47
BAB III PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
TERHADAP SUKU ANAK DALAM SEBAGAI KAUM INDIGENOUS DI INDONESIA
A. Cara-Cara Yang Dapat Dilakukan Dalam Penyelesaian Kasus
Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Pasal 28 UUD 1945 menjamin adanya hak berserikat, menyatakan pikiran baik secara lisan maupun tulisan. Pasal ini merupakan salah satu dasar utama
adanya kehidupan kenegaraan yang berdinamika di mana setiap orang bebas mendirikan organisasi dan bebas pula menyatakan pendapat. Dari penjelasan
tersebut mencerminkan bangsa Indonesia menjamin pelaksanaan HAM, dimana dalam pelaksanaanya memerlukan dukungan dari semua pihak seperti tokoh
masyarakat, LSM, POLRI, TNI dan kalangan profesi hukum, ekonomi, politik, serta political will pemerintah Indonesia. Perjalanan bangsa Indonesia menuju
masyarakat yang demokratis tanpa melupakan budaya bangsa yang sudah berakar beratus-ratus tahun lampau tetap harus berlandaskan pada prinsip supremasi
hukum, transparansi, akuntabilitas, profesionalisme serta prinsip musyawarah dan mufakat.
Adapun langkah-langkah pembentukan sistem hukum yang ditempuh bangsa Indonesia dalam upaya penegakan HAM adalah sebagai berikut:
a. Prinsip transparansi; yaitu pembahasan naskah RUU harus terbuka,
artinya DPR dan Presiden dalam membuat UU harus terbuka menerima masukan dari masyarakat.
b. Prinsip supremasi hukum; yaitu kepastian hukum, persamaan
kedududkan didepan hukum dan keadilan hukum berdasarkan proporsionalitas.
c. Prinsip profesionalisme; yaitu dalam penyusunan dan pembentukan
hukum keikutsertaan dan perananan pakar-pakar hukum dan non hukum
yang relevan harus diutamakan sehingga diharapkan dapat melahirkan perundang-undangan yang berkualitas.
d. Internalisasi nilai-nilai HAM; yaitu wujud nyata dari pengakuan rakyat
dan pemerintah terhadap hak-hak asasi manusia sehingga diharapkan memberikan karakteristik tersendiri terhadap setiap produk hukum dan
perundang-undangan.
63
a. Mediasi
1. Pengertian
Menurut Nolan Haley
64
Kovach mendefinisikan mediasi sebagai berikut :
Struktur tugas berorientasi jangka pendek, proses penemuan partisipatif. Pihak yang bersengketa bekerja dengan pihak ketiga yang netral, mediator, untuk mencapai
kesepakatan yang dapat diterima bersama.
65
2. Peran dan Fungsi Mediator
mendefinisikan mediasi sebagai berikut :
Proses negosiasi yang difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral, mediator, membantu pihak yang berselisih dalam mencapai solusi kepuasan bersama.
Raiffa melihat peran mediator sebagai sebuah garis rentang dari sisi peran yang terlemah hingga sisi peran yang terkuat.
66
a. Penyelenggara pertemuan;
Sisi peran terlemah adalah apabila mediator hanya melaksanakan peran sebagai berikut :
b. Pemimpin diskusi netral;
63
http:kasuspelanggaranham.blogspot.com . Diakses 2 April 2015
64
Nollan Haley dan M. Jaqueline, Alternative Dispute Resolution, St Paul: West Publishing Co., USA, 1992, hal. 56.
65
Kimberlee K. Kovach, Mediation Principles and Practice, St Paul: West Publishing Co., USA, 1994, hal. 16.
66
Howard Raiffa, The Art Science of Negotiation, Massachusets: Harvard University Press, 1987, hal. 218.
c. Pemelihara atau penjaga aturan perundingan agar proses perundingan
berlangsung secara beradab; d.
Pengendali emosi para pihak; e.
Pendorong pihakperunding yang kurang mampu atau segan mengemukakan pandangannya.
Sisi peran yang kuat mediator adalah bila dalam perundingan mediator melakukan hal-hal berikut :
a. Mempersiapkan dan membuat notulen perundingan;
b. Merumuskan titik temukesepakatan para pihak;
c. Membantu para pihak menyadari bahwa hal yang di rundungkan
bukanlah suatu pertarungan untuk dimenangkan, melainkan diselesaikan;
d. Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah;
e. Membantu para pihak menganalisis alternatif pemecahan masalah.
3. Tipologi Mediator
Moore
67
67
Christoper Moore, The Mediation Process: Practical Strategies for Resolving Conflict, San Fransisco: Jossey Bass Publisher, 1996, hal. 41.
membedakan mediator dalam tiga tipologi, yaitu social network mediators, authoritative mediators, dan independent mediators.
Social network mediators berperan dalam sebuah perselisihan atas dasar adanya hubungan sosial antara mediator dan para pihak yang berselisih.
Authoritative mediators adalah mereka yang berusaha membantu para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan dan memiliki
posisi yang kuat sehingga mereka memiliki potensi atau kapasitas untuk mempengaruhi hasil akhir dari sebuah proses mediasi.
Independent mediators dapat menjaga jarak antarpihak maupun dengan persoalan yang tengah dihadapi.
4. Tahapan Proses Mediasi
Menurut Kovach
68
• Penataan atau pengaturan awal;
proses mediasi terdiri dari sembilan tahapan, yaitu :
• Pengantar atau pembukaan oleh mediator;
• Pernyataan atau pembukaan oleh para pihak;
• Pengumpulan informasi;
• Identifikasi masalah-masalah, penyusunan agenda, dan kaukus;
• Membangkitkan pilihan-pilihan pemecahan masalah;
• Melakukan tawar-menawar
• Kesepakatan;
• Penutupan.
b. Pengadilan Hak Asasi Manusia
Perintah untuk membentuk pengadilan HAM tercantum dalam pasal 104 ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Selanjutnya pengadilan HAM diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia pasal 1 poin 3 Pengadilan Hak Asasi Manusia yang selanjutnya
disebut Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
69
1. Kejahatan genosida
Sehingga pelanggaran HAM yang bersifat ringan tidak termasuk kedalam kewenangan pengadilan HAM.
Adapun yang termasuk dengan pelanggaran HAM berat adalah :
a. membunuh anggota kelompok;
68
Kimberlee K. Kovac, Op., Cit., hal. 24.
69
R.Wiyono, Pengadilan HAM di Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2006, hal. 9.
b. mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap
anggota-anggota kelompok; c.
menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau
sebagiannya; d.
memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau
e. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain. 2.
Kejahatan terhadap kemanusiaan. a.
pembunuhan; b.
pemusnahan; c.
perbudakan; d.
pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; e.
perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar asas-asas ketentuan
pokok hukum internasional; f.
penyiksaan; g.
perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa
atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara; h.
penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis,
budaya, agama, jenis kelamin ataualasan lain yang telah di,akui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional; i.
penghilangan orang secara paksa; atau j.
kejahatan apartheid.
70
70
Ibid., hal. 13.
B. Peranan Komnas HAM Dalam Penyelesaian Kasus Pelanggaran