bagi masyarakat adat yang menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia. Untuk itu dalam hal ini perlu dikaji bagaimana hukum internasional dan hukum nasional
mengatur dan melindungi pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang terjadi di negara ini.
Oleh karena itu pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah : 1.
Bagaimanakah pengaturan tentang pelanggaran hak asasi manusia bagi kaum indigenous dalam hukum internasional ?
2. Bagaimanakah peran Komnas HAM sebagai badan perlindungan hak asasi
manusia ? 3.
Bagaimanakah hukum nasional di Indonesia mengatur tentang pelanggaran hak asasi manusia ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah : 1.
Mengetahui tentang pengaturan pelanggaran hak asasi manusia bagi kaum indigenous dalam hukum internasional.
2. Mengetahui bagaimana peran Komnas HAM sebagai badan perlindungan hak
asasi manusia dalam menghadapi pelanggaran hak asasi manusia 3.
Mengetahui tentang pengaturan serta perlindungan terhadap pelanggaran hak asasi manusia berdasarkan hukum positif di Indonesia.
Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1.
Manfaat Teoritis, yaitu menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang hukum internasional yang berkaitan dengan hak asasi manusia.
2.
Manfaat Praktis, yaitu sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak terkait tentang perlunya upaya perlindungan hak asasi manusia tidak hanya
bagi masyarakat adat namun juga bagi semua warga negaranya dimanapun berada.
D. Keaslian Penulisan
Penulis didalam merumuskan perumusan skripsi ini didasarkan atas inisiatif sendiri dengan melihat beberapa kasus yang pernah terjadi ataupun yang
sedang dibicarakan baik didalam masyarakat internasional maupun nasional.
Di dalam penulisan skripsi ini yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM INTERNASIONAL ATAS PELANGGARAN HAM TERHADAP
SUKUANAKDALAMSEBAGAI KAUM INDIGENOUS DI INDONESIA”
adalah asli tulisan penulis sendiri, karena menurut data yang ada pada administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya pada Departemen
Hukum Internasional menyatakan bahwa tulisan dengan judul yang sama belum pernah diangkat dan diulas oleh para pihak lain. Apabila ada tulisan yang hampir
mirip, mungkin hanya dari segi redaksi saja, karena muatan substansinya jelas berbeda dengan karya ilmiah ini.
E. Tinjauan Kepustakaan
Istilah masyarakat adat indigenous people biasanya digunakan dalam merujuk individu-individu dan kelompok-kelompok yang merupakan keturunan
penduduk asli yang tinggal di sebuah negara. Istilah indigenous berasal dari bahasa Latin “indigenae” yang digunakan untuk membedakan antara orang-orang
yang dilahirkan di sebuah tempat tertentu dan mereka yang datang dari tempat lain. Sebab itu akar semantik dari istilah tersebut mempunyai elemen konseptual:
lebih dahulu atau lebih awal dalam waktu.
8
8
Erica-Irene, Standard Setting Activities, Working Paper on the concept of “indigenous people”, U.N. Doc. ECN.4Sub.2AC.419962, hal. 10.
Sampai sekarang tidak ada definisi yang secara universal disetujui tentang istilah masyarakat adat. Kesulitan dalam
membuat definisi yang secara umum diterima boleh jadi merupakan hasil dari fakta bahwa masyarakat adat sangatlah beragam dalam budaya dan struktur
sosialnya sehingga tidak dapat diterapkan sebuah definisi yang tepat dan inklusif dengan cara yang sama di seluruh dunia. Alasan lain bersifat politis. Beberapa
negara keberatan dengan penggunaan istilah “adat” indigenous yang ditujukan
kepada sebagian dari masyarakat mereka, sementara yang lain sangat keberatan dengan penggunaan istilah “masyarakat” peoples karena dapat berimplikasi pada
munculnya hak menentukan nasib sendiri.
9
PBB telah mengeluarkan Deklarasi tentang Hak-Hak Masyarakat Adat untuk memandu kebijakan nasionalnegara anggota untuk hak-hak kolektif
masyarakat-seperti adat budaya, identitas, bahasa, dan akses terhadap pekerjaan, kesehatan, pendidikan, dan sumber daya alam. Sebuahciri khasuntuksebuah
kelompokmasyarakat adatadalah bahwa hal itutelahdipelihara dengancara-cara hidup yahg tradisional, sepertisekarang ini atauketergantungansejarahpada
produksiberbasissubsistenberdasarkan pastoral, hortikulturadanatauberburudan teknikpengumpulan, danmasyarakatdidominasinon-urban .Tidak semuakelompok
masyarakat adatberbagikarakteristik ini. Masyarakatadatdapat menetap didaerah yang telah diberikanataunomadendiwilayahbesar,
tetapi umumnya secarahistoristerkaitdenganwilayahtertentu dimana mereka bergantung.
10
Pada tahun 1972 Kelompok Kerja PBB untuk Masyarakat Adatditerima sebagai definisi awal formulasi yang diajukan oleh Mr José Martínez R.-Cobo,
pelapor khusus tentang diskriminasi terhadap masyarakat adat. Definisi ini memiliki beberapa keterbatasan, karena definisi berlaku terutama untuk populasi
pra kolonial, dan kemungkinan akan mengecualikan masyarakat terisolasi lainnya.
11
Masyarakat adat memiliki kesinambungan sejarah dengan masyarakat sebelum masa kolonial yang berkembang di wilayah mereka, menganggap diri
mereka berbeda dari sektor lain dari masyarakat sekarang yang ada di wilayah mereka. Mereka membentuk sektor non-dominan masyarakat dan bertekad untuk
melestarikan, mengembangkan, dan mengirimkan ke generasi masa depan di
9
Nathan Lerner, The 1989 ILO Convention on Indigenous Populations: New Standards?, 1991, hal. 226.
10
Douglas Sanders, Indigenous peoples: Issues of definition, International Journal of Cultural Property. 1999.
11
Study Of The Problem Of Discrimination Against Indigenous Populations, P.10, Paragraph 25, 30 July 1981, UNEASC.
wilayah leluhur mereka, dan identitas etnik merekasebagai dasar eksistensi lanjutan mereka sebagai masyarakat, sesuai dengan pola budaya mereka sendiri,
lembaga sosial dan sistem hukum.Masyarakat adatmenghadapiberagammasalah yang terkaitdengan status merekadan interaksi dengankelompok budaya lain, serta
perubahandi lingkungan yang mereka huni. Beberapatantanganyang khusus untukkelompok-kelompok tertentu,namun
tantangan lainsecara umum
dialami.
12
Meskipunmasyarakat adat sangat beragam,
dapat dicatatbahwa merekaberbagimasalah umumdan masalahdalam berurusan denganyang kuat,
atauyang menyerang
masyarakat. Merekaumumnya
khawatirbahwabudayamasyarakatadatakan hilangdan bahwamasyarakat
adatmenderita karenadiskriminasi dantekanan untukmengasimilasike
dalammasyarakatsekitarnya. Hal ini diyakinkan oleh kenyataanbahwatanahdan budayamasyarakat adat hampirsemuaberada di bawahancaman. Terkadang ada
juga yang berpendapatbahwa pentingbagimanusiasecara keseluruhanuntuk Isu-isu termasukpelestarianbudaya dan bahasa, hak atas tanah,
kepemilikan daneksploitasi sumber daya alam, tekadpolitik danotonomi, degradasi lingkungandanserangan, kemiskinan, kesehatan, dan diskriminasi.
Interaksi antaramasyarakatadat dan non-masyarakat adatsepanjang sejarahmulai darikonfliklangsungdan penaklukanuntuk beberapa tingkatsaling
menguntungkan danmentransferbudaya. Sebuahaspek tertentu daristudi
antropologimelibatkanpenyelidikankonsekuensidariapa yang disebutkontak pertama, studi tentangapa yangterjadi ketikadua budayapertamabertemusatu sama
lain. Situasidapat menjadi lebih membingungkan ketikaada sejarahyang rumitataudiperebutkanolehpenduduksuatu wilayah,
yangdapatmenimbulkanperselisihantentangkeutamaandankepemilikantanahdan sumber daya.Di mana punidentitas budayaadatmenegaskan, isu-isu sosialumum
dankekhawatiranmuncul daristatusmasyarakat adat. Kekhawatiran inisering tidak unik untuk kelompok masyarakat adat.
12
Bartholomew Dean and Jerome Levi, At the Risk of Being Heard: Indigenous Rights, Identity and Postcolonial States, Lansing: University of Michigan Press, 2003.
melestarikanberbagaikeragaman budaya,dan bahwaperlindunganbudaya aslisangat penting.
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keragaman masyarakat yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Indonesia juga menupakan negara yang
kaya akan sumber daya alam yang sangat berlimpah yang membuat banyak pihak menggunakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari hal tersebut. Salah
satu nya adalah dengan cara penguasaan wilayah yang diklaim masih merupakan tanah adat dari masyarakat adat yang menguasai wilayah tersebut. Persoalan
sumber daya alammasih merupakan persoalan laten masyarakat kebanyakan. Persoalan SDA terutama berkisar pada tanah-tanah adat dan berkenaan dengan
konflik kepemilikan. Secara yuridis eksistensi masyarakat adat dalam hal ini Suku Anak Dalam di Jambi diakui, baik dalam penjelasan pasal 18 dan 32 Undang-
Undang Dasar 1945, pasal 41 Ketetapan MPR No. XVII1998, dan pasal 1 Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960. Kurangnya konsistensi dalam
instansi pemerintah , serta kepentingan-kepentingan mapan dari pejabat pemerintah mengakibatkan tanah-tanah adat diambil alih oleh pemilik modal.
13
F. Metode Penelitian