Teknik Rasional-Emotif Teknik Konseling Klinikal

2. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah yang timbul sebagai efek dari interaksi personal dan kelompok keluarga dengan pendekatan Islam. 3. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah psikologis keluarga dan komunitas muslim, karena adanya masalah internal keluarga yang terjadi pada salah satu anggota keluarga itu, dengan menerapkan konseling dan psiko-terapi Islam. 4. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mentalkejiwaan individu dan keluarga yang timbul karena penyakit fisik yang dideritanya, seperti depresi yang dialami pasien rumah sakit, maka bimbingan dan penyuluhan konseling bertujuan memberikan terapi terhadap mentalnya, sehingga dapat mempercepat penyembuhan sakit fisik yag dideritanya. 5. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental-spiritual yang dialami penyandang masalah-masalah sosial dan cacat fisik pada lembaga-lembaga rehabilitasi sosial, seperti tuna netra, ketergantungan obat zat adiktif narkoba, Wanita Tuna Susila WTS dan sebagainya. 6. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mentalspiritual yang dialami para tahanan narapidana di rumah tahanan rutan dan lembaga pemasyarakatan lapas. Serta pembinaan mental bagi anak jalanan anjal, panti jompo dan masalah sosial yang lainnya. 7. Memberikan bimbingan atau konseling bagi karyawan, tenaga kerja dan prajurit guna meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja dengan pendekatan Islam. Dalam pelayanan bimbingan dan penyuluhan konseling yang bersumberkan Al- Qur’an, sesungguhnya para pembimbing atau konselor menitikberatkan programnya pada fungsi-fungsi yang terdapat dalam Al- Qur’an. Al-Qur’an dapat difungsikan secara universal kaffah sebagai: 1. Sumber yang memberikan pemahaman dan penjelasan mengenai hakikat diri individu dan kewajibannya sebagai makhluk pribadi, berkeluarga, bermasyarakat dan makhluk yang berketuhanan. Pemahaman tersebut menjadi tolak ukur dalam mewujudkan manusia seutuhnya, manusia yang berperadaban, berakhlak mulia, beriman, bertakwa dapat bermanfaat bagi kehidupan dan saling mencintai antara sesama. 2. Sumber yang menjelaskan bagaimana cara menjaga atau bisa terhindar dari masalah, yakni dengan cara memilih dan menjelaskan pola serta kebiasaan hidup sesuai ajaran Islam Al- Qur’an. 3. Sebagai sumber yang dapat memberikan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan kuratiftreatment, yakni melalui pendekatan taqarrub dan selalu ingat dzikir kepada Allah serta melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, karena penyakit problem yang dirasakan dalam kehidupan disebabkan tidak harmonisnya hubungan manusia dengan Tuhan. Untuk itu, penyembuhannya ialah dengan cara menghadapkan diri dan mengaktifkan hubungan dengan Tuhan. 4. Sebagai sumber dalam memelihara dan mengembangkan hidup manusia pereservatif dan developmenttal. Islam merupakan agama yang senantiasa mengajarkan keselamatan dan kesejahteraan bagi kehidupan pribadi dan masyarakatnya. Ajarannya bersifat dinamis dan berorientasi kemasa depan yang lebih panjang dan meninggikan derajat orang-orang menjaga dirinya dan selalu optimis dalam hidupnya. Sehingga dapat memperoleh manfaat yang sebesar- besarnya. Baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Dengan demikian, bimbingan dan penyuluhan konseling yang ditawarkan Islam bertugas menciptakan situasi dan kondisi dimaksud. 22

B. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah keadaan emosi yang meningkat disertai perasaan cemas atau takut. Serupa pada perasaan takut, subjek merasa dirinya terancam. Akan tetapi, berlainan halnya dengan perasaan takut, subjek sering memandang sumber ancaman dalam arti yang samar-samar atau tidak jelas. 23 Kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan, perilaku, dan respon-respon fisiologis. 24 22 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan konseling Islam, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah 2008, h.106. 23 Frank J. Bruno, Kamus Istilah kunci Psikologi, Yogyakarta : Kanisius, 1989, h.25. 24 V. Mark Durand dan David H. Barlow, Psikologi Abnormal, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006, h.159.