Analisis Sifat Kimia Tanah

Menurut Dewi 2007 pertumbuhan tanaman adalah proses terjadinya peningkatan jumlah dan ukuran daun dan batang. Hasil pertumbuhan tanaman adalah produk yang dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan menjadi produk lain, atau hanya bersifat estetis. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa pemberian BPF yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun tidak berbeda nyata. Menurut Elfiati 2005 pada jenis-jenis tertentu, mikroba pelarut fosfat dapat memacu pertumbuhan tanaman karena menghasilkan zat pengatur tumbuh, serta menahan penetrasi patogen akar karena sifat mikroba yang cepat mengkolonisasi akar dan menghasilkan senyawa antibiotik. Menurut Ginting et al., 2006 fosfat diperlukan dalam proses metabolisme tanaman antara lain untuk merangsang pertumbuhan tanaman, perkembangan akar, pertumbuhan buah, ikut dalam pembelahan sel, memperkuat batang, meningkatkan ketahanan terhadap rebah, memperbaiki kualitas dan memperkuat daya tahan terhadap hama dan penyakit. Efektivitas BPF dalam melarutkan unsur P yang terikat juga sangat berkaitan erat dengan cara beradaptasi dari BPF dengan lingkungannya. Akibatnya produksi tanaman segar meningkat, meskipun tanaman tersebut ditanam dalam media tanah yang tidak subur Widawati, 2005. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa pemberian BFA yang mempengaruhi panjang daun tidak berbeda nyata. Menurut Seumahu 1997 pada umumnya tanaman padi yang diberi perlakuan inokulasi BFA menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dari pada tanaman kontrol yang tidak diberi nitrogen terikat. Kontribusi nitrogen terikat tidak dapat diabaikan dalam menentukan kesuburan tanaman.

4.2 Analisis Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang dianalisis meliputi rasio CN dan kadar Fosfat tersedia dalam tanah. Kadar C dilakukan dengan metode Walkey Black, kadar N dilakukan dengan metode kjehdal sedangkan kadar fosfat tersedia dilakukan dengan metode Bray II. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah, Kadar CN dan Fosfat Tersedia Dalam Tanah Perlakuan Kandungan tanah Awal Kandungan tanah Akhir CN Fosfat Tersedia ppm CN Fosfat Tersedia ppm P0 9,43 35,31 8,88 14,96 P1 - - 9,57 17,02 P2 - - 8,67 18,29 P3 - - 11,17 16,55 P4 - - 8,43 18,29 P5 - - 9,57 15,60 Dari Tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa rasio CN dalam tanah tidak mengalami perubahan yang nyata pada saat sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan, kecuali pada perlakuan P3 yaitu pemberian BFA, kadar CN yang awalnya 9,43 meningkat menjadi 11,17. Pemberian perlakuan terhadap kadar fosfat tersedia memberikan pengaruh yang nyata, kecuali pada perlakuan P2 yaitu pemberian Lactobacillus sp dan P4 yaitu pemberian BPF, terlihat bahwa tanah termasuk dalam kategori subur. Hal ini mungkin disebabkan karena mikroorganisme yang diperlakukan menggunakan unsur hara tanah tersebut sebagai sumber nutrisinya dan didukung oleh faktor lingkungan seperti hilangnya unsur hara saat tanaman disiram air sehingga nilai kadar CN dan fosfat tersedia tidak berbeda dari awal sebelum diberi perlakuan. Menurut Aribawa et al. 2003 bahwa tingkat kesuburan tanah rendah yang dicirikan dengan pH tanah agak asam 6,09, kadar C-organik rendah 1,24 , N- total rendah 0,12 dan CN ratio rendah 8,24 . Menurut Sulaeman et al. 2006 mengungkapkan bahwa kadar CN yang berkisar antara 5-11 dikategorikan sebagai tanah yang tingkat kesuburannya sedang, sedangkan kadar fosfat tersedia dikatakan tinggi apabila 15 ppm. Pemberian BFA meningkatkan rasio CN dalam tanah. Hal ini dikarenakan BFA merupakan bakteri penambat N non-simbiosis. Menurut Rao 1994 menyatakan bahwa fiksasi nitrogen terjadi secara fotoautotrof yang ditunjukkan oleh adanya pigmen fotosintetik dalam sel-sel mereka, seperti misalnya pada genus Rhodopseudomonas. Menurut Gest dan Kamen 1949 dalam Gest dan Blankenship Universitas Sumatera Utara 2003 menemukan bakteri fotosintesis memproduks i fiksasi H 2 dan N 2 oleh Rhodospirillum rubrum. Studi berikutnya mengungkapkan bahwa banyak bakteri fotosintetik anoksigenik memiliki kapasitas fiksasi N 2 . Pemberian Lactobacillus sp. dan BPF memberikan efek subur terhadap tanah yaitu dengan meningkatkan penyerapan fosfat tersedia dalam tanah. Pemberian pupuk organik dalam tanah mempengaruhi sifat kimia dan hayati biologi tanah Notohadiprawiro, 1998. Lactobacillus yang berfungsi sebagai pelarut P fosfat yang terikat oleh kalsium atau magnesium di tanah alkalis dan oleh alumunium di tanah asam, serta membuat keseimbangan pH tanah Anonim, 2009. Peningkatan P tersedia tanah, serapan P dan hasil pipilan jagung dengan semakin meningkatnya pemberian inokulan mikrobia pelarut fosfat dikarenakan mikrobia pelarut fosfat akan membebaskan asam-asam organik yang selanjutnya akan mengikat logam-logam seperti Al, Fe, Mn juga Ca yang mengikat fosfat sehingga menjadi larut dan tersedia bagi tanaman. Dengan demikian meningkatnya P tersedia dalam tanah maka serapan P juga akan meningkat yang akhirnya akan meningkatkan hasil tanaman Hasanudin, 2006. Universitas Sumatera Utara

4.3 Pengukuran Berat Kering Sawi