C. Kaitan Deklarasi PBB Terhadap Hak-Hak Kaum Indigenous
United Nation Declaration On The Rights Of Indigenous People Dengan Konvensi ILO 169 Tahun 1989
International Labour Organization ILO didirikan pada tahun 1919, sebagai bagian dari Perjanjian Versailles yang mengakhiri Perang Dunia I, untuk
mencerminkan keyakinan bahwa perdamaian universal dan abadi hanya bisa dicapai jika didasarkan pada keadilan sosial. Konstitusi dirancang antara Januari
dan April 1919, oleh Komisi Buruh dibentuk oleh Konferensi Perdamaian, yang pertama kali bertemu di Paris dan kemudian di Versailles. Komisi yang diketuai
oleh Samuel Gompers, kepala Federasi Amerika Bagi Tenaga Kerja AFL di Amerika Serikat, terdiri dari wakil-wakil dari sembilan negara: Belgia, Kuba,
Cekoslowakia, Perancis, Italia, Jepang, Polandia, Inggris dan Amerika Serikat. Hal itu mengakibatkan sebuah organisasi tripartit, satu-satunya dari jenisnya yang
menyatukan perwakilan pemerintah, pengusaha dan pekerja dalam tubuh eksekutif.. Konstitusi berisi ide-ide diuji dalam Asosiasi Internasional untuk
Buruh, didirikan di Basel pada tahun 1901. Advokasi untuk sebuah organisasi internasional yang menangani masalah ketenagakerjaan dimulai pada abad
kesembilan belas, yang dipimpin oleh dua pengusaha, Robert Owen 1771-1853 dari Wales dan Daniel Legrand 1783-1859.
56
Dalam Konvensi ILO 169
tahun 1989
menyatakan bahwa bangsa
, suku
,
dan masyarakat adat adalah sekelompok orang yang memiliki jejak sejarah
dengan masyarakat sebelum masa invasi
dan penjajahan
, yang berkembang di daerah mereka, menganggap diri mereka beda dengan komunitas lain yang
sekarang berada di daerah mereka atau bukan bagian dari komunitas tersebut. Mereka bukan merupakan bagian yang dominan dari masyarakat dan bertekad
untuk memelihara, mengembangkan, dan mewariskan daerah leluhur
dan identitas etnik mereka kepada generasi selanjutnya; sebagai dasar bagi kelangsungan
56
http:www.ilo.orgglobalabout-the-ilohistorylang--enindex.htm , Diakses 18
Maret 2015.
keberadaan mereka sebagai suatu sukubangsa
, sesuai dengan pola
budaya ,
lembaga sosial dan
sistem hukum mereka.
57
Upaya pada bagian dari organisasi internasional lainnya telah terlambat untuk mulai cocok dengan ILO. Isu hak-hak masyarakat adat telah diteliti kuat
oleh Kelompok Kerja PBB tentang Populasi Adat. Pembentukan Kelompok Kerja untuk Masyarakat Adat diusulkan oleh PBB, Sub-Komisi Pencegahan
Diskriminasi dan Perlindungan Kaum Minoritas. Sejak tahun 1985 Kelompok Kerja untuk Masyarakat Adat telah memberikan perhatian khusus pada
pengaturan standar universal untuk masyarakat adat. Dalam hal ini kontribusi yang berharga dari Kelompok Kerja untuk Masyarakat Adat telah memiliki tekad
untuk menyusun Deklarasi tentang Hak-Hak Masyarakat Adat. Draft Deklarasi tersebut sesuai hak masyarakat adat untuk menentukan nasib sendiri, tanpa
batasan yang jelas yang terkandung dalam konvensi ILO 169.
58
Hukum dan masyarakat internasional, terutama selama dua dekade terakhir telah menunjukkan komitmen yang lebih besar pada usaha-usaha untuk
memecahkan masalah berkenaan dengan pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat. Konvensi ILO 169 menegaskan dengan cukup kuat hak-hak
masyarakat adat atas tanah mereka dan sumber daya alamnya. Agenda 21 dari United Nations conference on Environmennt and Development mengaitkan
penghormatan terhadap hak atas tanah adat dengan kebijakan global perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
59
ILO dan badan khusus PBB lainnya telah memberikan perhatiannya terhadap hak-hak dan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat adat sejak
1920an. Pada tahun 1926, Badan Pemerintahan ILO ILO Governing Body membentuk sebuah komite ahli tentang tenaga kerja penduduk asli untuk
membentuk kerangka standar internasional bagi pekerja penduduk asli. Tujuan
57
http:id.wikipedia.orgwikiMasyarakat_adat , Diakses 18 Maret 2015
58
Javaid Lerner, International Human Rights Law, London: Pearson Education Limited, 2003, hal. 337-340.
59
Rafael, Op., Cit, hal. 33.
utama dari ILO adalah untuk memperbaiki kondisi kehidupan dan kondisi kerja dari masyarakat adat dan masyarakat kesukuan dan untuk mengadopsi berbagai
instrumen yang ditujukan bagi perlindungan penduduk yang lemah posisinya. Pada tahun 1957, ILO mengadopsi sebuah konvensi yang berkenaan
dengan Perlindungan dan Integrasi Masyarakat Adat dan Masyarakat Kesukuan dan Semi Kesukuan di negara-negara merdeka. Pada tahun 1989 ILO, lembaga
pengambil keputusan tertinggi ILO. Mengadopsi konvensi baru, nomor 169 tahun 1989, yang berjudul “Konvensi tentang Masyarakat Adat dan Kesukuan di
Negara-Negara Merdeka” untuk menggantikan konvensi nomor 107 tahun 1957. Tidak seperti konvensi sebelumnya, gagasan utama yang dipakai dalam
konvensi 169 ILO adalah “pemeliharaanpelestarian” preservation dan “partisipasi”, yaitu partisipasi dari masyarakat adat dalam kebijakan dan
keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Konvensi ini mengakui masyarakat adat sebagai kelompok yang merupakan pemilik atau subjek hak-hak
yang dilindungi oleh konvensi ini. Demikianlah, konvensi ini mengakui hak-hak kolektif dari masyarakat adat dalam pasal 7 melindungi kontrol atau pengaturan
masyarakat adat terhadap pembangunan mereka, pasal 5b dan pasal 8b menghormati institusi-institusi masyarakat adat, pasal 61a mengarahkan
pemerintah untuk berkonsultasi dengan masyarakat adat melalui “institusi perwakilan mereka” dan pasal 13-19 berkaitan dengan perlindungan hak atas
tanah. Konvensi 169 ILO mulai berlaku pada tanggal 5 September 1991, dan pada bulan Mei 1998 telah diratifikasi oleh 13 negara.Konvensi ini menyediakan
rezim hukum pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat secara cukup memadai. Meskipun demikian, mekanisme penerapannya lemah. Meskipun isi
konvensi ini berhubungan dengan perlindungan hak masyarakat adat, namun tidak ada prosedur pengaduan khusus yang tersedia bagi masyarakat adat untuk
membawa kasus mereka ke depan ILO.
60
60
Ibid, hal. 47-51.
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, bahwa hak-hak atas tanah dan sumber daya alam dilindungi dalam pasal 13 sampai dengan pasal 19 dari
konvensi 169 ILO. Dalam pasal 13 negara diharuskan menghormati hubungan yang khs antara masyarakat adat dengan tanah atau wilayahnya, aspek-aspek
kolektif dari hubungan tersebut. Dalam pasal 14 dan pasal 15 melindungi hak-hak masyarakat adat atas tanah dan sumber daya alam. Hak-hak kepemilikan dan
penguasaan atas tanah yang secara tradisional ditempati atau dikuasai oleh masyarakat adat haruslah diakui. Pasal 16 menentukan bahwa pemindahan
masyarakat adat dari tanah mereka dan relokasi mereka hanya dimungkinkan sebagai tindakan yang luar biasa dan hanya dilaksanakan setelah memperoleh free
and informed consent persetujuan bebas dan sadar dari masyarakat adat yang bersangkutan. Pasal 17 berkaitan dengan tindakan-tindakan protektif dalam
pemindahan kepemilikan tanah, kapasitas untuk mengalihkan tanah dan masalah- masalah lain yang terkait. Pasal 18 menentukan hukuman yang diberikan terhadap
pelanggaran batas atau penggunaan tanah tanpa izin. Pasal 19 menjelaskan program agraria nasional yang harus menjamin kesamaan perlakuan bagi
masyarakat adat.
61
PBB telah berjuang selama beberapa dekade untuk nengesahkan deklarasi yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat adat. Hal ini direkomendasikan bahwa
setelah pengesahan dari deklarasi tersebut, komisi untuk hak asasi manusia harus melanjutkan pekerjaannya membuat perjanjian, yang dimaksudkan untuk
pengesahan yang terakhir sebagai sebuah instrumen yang mengikat yang akan melindungi hak-hak masyarakat adat.
62
61
Ibid, hal. 121-124.
62
Javaid, Op., Cit, hal. 343.
47
BAB III PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
TERHADAP SUKU ANAK DALAM SEBAGAI KAUM INDIGENOUS DI INDONESIA
A. Cara-Cara Yang Dapat Dilakukan Dalam Penyelesaian Kasus