah aspal tersebut di peroleh dari oknum petugas dapat dikatakan orang yang mengaku penghulu, akan tetapi bukan penghulu resmi, yang suka menikahkan pasangan yang bermasalah. Masih banyaknya oknum yang tidak resmi ilegal ini mengharuskan adanya sanksi yang tegas bagi oknum tersebut, sehingga tidak ada korban selanjutnya yang terkena tipu daya oknum petugas tidak resmi dan tidak bertanggungjawab tersebut. Pernikahan adalah hak asasi setiap manusia. Konvensi Internasional maupun peraturan perundang-undangan nasional telah dengan jelas melindungi dan mengatur agar terjaminnya hak-hak warga negara untuk melangsungkan perkawinan. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 b 1 menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui 61 perkawinan yang sah”. Undang-Undang No. 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia juga menyebutkan hal yang sama, yaitu dalam pasal 10 ayat 1. Tidak hanya instrumen hukum nasional, instrumen hukum Internasional juga menjelaskan hal tersebut. Dalam Universal Declaration of Human Rights Deklarasi Universal Hak Asasi ManusiaDUHAM menegaskan posisi perkawinan sebagai hak asasi manusia melalui article 16 yang menjelaskan bahwa pria dan wanita tanpa batasan ras, kewarganegaraan, atau agama memiliki hak yang sama untuk menikah dan membentuk keluarga. Dengan jaminan instrumen hukum nasional maupun Internasional sudah jelas bahwa perkawinan adalah hak asasi manusia. Oleh karenanya, setiap proses pernikahan harus mendapat jaminan dan perlindungan, agar kepastian hukum semakin meningkat. Dalam hal ini, dengan adanya sanksi yang tegas terhadap penghulu ilegal tidak resmi yang masih banyak berkeliaran, dan banyak menimbulkan kerugian bagi masyarakat yang tidak tahu atau tidak faham dengan hukum perkawinan. Penulis dalam pembahasan ini akan membahas tentang sanksi bagi penghulu ilegal, dalam ini penghulu yang tidak mempunyai kewenangan dan penghulu yang mempunyai kewenangan, akan tetapi menyeleweng dari kewenangan tersebut. Yaitu dengan mengkaji norma yang ada dalam Undang- Undang No. 22 tahun 1946 jo. Undang-Undang No. 32 tahun 1954, tidak menutup kemungkinan akan dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang lainnya yang relevan dengan topik ini.