BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dampak dari penggunaan pupuk anorganik menghasilkan peningkatan produktivitas tanaman yang cukup tinggi. Namun penggunaan pupuk anorganik dalam jangka yang
relatif lama umumnya berakibat buruk pada kondisi tanah. Tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya
akan menurunkan produktivitas tanaman Parman, 2007.
Pengembalian bahan organik ke dalam tanah merupakan hal yang mutlak dilakukan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Dua alasan
yang selama ini dikemukakan para ahli adalah 1 pengolahan tanah yang dangkal selama bertahun-tahun mengakibatkan menurunnya kandungan C dan N-organik, 2
penggunaan pupuk seperti urea, KCL, dan TSP telah melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis sehingga efisiensi dan pendapatan bersih yang diterima petani dari
setiap unit pupuk yang digunakan semakin menurun. Kedua alasan tersebut memberikan dampak yang buruk bagi pertanian di masa mendatang jika tidak dimulai
tindakan antisipasinya Musnamar, 2003.
Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi beberapa faktor antara lain keanekaragaman mikroba tanah: faktor iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban,
faktor nutrisi dan lingkungan, serta populasi mikroorganisme yang merupakan indikator tingkat kesuburan tanah Purwaningsih 2004.
Mikroorganisme telah banyak dipergunakan dalam pertanian. Bila digunakan pada media tanah, air atau pada limbah organik akan menghasilkan proses regenerasi
Universitas Sumatera Utara
terus menerus dan meningkatkan proses oksidasi serta mampu mengintensifkan berbagai bentuk energi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman atau hewan
Anonim, 2003. Goldin dan Gorbach 1992 mengatakan bahwa beberapa substansi antimikroba dihasilkan bakteri probiotik, juga mampu meningkatkan dekomposisi
bahan organik seperti lignin dan selulosa sehingga dapat menghilangkan bahan organik yang tidak diinginkan Hussain, 1999.
Bakteri Lactobacillus mampu menghasilkan antibiotik alami zat pembunuh bakteri pathogen Anonim, 2010. Selama fermentasi, bakteri asam laktat ini tidak
hanya berpengaruh terhadap makanan dan rasa tetapi juga memproduksi dan mengeluarkan senyawa antimikroba, seperti bakteriosin. Bakteriosin merupakan
senyawa protein yang memiliki efek bakterisida terhadap mikroorganisme lain Pal et al., 2005.
Bakteri fotosintetis merupakan kelompok independen, mikroba yang berdiri sendiri. Bakteri ini mensintesis zat-zat bermanfaat dari sekresi akar, materi organik
dan atau gas berbahaya misalnya hidrogen sulfida, dengan menggunakan sinar matahari dan panas tanah sebagai sumber energi. Zat yang berguna yang
dikembangkan oleh mikroba tersebut meliputi asam amino, asam nukleat, bahan bioaktif dan gula, yang semuanya meningkatkan pertumbuhan tanaman. Metabolit ini
dikembangkan oleh mikroorganisme ini terserap langsung ke tanaman dan bertindak sebagai substrat untuk meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan
Hussain, 1999.
Salah satu alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat dalam mengatasi rendahnya fosfat tersedia dalam tanah adalah dengan memanfaatkan
kelompok mikroorganisme pelarut fosfat, yaitu mikroorganisme yang dapat melarutkan fosfat tidak tersedia menjadi tersedia sehingga dapat diserap oleh tanaman.
pemanfaatan mikroorganisme pelarut fosfat diharapkan dapat mengatasi masalah P pada tanah asam Ginting, 2006.
Untuk tujuan tersebut diperlukan penelitian yang bertujuan untuk melihat potensi mikroba sebagai sumber-sumber nitrogen, karbon dan fosfat untuk tanaman
Universitas Sumatera Utara
sebagai antisipasi penggunaan pupuk anorganik. Adapun mikroba yang digunakan yaitu Lactobacillus sp., bakteri fotosintetik anoksigenik Rhodopseudomonas palustris,
dan bakteri pelarut posfat.
1.2 Permasalahan