Tipe-tipe Gangguan Kecemasan. Kecemasan

3. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Cemas ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan jiwa, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum. Gejala-gejala cemas ada yang bersifat fisik dan ada pula dingin, perencanaan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas sesak dan sebagainya. Gejala mental antara lain bisa memusatkan perhatian, tidak berdayarendah diri, hilang kepercayaan pada diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup dan sebagainya.

5. Penanggulangan Kecemasan

Menurut Atkison, ada dua cara menanggulangi kecemasan yaitu: 33 1. Menitik beratakan masalahnya: individu menilai situasi yang menimbulkan kecemasan dan kemudian melakukan sesuatu untuk mengubah atau menghindarinya. Bagaimana individu menerapkan strategi tersebut tergantung kepada pengalamannya dan kapasitasnya untuk mengontrol diri self control. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mencari informasi apakah kecemasan tersebut berasal dari keluarga, pekerjaan, hubungan interpersonal yang buruk, atau aturan-aturan yang harus ditaati agar kecemasan dapat ditanggulangi. 33 Rita L. Atkinson dan Richard C. Atkinson, Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 1983, h.215. 2. Menitikberatkan emosinya: individu berusaha mereduksi perasaan cemas melalui berbagai macam cara dan tidak langsung menghadapi masalah yang menimbulkan kecemasan itu, seperti melakukan self control dengan cara relaksasi. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan ketenangan, meredakan ketegangan, dan dengan beberapa tindakan ini individu mampu menyesuaikan diri, dan mampu menghadapinya.

6. Kecemasan Diagnosis Penyakit

Kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah sesorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan, perilaku, dan respon-respon fisiologis. 34 Diagnosis adalah: 1. Penentuan jenis penyakit dengan melihat gejala atau tanda-tanda yang ada pada pasien dan 2. Proses pemeriksaan terhadap sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan ketentuan. 35 Penyakit adalah terganggu atau tidak berlangsungnya fungsi-fungsi psikis dan fisis; yaitu ada kelainan dan penyimpangan yang mengakibatkan kerusakan dan bahaya pada organ atau tubuh, sehingga bisa mengancam kehidupan. 36 34 V. Mark Durand dan David H. Barlow, Psikologi Abnormal, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006, h.159. 35 Petter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, Jakarta. h.350. 36 Kartini Kartono, Patologi Sosial 3, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002, h.13. Kecemasan diagnosis penyakit adalah kekhawatiran yang dirasakan melalui perubahan perasaan, perilaku, dan respons-respon fisiologis atas penyakit diderita yang mengakibatkan kerusakan dan bahaya pada organ tubuh. Setelah didiagnosis penyakit, kecemasan merupakan respon yang umum terjadi. Pasien dapat kebingungan terhadap potensi perubahan yang terjadi. 37 Hal ini wajar karena secara fisik seseorang yang sedang sakit akan dihadapkan kepada tiga alternatif kemungkinan yang akan dialaminya, yaitu: sembuh sempurna, sembuh disertai cacat sehingga terdapat kemunduran menetap pada fungsi-fungsi organ tubuhnya, atau meninggal dunia. Alternatif meninggal umumnya cukup menakutkan bagi mereka yang sedang sakit. 38 Tiap-tiap orang yang sedang menderita sakit terutama apabila dia diperlukan perawatan di rumah sakit, selalu akan timbul kegoncangan mental dan jiwanya, baik pada dirinya maupun pada keluarganya, antara lain disebabkan karena: 1. Penyakit yang sedang dideritanya, terutama apabila progresnya tidak jelas, apakah perjalanan penyakitnya akan berkelanjutan lama, atau apakah dalam waktu singkat akan berakhir kematian. 2. Apabila perawatan di rumah sakit harus dijalaninya, berarti dia terpaksa harus meninggalkan keluarganya. Sehingga dia merasa 37 Aliah B.Purwakania Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, h.470. 38 Tadjudin, Dokter Muslim: Kedokteran Islam, Sejarah, Hukum dan Etika, Jakarta: UIN, 2010, h.88.