Kebijakan Nasional Pembangunan Agroindustri

teknologi harus memadukan pertimbangan antara kompleksitas teknologi dan biaya yang dibutuhkan. c Penggunaan kapasitas capacity utilization. Pemilihan teknologi harus disesuaikan dengan kapasitas yang akan digunakan, sedangkan kapasitas yang akan digunakan sangat tergantung dari ketersediaan dan kontinuitas bahan baku raw material. d Kapasitas kemampuan manajemen management capability. Biasanya suatu pengelolaan akan berjalan baik pada tahap awal karena besarnya kegiatan masih berada dalam cakupan pengelolaan yang optimal optimum management size. Setelah besar, masalah biasanya mulai muncul dan hal itu menandakan bahwa skala usaha sudah melebihi kapasitas pengelolaan.

2.6. Kebijakan Nasional Pembangunan Agroindustri

Kementerian pertanian Indonesia telah menetapkan asas strategi pembangunan pertanian yang dituangkan dalam pembangunan sistem agribisnis sebagai penggerak ekonomi nasional. Pada intinya asas strategi pembangunan pertanian tersebut mencakup empat hal penting, yiaitu Departement Pertanian, 2007: 1. Pembangunan pertanian harus menjadi inti pembangunan nasional 2. Pembangunan pertanian harus dilakukan melalui pendekatan sistem agribisnis 3. Keberhasilan pembangunan agribisnis sebagian besar tergantung kepada faktor dan polisi yang berada di luar kewenangan Departemen Pertanian, sehingga diperlukan upaya koordinasi yang sangat baik antar instansi terkait 61 4. Pengembangan agribisnis harus dalam upaya meningkatkan daya saing, membangun ekonomi kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi dalam kerangka penguatan ekonomi daerah. Berdasarkan prosesnya, perancangan ini dibahagi menjadi: 1 perancangan dari bawah ke atas bottom up planning; dan 2 perancangan dari atas ke bawah topdown planning. Perancangan dari bawah ke atas dianggap sebagai pendekatan perancangan yang seharusnya diikuti kerana dipandang lebih didasarkan kepada keperluan nyata. Pandangan ini timbul kerana perancangan dari bawah ke atas ini dimulakan prosesnya dengan mengenali keperluan di peringkat penduduk yang secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan dan mendapat kesan dari aktiviti pembangunan yang dirancang. Perancangan dari atas ke bawah ialah pendekatan perancangan yang menerapkan teknik pelaksanaan rancangan induk kedalam rancangan lebih terperinci. Polisi desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana ditunjukkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang memberikan kuatkuasa semakin besar kepada kerajaan daerah telah menuntut berbagai perubahan dalam sistem pengelolaan pemerintahan. Salah satu perubahan tersebut adalah dalam sistem dan mekanisme perancangan pembangunan nasional yang lebih bersifat desentralistik. Sesuai dengan perubahan tersebut sekarang diperlukan pengaturan mengenai sistem dan mekanisme perancangan pembangunan nasional yang baru untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan reformasi ke dalam suatu sistem 62 perancangan pembangunan nasional yang lebih demokratis, desentralistik, sinergis, komprehensif, dan berterusan.

2.7. Skenario Pertumbuhan Ekonomi