Vaskularisasi Uterus Anatomi Organ Reproduksi Wanita 1 Uterus

Setelah itu, pada tahun 1882 mulai diperkenalkan metode menjahit dinding uterus oleh Max Sanger. Awalnya, hal ini diabaikan karena ditakutkan menginfeksi tempat penjahitan. Kemudian, teknik Max Sanger dilakukan pada 17 tindakan seksio sesaria yang menggunakan benang perak. Motede tersebut memberikan hasil sebanyak 8 ibu dapat hidup. Hal ini sangatlah jarang terjadi pada masa itu. Kemudian, angka kematian tetap tinggi dikarenakan olrh peritonitis. Dan, Kronig menggunakan teknik extraperitoneal. Cara tersebut menutup insisi uterus dengan peritoneum. Kemudian, Cara ini dimodififkasi oleh Kerr pada tahun 1926, yang memilih secara transversal dibanding longitudinal. 18

2.1.5.2. Frekuensi

Dari tahun 1970 sampai 2007, tindakan seksio sesaria mengalami peningkatan dari 4,5 persen sampai 31,8 persen pada Amerika Serikat. 18 Dan, estimasi yang dilakukan oleh WHO 2010, dikatakan bahwa kurang lebih terdapat 18,5 juta kali tindakan ini dilakukan. Dan setiap tahunnya terdapat penambahan 0,8-3,2 juta kali tindakan seksio sesaria pada negara berkembang. 20 Ini berarti tiap tahunnya akan terjadi peningkatan tindakan seksio sesaria. 2.1.5.3. Indikasi 2.1.5.3.1. Distosia Distosia merupakan indikasi tersering untuk melakukan tindakan seksio sesaria. Dan, distosia menurut Friedman 1978 adalah kepala bayi yang tidak dapat masuk pelvis ibu sehingga proses partus gagal. 18 Dan, salah satu faktor penyebabnya adalah mioma uteri yang dilaporkkan oleh Kempe 1993. Dimana pelvis diblokade secara total oleh mioma uteri yang terdapat pada dinding posterior uterus. 21

2.1.5.3.2. Fetal Distress

Kondisi fetal distress dapat mengancam keselamatan dari fetus. Dan ini menjadi salah satu indikasi tersering dilakukannya seksio sesaria 25. 22 Kemudian, Noor 2009 menemukan 38,09 sebagai indikasi melakukan seksio sesaria pada ibu hamil yang memiliki mioma uteri. 23

2.1.5.3.3. Presentasi Abnormal

Presentasi abnormal merupakan saah satu indikasi untuk melakukan tindakan seksio sersaria. Dan ini bisa disebabkan oleh mioma uteri pada segmen bawah. 9 Noor 2009 dalam studinya yang dilakukan pada Abbotabad menemukan sebanyak 19,04 persen angka kejadian presentasi abnormal pada 3.468 kelahiran yang menjadi indikasi melakukan tindakan seksio sesaria. 23

2.1.5.3.4. Seksio Sesaria Atas Permintaan Pasien

Saat ini seksio sesaria lebih sering dilakukan karena permintaan pasien dan sebagai tindakan yang aman. Hal ini menjadi isu kontroversial dan penting dalam dunia obstetrik dan ginekologi. Terjadi peningkatan sebanyak 50 persen untuk tindakan seksio sesaria elektif dalam sepuluh tahun terakhir. Alasan yang banyak digunakan oleh ibu dalam meminta tindakan seksio sesaria adalah menghindari perlukaan pada pelvis ketika lahir melalui vagina, menurunkan risiko kecacatan fetus, menghindari nyeri dan ketidakpastian parturisi normal, dan ketenangan. Konsep otonomi dan hak bebas dalam memilih tindakan oleh ibu yang mendasari ini. 18

2.1.5.4. Teknik

Pertama dilakukan insisi abdominal yang berupa transversal atau vertikal. Jika insisi transversal dilakukan pada garis pubis dan vertikal pada bawa umbilikus. Insisi ini dilakukan sampai lapisan peritoneum. Setelah itu serosa vesikouterina di insisi kearah lateral. Kemudian, dilakukan insisi pada uterus secara transversal dengan hati-hati agar menghindari cedera pada fetus. Setelah itu, tangan masuk ke rongga uterus diantara simfisis pubis dan kepala fetus. Kepala tersebut diangkat secara pelan-pelan melalui insisi. Sesudah fetus diamankan, luka insisi tadi ditutup dengan melakukan penjahitan. 18 2.1.5.5.Komplikasi 2.1.5.5.1.Perdarahan Post-Partum Perubahan fisiologis selama masa kehamilan, termasuk volume plasma yang meningkat sebanyak 40 dan massa sel darah merah sebanyak 25, berguna untuk mengantisipasi perdarahan yang terjadi ketika proses melahirkan. 24 Tidak ada definisi yang cukup dalam menjelaskan perdarahan post-partum. Namun dalam menentukan diagnosis tersebut, terhitung bahwa perdarahan lebih dari 500 ml ketika proses melahirkan melalui pervaginam dan lebih dari 1.000 ml ketika seksio sesaria. 25,26 Perdarahan post-partum dapat diklasifikasikan menjadi primer atau sekunder. Perdarahan post-partum primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah proses melahirkan dan sekunder terjadi antara 24 jam dan 6-12 minggu. 17 Sekian banyak faktor risiko yang dapat membuat perdarahan post- partum, salah satunya adalah tindakan operatif. Tindakan operatif ini melakukan perlukaan pada bagian uterus yaitu seksio sesaria. 27 Faktor-faktor predisposisi yang membantu terjadinya perdarahan pada tindakan seksio sesaria adalah obesitas, seksio sesaria berulang, dan umur lebih dari 35 tahun. 9,10,11 2.1.5.5.1.1.Faktor Predisposisi 2.1.5.5.1.1.1.Obesitas Obesitas pada ibu yang hamil dihubungkan dengan peningkatan seksio sesaria intrapartum, mayoritas gagal berlanjutnya proses melahirkan, disebabkan oleh menurunnya kontraktilitas uterus. 28 Selain itu tingginya indeks massa tubuh sering dibarengi oleh hiperkolesterolemia. 29 Kolesterol merupakan komponen dalam membran sel yang memiliki peran penting dalam mengatur kontraksi otot polos. 30,31 Beberapa komponen penting dalam sistem penginformasian sel pada transduksi sinyal otot polos ditemukan pada bagian membran sel yang kaya akan kolesterol, dikenal sebagai lipid rafts dan caveolae. 32,33,34 Kemudian, pada ibu hamil dengan obesitas ditemukan tingginya kadar kolesterol serum. 35 Bukan hanya itu saja, kolestrol ditemukan dalam kadar yang tinggi pada membran miometrium. 36 Oleh karena itu ada hubungannya dengan kontraktilitas dari uterus ketika melahirkan, namun belum ada penelitian yang menjelaskan patofisiologi tentang ini. 28 Ketika menurunnya kemampuan kontraksi miometrium berujung kepada pembuluh darah tidak terkonstriksi dengan baik sehingga perdarahan tetap terjadi.