Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan

(1)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN

Skripsi Diajukan Oleh:

Nama : Septian Anhar Lubis Nim : 050501019

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2009


(2)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Factors analysis influencing economic growth in Kota Medan

Abstract

Purpose of this research is to analyse determinant influencing economic growth in Kota Medan during range of time 1988-2007. As for independent variable in this research is investment, number of residents and governmental disbursement.

Method applied in analysis to factors influencing economic growth in Kota Medan is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is by using Eviews 4.1.

Based on result of estimation indicates that: Investment variable, variable number of residents, and disbursement variable of having each government is influence which are positive to economic growth in Kota Medan and significant statistically at α =5%.

Key Word: Kota Medan, Investment, Number of Residents, Governmental Disbursement


(3)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Medan

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Medan selama kurun waktu 1988-2007. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Investasi, Jumlah Penduduk dan Pengeluaran Pemerintah.

Metode yang digunakan dalam analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan eknomi di Kota Medan tersebut adalah Ordinary Least Squared (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 4.1.

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa: Variabel investasi, variabel jumlah penduduk, dan variabel pengeluaran pemerintah masing-masing mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan dan signifikan secara statistik pada α =5%.


(4)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa, Dzat yang hanya kepada-Nya semua makhluk bergantung. Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya. Saya memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya dengan pujian yang tiada habisnya, sebaik-baik pujian yang harus dipujikan. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, tidak ada sekutu baginya. Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada sebaik-baik hamba pilihan, Muhammad Sholallohu ‘alaihi wasallam, juga kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai hari kiamat.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari program Strata-1 (S-1), Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerina bantuan, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pikiran dari berbagai pihak

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan terutama kepada:

1. Penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua yaitu ayahanda Anas Lubis dan ibunda Zuriah Parinduri -rohimahullahu-, yang telah banyak memberi bantuan moril maupun materil kepada penulis selama ini. Terima kasih juga atas dorongan ayahanda kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

2. Kepada Abanganda Azmi Chandra Lubis dan Kakanda Arnita Siska Lubis yang telah banyak memberikan motivasi penulis, dan juga yang memberikan


(5)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

bantuan moril dan materil kepada penulis selama ini dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc Selaku ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Rujiman, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu luang, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, Msi dan Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi selaku dosen pembanding yang telah memberikan petunjuk dan saran hingga selesai skripsi ini.

7. Bapak Paidi Hidayat, SE, MSi selaku dosen wali yang telah memberikan semangat dalam penulisan skripsi.

8. Seluruh Staf pengajar dan karyawan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan mendidik penulis selama di bangku kuliah.

9. Tidak lupa juga kepada Ustadz Muhammad Faishol, Ustadz Ali Nur, Ustadz Abdul Fattah, dan Ustadz Abu Ihsan serta para asatidz Ahlussunnah lainnya di Kota Medan yang telah banyak berjasa kepada penulis. Membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis.

10. Kepada seluruh ikhwahfillah. Al-Akh Rahmadi, al-Akh Abu Ahmad al-Binjy, al-Akh Rahadian Sapta Aji, al-Akh Halim, al-Akh Suheri, dan al-Akh Fahlul serta ikhwan-ikhwan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya di sini. Tetaplah istiqomah berada di barisan al-Firqotun Najiyah.


(6)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

11. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Nopiansyah Putra, Robet, Riki, Alex Dan kepada semua teman-teman satu angkatan di Ekonomi Pembangunan yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan kerja sama, inspirasi, do’a, dan kebersamaan selama ini.

12. Dan semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini

Dalam berbagai bentuk penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, hal ini karena masih kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pencapaian kesempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terkira dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Februari 2009 Penulis


(7)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Hipotesis ... 12

1.4 Tujuan Penelitian ... 13

1.5 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 14

2.1.1 Teori-Teori Pertumbuhan ... 14

2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 19


(8)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

2.2.1 Teori-Teori Investasi ... 22

2.3 Jumlah Penduduk ... 23

2.3.1 Teori-Teori Kependudukan ... 23

2.4 Pengeluaran Pemerintah ... 27

2.4.1 Teori-Teori Pengeluaran Pemerintah ... 27

2.4.2 Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 37

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 37

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan data ... 38

3.4 Pengolahan Data ... 38

3.5 Model Analisis Data ... 38

3.6 Test of goodness of fit (uji kesesuaian) ... 40

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 42

3.8 Defenisi Variabel Operasional ... 45

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian ... 46

4.1.1 Kondisi Geografis ... 46

4.1.2 Kondisi Demografis ... 49

4.1.3 Kondisi Iklim ... 57


(9)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

4.2. Hasil Estimasi ... 60

4.3. Interpretasi Model ... 61

4.4. Test of Goodness of Fit ... 62

4.5. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 70

5.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(10)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia periode 1995 – 2005 atas

dasar harga konstan tahun 2000 ... 5 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara periode 2005 – 2007

Menurut Sektor/ Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

2000 (%) ... 7 1.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan periode 2005-2007

Menurut Sektor/ Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

2000 (%)... 9 4.1 Luas Wilayah Kota Medan per Kecamatan ... 48 4.2 Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

di Kota Medan Tahun 2001 – 2007 ... 50 4.3 Persentase Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok

Umur Tahun 2007... 51 4.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan periode 2003-2007

Menurut Sektor/ Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan


(11)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

3.1 Durbin Watson test ... 44

4.1 Piramida Penduduk di Kota Medan ... 53

4.2 Kurva uji t-statistik Investasi... 63

4.3 Kurva uji t-statistikvariabel jumlah penduduk ... 64

4.4 Kurva uji t-statistik variabel pengeluaran pemerintah ... 65

4.5 Kurva uji F-statistik ... 67


(12)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR GRAFIK

No Grafik Judul Halaman

4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok, Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 2007... 56


(13)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan menjadi berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah ketrampilan mereka.

Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya.

Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu periode


(14)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami penurunan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro. Hal ini didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk selalu bertambah. Bertambahnya jumlah penduduk ini berarti angkatan kerja juga selalu bertambah. Pertumbuhan ekonomi akan mampu menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja, hal ini mendorong terjadinya pengangguran. Kedua, selama keinginan dan kebutuhan selalu tidak terbatas, perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha menciptakan kemerataan ekonomi (economic stability) melalui retribusi pendapatan (income redistribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena penduduk mengalami peningkatan dan berarti pula kebutuhan ekonomi juga akan bertambah. Hal ini hanya bisa diperoleh melalui peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau sering disebut PDRB atas dasar harga konstan setiap tahun. Jadi dalam


(15)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDRB atas dasar harga konstan.

Dengan adanya mekanisme penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi suatu negara. Begitu juga halnya dengan investasi yang merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian, setiap negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investasi asing.

Penerimaan investasi dalam negeri maupun investasi asing merupakan salah satu pos penerimaan negara yang memberikan kontribusi cukup potensial dalam hal pembiayaan anggaran dan belanja negara. Laju pertumbuhan perekonomian yang didasarkan pada alur investasi positif menggambarkan gerak pacu positif dengan dukungan beberapa faktor penunjang lainnya. Pertumbuhan ekonomi dan hubungannya dengan keberlanjutan pembangunan diketahui bahwa peningkatan output sektor-sektor ekonomi riil dapat dibentuk melalui mekanisme pertambahan kapasitas produksi.

Dalam suatu pembangunan sudah pasti diharapkan terjadinya pertumbuhan. Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan sarana dan prasarana, terutama dukungan dana yang memadai. Disinilah peran serta investasi mempunyai cakupan yang cukup penting karena sesuai dengan fungsinya sebagai penyokong pembangunan dan pertumbuhan nasional melalui pos penerimaan negara sedangkan


(16)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

tujuannya adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.

Alur Investasi merupakan pembentukan modal yang mendukung peran swasta dalam perekonomian yang berasal dari dalam negeri. Harrod Domar menyatakan, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal seperti Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dengan adanya semakin banyak tabungan yang kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat terjadi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi secara riil, tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada setiap tabungan dan investasi tergantung dari tingkat produktivitas investasi tersebut (Todaro, 2000).

Pertumbuhan ekonomi nasional yang dihitung melalui GNP (Gross National Product) dapat juga dijadikan indikator atas laju perekonomian nasional yang dalam hal ini menyangkut efektifitas dari tingkat investasi dalam maupun luar negeri. Selama dekade 10 tahun terakhir (periode 1995-2005) terlihat perubahan yang fluktuatif. Laju pertumbuhan terbesar tercatat pada tahun 1995 dengan nilai GDP sebesar Rp. 1.340.379,2 Milyar dengan laju pertumbuhan sebesar 8,22 persen dari tahun sebelumnya. Angka laju tersebut ternyata mengalami penurunan hingga pada klimaks penurunan minimum pada tahun 1998 hingga mencapai kondisi (minus) sebesar -13,12 persen dengan nilai nominal Rp. 1.314.474,3 Milyar. Kondisi ini


(17)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

adalah kondisi krisis ekonomi yang berpengaruh terhadap hampir semua sektor ekonomi tak terkecuali pertumbuhan ekonomi nasional.

Tabel 1.1

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

periode 1995 – 2005 atas dasar harga konstan tahun 2000

Tahun

GDP tahun dasar 2000 (Milyar rupiah)

GDP tahun dasar 2000 (%)

1995 1.340.379,2 8,22

1996 1.445.172,6 7,82

1997 1.513.093,9 4,69

1998 1.314.474,3 -13,12

1999 1.324.873,4 0,79

2000 1.389.769,6 4,89

2001 1.442.984,6 3,83

2002 1.506.124,4 4,37

2003 1.579.559,0 4,87

2004 1.660.578,8 5,12

2005 1.749.546,9 5,35

(Laporan Perekonomian Indonesia : BPS Jakarta – Indonesia)

Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari


(18)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing return to scale (relasi positif, antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.

Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap. Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar Rp. 99.792,27 Milyar. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,43 persen, diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,90 persen dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 9,87 persen. Secara keseluruhan perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2007 naik sebesar 6,90 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.


(19)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 1.2

Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara periode 2005 – 2007 Menurut Sektor/ Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%)

Sektor / Lapangan Usaha 2005 2006 2007

1. Pertanian 3,38 2,40 4,98

2. Pertambangan & Penggalian 6,42 4,17 9,78

3. Industri Pengolahan 4,76 5,47 5,09

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5,15 3,08 0,22

5. Kontruksi 12,96 10,33 7,78

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 4,95 6,95 7,55 7. Transportasi & Telekomunikasi 10,11 11,91 9,90 8. Keuangan & jasa Perusahaan 7,15 9,87 12,43

9. Jasa-jasa 4,36 7,09 8,25

PDRB 5,48 6,20 6,90

(Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka 2008)

Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005 – 2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03 pesen, sektor sekunder sebesar 26,91 pesen dan sektor primer sebesar 3,06 persen. Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen,


(20)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

sub sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub sektor industri pengolahan sebesar 16,58 persen.

Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2006. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70 persen, sekunder sebesar 28,37 pesen dan primer sebesar 2,93 persen. Masing masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,98 persen, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen, industri jasa pengolahan sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen.

Demikian juga pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen dan sektor primer sebesar 2,86 persen. Masing-masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari lapangan usaha perdagangan,hotel dan restoran, lapangan usaha transportasi dan telekomunikasi sebesar 19,02 persen dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28 persen. (BPS, Medan dalam Angka 2008)

Sejalan dengan peningkatan PDRB ADH Konstan tahun 2000 Kota Medan selama periode 2005-2007, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode yang sama, meningkat rata-rata di atas 7,77 persen. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai, selain relatif tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil.


(21)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 1.3

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan periode 2005-2007 Menurut Sektor/ Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%)

Sektor / Lapangan Usaha 2005 2006 2007

1. Pertanian 1,30 0,37 5,14

2. Pertambangan & Penggalian 0,88 5,89 10,30

3. Industri Pengolahan 3,14 6,59 6,08

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,27 5,39 2,81

5. Kontruksi 7,52 11,01 6,43

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 10,45 6,15 5,94 7. Transportasi & Telekomunikasi 10,45 13,34 10,61 8. Keuangan & jasa Perusahaan 12,11 5,08 12,82

9. Jasa-jasa 8,00 6,34 6,83

PDRB 6,98 7,76 7,78

(Sumber : BPS

Sebagai salah satu pilar kegiatan ekonomi, keberadaan lembaga keuangan khususnya perbankan di kota Medan dirasakan penting dan strategis khususnya untk mendukung ketersediaan modal, baik yang bersifat modal investasi, modal kerja, maupun modal konsumsi. Rusaknya sistem perbankan nasional sebagai akibat krisis


(22)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

ekonomi dan moneter ternyata tidak sampai menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.

Peran Bank dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Kota Medan sangat penting artinya. Untuk mendukung program Pemerintah dan memperlancar bank yang ada di Kota Medan telah menyalurkan kredit yang cukup besar. Dimana sampai bulan Desember tahun 2006 posisi pinjaman menurut lapangan usaha sebesar 26.562 Milyar Rupiah, yang terdiri dari 3.283 Milyar untuk lapangan usaha Pertanian, 8.003 Milyar untuk Industri, 6.454 Milyar untuk Perdagangan dan selebihnya untuk Pertambangan, Listrik, Gas dan air, Konstruksi, Angkutan, Jasa perusahaan, Jasa Sosial dan lapangan usaha lainnya.

Jumlah dana yang terkumpul oleh bank dari masyarakat sampai bulan Desember tahun 2006 berjumlah 40.409 Milyar Rupiah, yang berasal dari Giro sebesar 5.991 Milyar Rupiah, Simpanan Berjangka sebesar 21.036 Milyar Rupiah dan dari Tabungan senilai 13.381 Milyar Rupiah.

Investasi merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Pada perekonomian tertutup, sumber dana investasi semata-mata berasal dari tabungan domestik. Sedangkan pada perekonomian terbuka sumber dana dapat diperoleh melalui dana dari luar wilayah.

Pertumbuhan produksi pada dasarnya dipengaruhi oleh perkembangan faktor-faktor produksinya. Salah satu faktor-faktor produksi tersebut adalah modal (investasi).


(23)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Banyak studi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah erat kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan modal (investasi).

Sejak tahun 2001 penanaman modal (investasi) di Kota Medan secara berangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh faktor faktor ekonomi yang dimiliki, tetapi didukung juga oleh faktor - faktor non ekonomi, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu.

Langkah-langkah strategis yang ditempuh adalah dengan mengembangkan kemitraan strategis diantara sesama pelaku usaha dengan Pemerintah Kota yang kenyataannya mampu menumbuhkan minat berinvestasi para pemilik modal untuk menanamkan modalnya di Kota Medan, di berbagai bidang lapangan usaha potensial. Hal ini juga tidak terlepas dari persepsi yang sama dari seluruh stakeholders tentang perlunya menarik investasi lebih besar, untuk menggerakkan roda perekonomian dalam volume yang lebih besar, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja lebih banyak, sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Perkembangan positif penanaman modal selama tahun 2005-2007 dapat dilihat dari perkiraan nilai investasi di berbagai sektor lapangan usaha, baik yang berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA), di samping sektor Pemerintah dan rumah tangga.

Dengan adanya pemasalahan ini maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pertumbuhan ekonomi dan fakor-faktor yang mempengaruhinya di


(24)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Kota Medan dengan Judul “ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan untuk dilakukan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana pengaruh Investasi di Kota Medan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan?

2. Bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk di Kota Medan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan?

3. Bagaimana pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Kota Medan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan?

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji atau dibuktikan. Dari rumusan di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:


(25)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

1. Investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan, ceteris paribus.

2. Jumlah Penduduk berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan, ceteris paribus.

3. Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan, ceteris paribus.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapaun hasil penelitian ini diharapkan:

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam bidang disiplin ilmu yang penulis tekuni.


(26)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

2. Sebagai informasi tambahan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada menyangkut topik yang sama dalam rangka mengemban amanah ilmiah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1 Teori-Teori Pertumbuhan A.Pandangan Adam Smith

Mengenai faktor yang menentukan pembangunan, Smith berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meninggikan tingkat spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Sebagai akibat dari spesialisasi yang terjadi, maka tingkat kegiatan eknomi akan bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan pembagian pekerjaan di antara tenaga kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan meninggikan tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi.


(27)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Mengenai corak proses pertumbuhan ekonomi, Smith mengatakan bahwa apabila pembangunan sudah terjadi, maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara kumulatif. Apabila pasar berkembang, pembagian kerja dan spesialisasi akan terjadi, dan menimbulkan kenaikan produktivitas. Kenaikan pendapatan nasional yang disebabkan oleh perkembangan tersebut dan perkembangan penduduk dari masa ke masa, yang terjadi bersama-sama dengan kenaikan dalam pendapatan nasional, akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang lebih banyak. Tambahan pula, spesialisasi yang bertambah tinggi dan pasar yang bertambah luas akan menciptakan teknologi dan mengadakan inovasi (pembaruan). Maka, perkembangan ekonomi akan berlangsung lagi dan dengan demikian dari masa ke masa pendapatan perkapita akan terus bertambah lagi.

B.Pandangan Ricardo.

Pada saat ini apabila dinyatakan teori pertumbuhan kaum kliasik, maka yang dimaksudkan adalah teori pertumbuhan yang dikemukakan Ricardo. Teori ini sangat dipengaruhi oleh teori perkembangan penduduk yang dikemukakan Malthus dan teori hasil lebih yang makin berkurang. Menurut Ricardo, pola proses pertumbuhan eknomi adalah sebagai berikut:

1. Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam relatif cukup banyak. Sebagai akibatnya, para pengusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Karena pembentukan modal tergantung kepada keuntungan, maka laba yang tinggi akan menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi pula.


(28)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Ini akan mengakibatkan kenaikan produksi dan pertambahan permintaan tenaga kerja.

2. Sesudah tahap tersebut, karena jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan bertambah, maka upah akan naik dan kenaikan upah ini mendorong pertambahan penduduk. Karena luas tanah tetap, maka makin lama tanah yang digunakan adalah tanah yang mutunya lebih rendah. Sebagai akibatnya, hasil tambahan yang diciptakan oleh seorang pekerja (produk marjinalnya) akan menjadi semakin kecil, karena lebih banyak pekerja digunakan. Dengan demikian, dengan terjadinya pertambahan penduduk yang terus-menerus, sewa tanah makin lama makin merupakan bagian yang cukup besar dari seluruh pendapatan nasional dan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh para pengusaha. Dorongan untuk mengadakan pembentukan modal menurun dan selanjutnya akan menurunkan permintaan atas tenaga kerja. 3. Sesudah tahap tersebut, tingkat upah akan menurun dan pada akhirnya akan

berada pada tingkat yang minimal. Pada tingkat ini perekonomian akan mencapai stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi lagi karena sewa tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh keuntungan.

Keadaan stationary state dapat dielakkan apabila tuan tanah bersedia menggunakan sewa tanah yang diterimanya untuk pembentukan modal. Tetapi menurut Ricardo, tuan tanah merupakan golongan masyarakat yang sangat pemboros


(29)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

dan akan membelanjakan uangnya untuk pengeluaran yang bersifat konsumtif dan bukan untuk pembentukan modal yang produktif. Ricardo membedakan masyarakat dalam perekonomian pada tiga golongan, yaitu pekerja, pengusaha, dan tuan tanah. Pada waktu stationary state tercapai, para pekerja menerima upah sebesar upah subsistem dan para pengusaha tidak memperoleh laba sama sekali. Satu-satunya golongan masyarakat yang mengecap pendapatan yang sangat tinggi adalah tuan tanah. Maka mereka memegang dana yang banyak yang dapat digunakan untuk pembentukan modal. Tetapi menurut Ricardo, mereka tidak akan menggunakan sewa tanah yang mereka peroleh untuk pembentukan modal. Mereka lebih suka menggunakan pendapatan tersebut untuk pengeluaran yang akan mempertinggi kemewahan mereka. Berarti, golongan tuan tanah tidak dapat diharapkan untuk mengelakkan perekonomian dari stationary state.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori pembangunan kaum klasik dalam garis besarnya mengemukakan pandangan berikut:

1. Tingkat perkembangan suatu masyarakat tergantung kepada empat faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah, dan tingkat teknologi yangdicapai.

2. Pendapatan nasional suatu masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga jenis pendapatan, yaitu: upah para pekerja, keuntungan para pengusaha, dan sewa tanah yang diterima para pemilik tanah.


(30)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

4. Tingkat keuntungan merupakan faktor yang menentukan besarnya pembentukan modal, apabila tidak terdapat keuntungan maka pembentukan modal tidak akan terjadi dan perekonomian akan mencapai tingkat stationary state.

5. Hukum hasil lebih yang makin berkurang berlaku untuk segala kegiatan ekonomi sehingga mengakibatkan, tanpa adanya kemajuan teknologi, pertambahan penduduk akan menurunkan tingkat upah, menurunkan tingkat keuntungan, akan tetapi menaikkan tingkat sewa tanah.

(Sukirno, 2006)

C.Pandangan Harrod-Domar

Baik Harrod maupun Domar tertarik untuk mencari tingkat pertumbuhan pendapatan yang diperlukan bagi kehidupan perekonomian yang berjalan mulus dan tak tersendat-sendat. Kendati model mereka berbeda-beda dalam rincian, namun keduanya nyaris sampai pada kesimpulan yang sama.

Harrod dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, dan kedua, ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Yang pertama dapat disebut sebagai “dampak permintaan” dan yang kedua “dampak penawaran”


(31)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

investasi. Karena itu, selama investasi netto tetap berlangsung pendapatan nyata dan output akan senantiasa membesar. Namun demikian untuk mempertahankan tingkat ekuilibrium pendapatan pada pekerjaan penuh dari tahun ke tahun, baik pendapatan nyata maupun output tersebut keduanya harus meningkat dalam laju yang sama pada saat kapasitas produktif meningkat. Kalau tidak, setiap perbedaan antara keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas atau ada kapasitas nganggur (idle). Hal ini memaksa para pengusaha membatasi pengeluaran investasinya sehingga akhirnya akan berpengaruh buruk pada perekonomian yaitu menurunkan pendapatan dan pekerjaan pada periode berikutnya dan menggeser perekonomian keluar jalur ekuilibrium pertumbuhan mantap. Jadi apabila pekerjaan hendak dipertahankan dalam jangka panjang, maka investasi harus senantiasa diperbesar. Ini lebih lanjut memerlukan pertumbuhan pendapatan nyata secara terus-menerus pada tingkat yang cukup untuk menjamin penggunaan kapasitas secara penuh atas stok modal yang sedang tumbuh. Tingkat pertumbuhan pendapatan yang diperlukan ini dapat disebut sebagai “tingkat pertumbuhan terjamin” (warranted rate of growth) atau “tingkat pertumbuhan kapasitas penuh”.

2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) A.Pengertian PDRB

PDRB adalah nama yang diberikan kepada total nilai nominal barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu daerah selama periode 1 (satu) tahun atau tertentu.


(32)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

PDRB digunakan untuk berbagai tujuan, tetapi yang terpenting adalah untuk mengukur kinerja perekonomian secara keseluruhan. Jumlah ini akan sama dengan jumlah nilai nominal dari konsumsi, investasi kotor, pengeluaran pemerintah untuk barang nominal dan jasa, serta eksport netto.

B.Metode Penghitungan PDRB

Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu: Metode Langsung

Penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah yang sama sekali terpisah dari data nasional, sehingga hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakuakan melalui tiga pendekatan.

1. Pendekatan Produksi

PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit – unit produksi di dalam suatu wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB diperoleh dari Nilai Produksi Bruto (NPB/Output) dikurangi seluruh biaya antara biaya yang benar-benar habis dipakai dalam proses produksi yang dikeluarkan untuk meningkatkan output tersebut. NTB ini masih termasuk biaya penyusutan dan pajak tidak langsung netto yang merupakan bagian dari peran pemerintah dalam menentukan harga.


(33)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

2. Pendekatan Pendapatan

PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jamlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini di dalamnya termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung netto. Berbeda dengan pendekatan produksi, maka kita perlu mengumpulkan data dari pendapatan faktor-faktor produksi yang dimiliki.

3. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestic bruto, perubahan stok dan ekspor netto, di dalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.

Seharusnya ketiga cara pendekatan akan memberikan angka yang sama, tetapi karena sumber data yang ada belum mempunyai system pembukuan yang baik dan tertib maka ketiga pendekatan sering menghasilkan penghitungan yang tidak sama.

Metode Tidak Langsung atau Alokasi

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah propinsi ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada


(34)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

tingkat kabupaten/kota. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung cenderung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah. Untuk sektor ekonomi yang mempunyai manajemen terpusat seperti listrik, telkom, bank, dan PJKA terpaksa menggunakan metode alokasi. Hasil Penghitungan PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.

2.2 Investasi

2.2.1 Teori-Teori Investasi

Hampir semua ahli ekonomi menekankan arti penting pembentukan modal (capital formation) sebagai penentu utama pertumbuhan ekonomi. Arti “pembentukan modal” ialah bahwa masyarakat tidak mempergunakan seluruh aktivitas produktifnya saat ini untuk kebutuhan dan keinginan konsumsi, tetapi menggunakan sebagian saja untuk pembuatan barang modal: perkakas dan alat-alat, mesin dan fasilitas angkutan,


(35)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

pabrik dan perlengkapannya – segala macam bentuk modal nyata yang dapat dengan cepat meningkatkan manfaat upaya produktif. Inti proses itu kemudian ialah pengalihan sebagian sumberdaya yang sekarang ada pada masyarakat ke tujuan untuk meningkatkan persediaan barang modal sehingga memungkinkan perluasan output yang dapat dikonsumsi pada masa depan.

Menurut Dr. Singer, pembentukan modal terdiri dari barang yang nampak seperti pabrik, alat-alat dan mesin, maupun barang yang tidak nampak seperti pendidikan bermutu tunggi, kesehatan, tradisi ilmiah dan penelitian.

Pendapat yang sama dinyatakan Kuznets: “Pembentukan modal domestik tidak hanya mencakup biaya untuk konstruksi, peralatan dan persediaan dalam negeri, tetapi juga pengeluaran lain, kecuali pengeluaran yang diperlukan untuk mempertahankan output pada tingkat yang ada. Ia mencakup juga pembiayaan untuk pendidikan, rekreasi dan barang mewah yang memberikan kesejahteraan dan produktivitas lebih pada individu dan semua pengeluaran masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan moral penduduk yang bekerja”.

Pembentukan atau pengumpulan modal dipandang sebagai salah satu faktor dan sekaligus faktor utama di dalam pembangunan ekonomi. Menurut Nurkse, lingkaran setan kemiskinan di negara terbelakang dapat digunting melalui pembentukan modal. Sebagai akibat rendahnya tingkat pendapatan di negara terbelakang maka permintaan, produksi dan investasi menjadi rendah atau kurang.


(36)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Hal ini menyebabkan kekurangan di bidang barang modal yang dapat diatasi melalui pembentukan modal.

Pembentukan modal membawa kepada pemanfaatan penuh sumber-sumber yang ada. Jadi pembentukan modal menghasilkan kenaikan besarnya output nasional, pendapatan dan pekerjaan, dengan demikian memecahkan masalah inflasi dan neraca pembayaran, serta membuat perekonomian bebas dari beban utang luar negeri.

(Jhinghan, 1996)

2.3 Jumlah Penduduk

2.3.1 Teori-Teori Kependudukan

A.Faktor yang Mempercepat Perkembangan Penduduk

Perkembangan penduduk dunia yang besar jumlahnya tersebut disebabkan oleh dua faktor. Yang pertama adalah jumlah penduduk yang sudah terlalu banyak dewasa ini. Semenjak permulaan abad lalu, yaitu dalam waktu satu abad, penduduk dunia telah berkembang dari 1,6 Milyar menjadi lebih 6 Milyar. Pertambahan penduduk yang demikian besar dalam waktu singkat tersebut belum pernah terjadi dalam sejarah.

Faktor kedua dan yang lebih penting, yang menyebabkan perkembangan penduduk yang sangat pesat dewasa ini adalah tingkat pertambahan penduduk yang relatif sangat cepat dalam beberapa dasawarsa belakangan ini. Bahwa pada masa ini cepatnya tingkat pertambahan penduduk adalah lebih besar daripada masa-masa


(37)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

sebelumnya sudah dapat disimpulkan dari gambaran mengenai keadaan perkembangan penduduk yang baru saja dijelaskan. Banyak usaha telah di buat untuk memperkirakan lajunya tingkat perkembangan penduduk pada masa-masa lalu. Salah satunya adalah Barelson dan menurut perhitungannya, di antara tahun 1650-1750 laju rata-rata pertambahan penduduk adalah sebesar 0,3 persen. Tingkat ini jauh lebih cepat dari yang dicapai pada masa sebelumnya.

Ledakan penduduk yang terjadi dalam beberapa dasawarsa belakangan telah mengubah corak permasalahan penduduk yang harus diatasi negara berkembang. Secara umum boleh dikatakan bahwa masalah penduduk yang sedang dihadapi sekarang ini jauh lebih rumit dari masa sebelum Perang Dunia II, sebelum penduduknya mencapai jumlah dan tingkat perubahan seperti yang sekarang ini. Tingkat pertambahan yang terlalu tinggi, secara langsung telah menimbulkan kesulitan kepada negara berkembang untuk mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Telah ditunjukkan bahwa diantara negara tersebut ada yang mengalami perkembangan produksi domestik bruto yang cukup tinggi. Di samping data kenaikan PDB yang tinggi ini, didapati pula data yang menggambarkan bahwa tingkat pendapatan perkapita tidak menunjukkan gambaran yang terlalu menggembirakan. Perbedaan yang besar antara tingkat pertumbuhan produksi domestik bruto dan tingkat pertambahan pendapatan per kapita disebabkan oleh tingkat perkembangan penduduk yang sangat tinggi.


(38)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Proses perpindahan penduduk dari pedesaan ke kota yang seirama dengan pertambahan kesempatan kerja di kota-kota, yang telah menimbulkan proses pertumbuhan ekonomi yang harmonis, tidak berlaku di kebanyakan negara berkembang. Di negara ini, migrasi penduduk dari desa ke kota sangat berlebihan sehingga menyebabkan jumlah penduduk kota tumbuh dengan cepat. Banyak kota-kota di Asia, Afrika, dan Amerika Latin mencapai tingkat perkembangan penduduk sebesar 4 sampai 7 persen, berarti melebihi tingkat perkembangan penduduk secara keseluruhan. Perkembangan penduduk kota yang sangat laju tersebut adalah akibat dari perpindahan penduduk yang sangat berlebihan dari daerah pedesaan. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa lebih dari setengah pertambahan penduduk yang terjadi di kota-kota di negara berkembang ditimbulkan oleh perpindahan penduduk dari desa ke kota.

B.Efek Positif Perkembangan Penduduk

Ahli-ahli ekonomi pada umumnya sependapat bahwa perkembangan penduduk dapat menjadi faktor pendorong maupun penghambat pembangunan. Ia dipandang sebagai faktor pendorong karena, pertama, perkembangan itu memungkinkan pertambahan jumlah tenaga kerja dari masa ke masa. Selanjutnya, pertambahan penduduk dan pemberian pendidikan kepada mereka sebelum menjadi tenaga kerja, memungkinkan sesuatu masyarakat memperoleh bukan saja tenaga kerja yang ahli, akan tetapi juga tenaga kerja terampil, terdidik, dan entrepreneur yang berpendidikan. Biasanya ketiga kelompok tenaga kerja yang disebutkan belakangan


(39)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

ini lebih besar jumlahnya apabila tingkat pembangunan bertambah tinggi. Oleh karenanya, pada tingkat pembangunan yang lebih tinggi, pertambahan penduduk dapat memberikan sumbangan yang lebih besar bagi pengembangan kegiatan eknomi.

Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk adalah perluasan pasar. Luas pasar barang-barang dan jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk. Maka apabila penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar akan bertambah pula. Karena peranannya ini, maka perkembangan penduduk akan merupakan perangsang bagi sektor produksi untuk meningkatkan kegiatannya. Dan akhirnya, pertambahan penduduk dapat menciptakan dorongan untuk mengembangkan teknologi. Peran ini terlihat nyata di sektor pertanian. Di negara maju sejak beberapa abad yang lalu pertambahan penduduk merupakan salah satu faktor penting yang menimbulkan perbaikan teknologi pertanian. Perkembangan penduduk yang bertambah cepat bersama dengan perbaikan jaringan pengangkutan dan pertambahan tingkat pendapatan, akan selalu memperluas pasar bagi hasil-hasil pertanian. Pasar yang bertambah luas merangsang peningkatan produktivitas sektor tersebut dan ini dicapai dengan mempertinggi teknologi bercocok tanam.

C.Pertambahan Penduduk dan Investasi

Mengenai pengaruh pertambahan penduduk yang sangat cepat terhadap corak investasi, ahli-ahli ekonomi sepenuhnya sependapat bahwa keadaan tersebut akan mengakibatkan beberapa perubahan yang tidak menguntungkan struktur investasi


(40)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

yang dilaksanakan oleh negara berkembang. Pertambahan penduduk yang pesat mengakibatkan proporsi penduduk muda lebih besar. Keadaan ini mengharuskan pemerintah melakukan investasi yang lebih besar untuk pendidikan. Selanjutnya ia menimbulkan pula keharusan untuk mempercepat pengembangan fasilitas-fasilitas yang diperlukan guna memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat. Dan akhirnya, perlu pula dilakukan lebih banyak investasi untuk membangun lebih banyak perumahan yang diperuntukkan bagi pertambahan penduduk yang telah menjadi dewasa. Berbagai jenis penanaman modal untuk menciptakan fasilitas-fasilitas sosial ini menyebabkan proporsi dana penanaman modal yang dapat digunakan untuk membangun kegiatan-kegiatan yang lebih produktif menjadi berkurang.

2.4 Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

2.4.1 Teori-Toeri Pengeluaran Pemerintah A.Teori Rodenstein-Rodan

Teori Rodenstein-Rodan memberi tekanan pada pembangunan pada semua sektor ekonomi agar tercapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Tidak satupun dari semua teori di atas memberikan kerangka teori yang memuaskan tentang proses


(41)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

pembangunan secara holistik, yang tidak hanya berorientasi pada pencapaian tujuan tertentu (pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi) tetapi juga menjelaskan secara sistematis bagaimana berbagai individu dalam suatu masyarakat berinteraksi untuk mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Untuk ini diperlukan suatu kerangka teori yang komprehensif tentang proses pembangunan tersebut. Kerangka analisis yang memenuhi karakteristik pembangunan sebagai proses yang holistik ini diberikan oleh para pakar dalam bentuk ”teori pembangunan sosial”.

Beberapa pokok pikiran dari teori pembangunan sosial ini adalah sebagai berikut:

1. Proses pembangunan terjadi oleh terciptanya tingkat organisasi yang semakin tinggi dalam masyarakat yang memungkinkan dihasilkannya kegiatan yang lebih besar dengan menggunakan energi sosial secara lebih efisien;

2. Masyarakat berkembang dengan mengorganisir segala pengetahuan, energi manusia serta sumber daya materiil yang dimiliki masyarakat tersebut untuk mencapai aspirasinya;

3. Pembangunan memerlukan empat jenis infrastruktur dan sumber daya (resources), yaitu yang fisik, sosial, mental dan psikologis. Hanya yang fisik ketersediaannya terbatas;

4. Paling penting dalam proses pembangunan ini adalah manusia yang dengan kemampuan berpikirnya yang semakin meningkat dapat menciptakan sumber daya yang dibutuhkan untuk pembangunan. Penerapan dari intelegensia


(42)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

manusialah yang dapat merubah suatu sumber daya alam (substance) menjadi suatu sumber daya ekonomi (resource). Karenanya kemampuan berpikir manusia merupakan sumber daya yang paling utama.

Menurut teori pembangunan sosial ini, hakekat dari pembangunan adalah pembangunan manusia itu sendiri. Terus meningkatnya kemampuan manusia untuk membentuk (conceive), mendesain, merencanakan, mengalokasikan, mensistemasir, menstandardisir, mengkoordinasi, dan mengintegrasikan berbagai kegiatan, sistem, organisasi serta pengetahuan, kedalam suatu tatanan produksi yang lebih luas dan lebih rumit, merupakan penyebab utama dari terjadinya proses pembangunan sosial. Rodenstein-Rodan dan Hirschman mengemukakan pentingnya perubahan struktural perekonomian

B.Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menegnah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan eknomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap


(43)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

menengah, oleh karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini perkembangan eknomi menyebabkan terjadinya hubungan antarsektor yang semakin rumit (complicated). Misalnya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan sektor industri, menimbulkan semakin tingginya tingkat pencemaran udara dan air, dan pemerintah harus turun tangan untuk mengatur dan mengurangi akibat negatif dari polusi itu terhadap masyarakat. Pemerintah juga harus melindungi buruh yang berada dalam posisi yang lemah agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Teori perkembangan peranan pemerintah yang dikemukakan oleh Musgrave dan Rostow adalah suatu pandangan yang ditimbulkan dari pengamatan berdasarkan pembangunan ekonomi yang dialami oleh banyak negara, tetapi tidak didasarkan oleh suatu teori tertentu. Selain itu, tidak jelas, apakah tahap pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap, ataukah beberapa tahap dapat terjadi secara stimultan.

C.Hukum Wagner

Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap GNP yang juga didasarkan pula pengamatan di negara-negara Eropa, U.S. dan Jepang pada abad ke-19. Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu hukum, akan tetapi dalam pandangannya tersebut tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan pertumbuhan


(44)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

pengeluaran pemerintah dan GNP, apakah pengertian dalam pertumbuhan secara relatif ataukah secara absolut. Apabila yang dimaksud oleh Wagner adalah perkembangan pengeluaran pemerintah secara relatif sebagaimana teori Musgrave, maka hukum Wagner adalah sebagai berikut: dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan per kapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat.

Dasar dari hukum tersebut adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju (USA, German, Jepang), tetapi hukum tersebut memberi dasar akan timbulnya kegagalan pasar dan eksternalitas. Wagner menyadari bahwa dengan bertumbuhnya perekonomian hubungan antara industri dengan industri, hubungan industri dengan masyarakat dan sebagainya menjadi semakin rumit atau kompleks. Dalam hal ini Wagner menerangkan mengapa peranan pemerintah menjadi semakin besar, yang terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

Kelemahan hukum Wagner adalah karena hukum tersebut tidak didasarkan pada suatu teori mengenai pemilihan barang-barang publik. Wagner mendasarkan pandangannya dengan suatu teori yang disebut teori organis mengenai pemerintah (organic theory of the state) yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota masyarakat lainnya.


(45)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang mengemukakan teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut, sehingga teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar dari teori pemungutan suara. Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka mempunyai suatu tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat toleransi pajak ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena. Teori Peacock dan Wiseman adalah sebagai berikut:

Perkembangan eknomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar.


(46)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena adanya perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang. Karena itu penerimaan pemerintah dari pajak juga meningkat, dan pemerintah meningkatkan penerimaannya tersebut dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek pengalihan (displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial yang menyebabkan aktifitas swasta dialihkan pada aktifitas pemerintah. Perang tidak bisa dibiayai dengan pajak, sehingga pemerintah juga harus meminjam dari negara lain untuk pembiayaan perang.

Hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman mendapat kritikan dari Bird. Bird menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan sosial memang terjadi pengalihan aktifitas pemerintah dari pengeluaran sebelum gangguan ke aktifitas yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal ini akan menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah dalam persentasenya terhadap GNP. Akan tetapi setelah terjadinya gangguan, persentase pengeluaran pemerintah terhadap GNP perlahan-lahan akan menurun kembali pada tingkat sebelum terjadinya gangguan. Jadi menurut Bird, efek pengalihan hanya merupakan gejala dalam jangka pendek, tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang.

Suatu hal yang perlu dicatat dari teori Peacock dan Wiseman adalah bahwa mereka mengemukakan adanya toleransi pajak, yaitu suatu limit perpajakan, akan tetapi mereka tidak menyatakan pada tingkat berapakah toleransi pajak tersebut.


(47)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Clarke menyatakan bahwa limit perpajakan sebesar 25 persen dari pendapatan nasional. Apabila limit tersebut dilampaui maka akan terjadi inflasi dan gangguan sosial lainnya.

2.4.2 Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah adalah rencana keuangan tahunan d denga dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

APBD terdiri atas:

1. Anggaran pendapatan, terdiri atas

meliputi penerimaan lain-lain Bagian pendapatan yang sah seperti dana hibah at

2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah.

3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.


(48)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Belanja pembangunan adalah belanja modal (capital investment), yaitu kegiatan (proyek) yang bersifat non reccuring capital expenditure yang penyelesaiannya dalam periode waktu tertentu biasanya sampai enam tahun.

Proses penyusunan APBD menurut PP 105 tahun 2000, tahap-tahap proses penyusunan APBD :

a. Perumusan kebijakan umum APBD antara Pemda dan DPRD. b. Penyusunan strategi pola prioritas oleh Pemda.

c. Penyusunan RAPBD dilakukan oleh Pemda.

d. Pembahasan RAPBD dilakukan oleh Pemda ditambah DPRD. e. Penetapan APBD dengan Perda.

f. Apabila DPRD tidak menyetujui RAPBD, dipergunakan APBD tahun sebelumnya.

g. Perubahan APBD ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan.

Proyek pembangunan umum daerah akan terdiri dari, pekerjaan yang akan dilaksanakan pada periode waktu tertentu, sedangkan biaya investasinya belum kembali (slow yealding) dalam waktu tertentu, biasanya selama 5 sampai dengan 6 tahun.

Pelaksanaan proyek-proyek tersebut dinilai ulang setiap tahun, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pembangunan fisik kabupaten/kota, dan sepenuhnya mempertimbangkan kemampuan keuangan dan prioritas daerah.


(49)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Revisi tahunan terhadap program pengembangan modal investasi dapat dibenarkan/disesuaikan dengan kondisi fiskal atau prioritas proyek. Misalnya bila terjadi pertambahan jumlah penduduk lebih dari yang diperkirakan, maka pengembangan sistem penyediaan air bersih (water supply) lebih penting daripada pembangunan gedung kantor yang baru.

Program pengembangan modal investasi terdiri dari berbagai program yang termasuk dalam kategori proyek pelayanan publik, mulai dari kegiatan kontruksi, penggantian peralatan, perbaikan atau pembelian tanah.

Belanja tersebut termasuk fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

a. Airport b. Balai Kota c. Rumah Sakit d. Sanitasi e. Dermaga f. Perparkiran g. Perumahan h. Sekolah


(50)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Spesifikasi Program Modal Investasi yaitu apa yang dibutuhkan, dimana harus dikerjakan, kapan pelayanan itu diminta, berapa besar biaya yang diperlukan, dan darimana sumber pembiayaannya.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi dalam memecahkan permasalahan dan menguji kesesuaian hipotesa penelitian. Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :


(51)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengamati dan menganalisis mengenai pengaruh investasi, jumlah penduduk dan pengeluaran pemerintah yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka. Sumber datanya diperoleh melalui Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara dan Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan pada kurun waktu 1988 sampai 2007 serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data, penulis menggunakan metode pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari lembaga-lembaga yang terkait. Dengan menggunakan metode pengumpulan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan. Yang diperoleh dari publikasi resmi yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam menulis penelitian. Yang dapat diperoleh dari buku-buku, majalah, surat kabar, internet dan lain-lain. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah


(52)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

menggunakan pencatatan langsung yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah disebutkan di atas sesuai dengan data yang digunakan.

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program Eviews versi 4.1 untuk mengolah data dalam tulisan ini.

3.5 Model Analisis Data

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

Variabel-variabel tersebut dibuat dahulu dalam bentuk fungsi sebagai berikut : Fungsi :

)

1

(

)

,

,

(

x

1

x

2

x

3

f

y

=

dari fungsi pertama tersebut dapat dispesifikasikan ke dalam model linear :

)

2

(

3 3 2 2 1

1

β

β

µ

β

α

+

+

+

+

=

x

x

x

y

Dimana: =

y PDRB (Milyar Rupiah)

=

α Intercept/konstanta

= 1


(53)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

= 2

x Jumlah Penduduk (Juta Jiwa)

= 3

x Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rupiah) β12,β3 =Koefisien regresi

µ = Tingkat Kesalahan (Term of Error)

Secara matematis hipotesis di atas dapat ditulis sebagai berikut :

0

1

>

x

y

ϑ

ϑ

, artinya jika semakin tinggi investasi maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

0

2

>

x

y

ϑ

ϑ

, artinya jika semakin tinggi jumlah penduduk maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

0

3

>

x

y

ϑ

ϑ

, artinya jika semakin tinggi pengeluaran pemerintah maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 < R2 <1).


(54)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

2. Uji t-statistik ( Uji Parsial )

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = 0 (tidak signifikan) Ha : bi ≠ 0 (signifikan)

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila t-hitung > t-tabel, maka pada

tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Dan bila t- hitung < t- tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima ini artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: t-hitung=

Sbi b bi ) ( −

Dimana :

bi = koefisien variabel ke-i b = nilai hipotesis nol


(55)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

3. Uji F-Statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independent secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependent. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho ; b1=b2=………..=bk=0 (tidak berpengaruh) Ho ; bi=0………...=i=1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung (F*) > F-tabel, maka Ho ditolak, yang artinya variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependent.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus : F-hitung = ) /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2 k n R k R − − − Keterangan :

R2= koefisien Determinasi

k = Jumlah variabel independent n = Jumlah sampel Kriteria:

Ho: 1= 2=o

Ho diterima (F* < F tabel) artinya variabel independent secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependent.

Ha: 1≠ 2≠0

Ha diterima (F* > F tabel) artinya variabel independent secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependent.


(56)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Multikolinerity

Multikolinerity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinerity dapat dilihat dari nilai R-Square, F-hitung, t-hitung, serta standard error.

Adanya multikolinerity ditandai dengan : a. Standard error tidak terhingga

b. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada = 5%, = 10%, = 1% c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

d. R2 sangat tinggi

2. Autokorelasi / serial Korelasi

Autokorelasi terjadi bila error term ( ) dari waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei.ej) ≠ 0; untuk i ≠ j, dalam hal ini dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi yaitu:

a) Dengan memplot grafik.


(57)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

D-hitung =

t e

et et

2 2

)) 1 ( (

Σ −

− Σ

Dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk nilai . Hipotesis yang digunakan adalah :

Inconclusive Inconclusive

Ho: Accept

Autokorelasi (-) Autokorelasi (+)


(58)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

0 dl du 2 4-du 4-dl 4 Gambar 3.1 Durbin Watson test

Dimana:

Ho : tidak ada autokorelasi

Dw < dl : tolak Ho (ada korelasi positif) Dw > 4-dl : tolak Ho (ada korelasi negatif) Du < Dw < 4-du : terima Ho (tidak ada korelasi)

dl ≤ Dw ≥ du : pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive) (4-du) ≤ Dw ≤ (4-dl) : pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

3.8 Definisi Variabel Operasional

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara sederhana dapat diartikan sebagai keseluruhan nilai tambah Bruto dari kegiatan perekonomian di suatu wilayah. Dalam hal ini berdasarkan harga konstan. (Milyar Rupiah)

2. Investasi adalah penanaman uang atau modal dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau nilai tambah produksi. (Milyar Rupiah)


(59)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

3. Jumlah penduduk adalah angka yang menunjukkan banyaknya penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. (Juta Jiwa)

4. Pengeluaran Pemerintah adalah suatu realisasi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintah Kabupaten/Kota yang disalurkan kepada kecamatan-kecamatan yang termasuk wilayah atau daerah Kabupaten/Kota tersebut. (Milyar Rupiah)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis


(60)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Letak Kota Medan memang strategis. Kota ini dilalui Sungai Deli dan Sungai Babura. Keduanya merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai. Keberadaan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang cukup modern sebagai pintu gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor), menjadikan Medan sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat. Medan, yang genap berusia 418 tahun pada tanggal 1 Juli 2008, berkembang menjadi kota metropolitan. Pemerintah Kota Medan pun berambisi memajukan kota ini semaju kota-kota besar lainnya, tidak saja seperti Jakarta atau Surabaya di Jawa, tetapi juga kota-kota di negara tetangga, seperti Penang dan Kuala Lumpur.

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3,6 persen dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli


(61)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

Sedikitnya ada 8 sungai yang melintasi kota ini: * Sungai Belawan

* Sungai Badra * Sungai Sikambing * Sungai Pulih * Sungai Babura * Sungai Deli


(62)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

* Sungai Kera

TABEL 4.1

Luas Wilayah Kota Medan per Kecamatan

NO. KECAMATAN LUAS (KM2)

1 Medan Tuntungan 20,68

2 Medan Johor 14,58

3 Medan Amplas 11,19

4 Medan Denai 9,05

5 Medan Area 5,52

6 Medan Kota 5,27

7 Medan Maimun 2,98

8 Medan Polonia 9,01

9 Medan Baru 5,84

10 Medan Selayang 12,81

11 Medan Sunggal 15,44

12 Medan Helvetia 13,16


(63)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

14 Medan Barat 5,33

15 Medan Timur 7,76

16 Medan Perjuangan 4,09

17 Medan Tembung 7,99

18 Medan Deli 20,84

19 Medan Labuhan 36,67

20 Medan Marelan 23,82

21 Medan Belawan 26,25

Total 265,10

(Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2008) 4.1.2 Kondisi Demografis

Program kependudukan di kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi: pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan.

Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus


(64)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik, akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Tabel 4.2

Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Tahun 2001 – 2007

T a h u n Jumlah Penduduk

Laju Pertumbuhan Penduduk (%)

Luas Wilayah (KM²)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM²)

2001 1.926.052 1,17 265,10 7.267

2002 1.963.086 1,94 265,10 7.408

2003 1.993.060 1,51 265,10 7.520

2004 2.006.014 0,63 265,10 7.567

2005 2.036.018 1,50 265,10 7.681

2006 2.067.288 1,53 265,10 7.798

2007 2.083.156 0,77 265,10 7.858

(Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2008)

Tabel 4.3

Persentase Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur Tahun 2007


(65)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

GOLONGAN UMUR

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

JIWA PERSEN (%) JIWA PERSEN (%) JIWA PERSEN (%)

0 - 4 89.206 8,62 92.853 8,86 182.059 8,74

5 - 9 96.559 9,33 91.885 8,76 188.444 9,05

10 - 14 98.519 9,52 100.590 9,59 199.109 9,56

15 - 19 111.263 10,75 105.426 10,06 216.689 10,40

20 - 24 116.164 11,23 121.385 11,58 237.549 11,40

25 - 29 99.499 9,62 102.041 9,73 201.540 9,67

30 - 34 83.325 8,05 75.926 7,24 159.251 7,64

35 - 39 75.482 7,30 83.180 7,93 158.662 7,62

40 - 44 70.091 6,77 75.926 7,24 146.017 7,01

45 - 49 57.837 5,59 53.680 5,12 111.517 5,35

50 - 54 47.054 4,55 47.393 4,52 94.447 4,53

55 - 59 30.879 2,98 31.434 3,00 62.313 2,99

60 - 64 26.468 2,56 22.246 2,12 48.714 2,34

65 + 32.350 3,13 44.495 4,24 76.845 3,69

Jumlah 1.034.696 100,00 1.048.460 100,00 2.083.156 100 (Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2008)

Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

Rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu


(1)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Kencana

_____________. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada

Sumatera Utara Dalam Angka. Sumatera Utara : BPS

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara

Websites :

di akses 25

Februari 2009


(2)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Lampiran 1 :

Tahun

PDRB Kota Medan

ADHK 1993 (Juta

Rupiah)

Investasi (Juta

Rupiah)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Pengeluaran

Pemerintah (Juta

Rupiah)

1988

1198357.840

1862180

1655728

32226.020

1989

1356237.700

1661440

1692865

34342.784

1990

1485665.000

1482230

1730725

40545.999

1991

1582056.000

1635630

1767470

65781.170

1992

1373277.000

1422000

1809700

65981.989

1993

4382251.470

1539710

1842300

86670.319

1994

4686620.420

1586240

1867100

84922.057

1995

4992604.220

1723100

1888305

82676.442

1996

5479426.250

1900870

1895315

148478.860

1997

5903111.600

1518140

1899028

173363.568

1998

4833911.190

5007000

1901067

122498.333

1999

5003957.970

1153660

1902500

231593.693

2000

5274101.210

1013040

1904273

219279.136

2001

5549453.200

9640200

1926520

542656.807


(3)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

2003

6107457.230

1130190

1993602

1165134.083

2004

6425041.170

1125070

2006142

1118138.881

2005

6793352.399

1179100

2036185

1219659.902

2006

7320757.110

1474400

2067288

1219659.902

2007

7890212.260

1289400

2083156

1219659.902

Lampiran 2

Hasil Regres :

y

=

α

+

β

1

x

1

+

β

2

x

2

+

β

3

x

3

+

µ

(

2

)

Dependent Variabel: Y Method: Least Squares Date: 02/17/09 Time: 19:43 Sample: 1988 2007

Included observations: 20

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 31365568 4858121. 6.456317 0.0000

X1 1.045794 1.070572 2.764890 0.5256

X2 19.18849 2.700872 7.104555 0.0000

X3 2.173467 2.658968 2.780765 0.0939

R-squared 0.877770 Mean dependent var 4535393.

Adjusted R-squared 0.854852 S.D. dependent var 1953627.

S.E. of regression 744299.4 Akaike info criterion 30.05513


(4)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Log likelihood -296.5513 F-statistic 38.30017

Durbin-Watson stat 1.762085 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 3

Dependent Variabel: X1 Method: Least Squares Date: 02/20/09 Time: 06:14 Sample: 1988 2007

Included observations: 20

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 11623561 19139947 0.607293 0.5517

X2 6.390519 10.60648 0.602511 0.5548

X3 1.975983 2.597255 0.760796 0.4572

R-squared 0.257843 Mean dependent var 1318252.

Adjusted R-squared 0.170530 S.D. dependent var 3230002.

S.E. of regression 2941731. Akaike info criterion 32.76438

Sum squared resid 1.47E+14 Schwarz criterion 32.91374

Log likelihood -324.6438 F-statistic 2.953101

Durbin-Watson stat 1.225586 Prob(F-statistic) 0.079289

Dependent Variabel: X2 Method: Least Squares Date: 02/20/09 Time: 06:15


(5)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009

Sample: 1988 2007 Included observations: 20

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1802927. 20215.95 89.18338 0.0000

X1 0.003272 0.005430 0.602511 0.5548

X3 0.195523 0.036364 5.376835 0.0001

R-squared 0.715832 Mean dependent var 1891658.

Adjusted R-squared 0.682401 S.D. dependent var 118108.0

S.E. of regression 66560.88 Akaike info criterion 25.18710

Sum squared resid 7.53E+10 Schwarz criterion 25.33646

Log likelihood -248.8710 F-statistic 21.41192

Durbin-Watson stat 0.192446 Prob(F-statistic) 0.000023

Dependent Variabel: X3 Method: Least Squares Date: 02/20/09 Time: 06:15 Sample: 1988 2007

Included observations: 20

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -5682612. 1121073. -5.068904 0.0001

X1 0.016663 0.021903 0.760796 0.4572

X2 3.220668 0.598990 5.376835 0.0001

R-squared 0.719321 Mean dependent var 431755.2

Adjusted R-squared 0.686300 S.D. dependent var 482320.9

S.E. of regression 270142.9 Akaike info criterion 27.98877

Sum squared resid 1.24E+12 Schwarz criterion 28.13813


(6)

Septian Anhar Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009