Dampak Sindrom Pramenstruasi TINJAUAN PUSTAKA

c. Faktor Genetik Faktor genetik dapat dilihat dari riwayat keluarga, dimana sebuah penelitian menemukan bahwa ada hubungan secara signifikan antara riwayat keluarga dengan sindrom pramenstruasi Abdillah, 2010. Disamping itu, hasil penelitian Amjad, dkk 2014 juga menemukan bahwa terdapat hubungan antara riwayat ibu dan saudara kandung perempuan dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Dimana seseorang yang memiliki ibu danatau saudara kandung perempuan yang mengalami sindrom pramenstruasi lebih banyak yang menderita sindrom pramenstruasi, dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki ibu danatau saudara kandung perempuan yang mengalami sindrom pramenstruasi Amjad dkk, 2014. d. Stres Faktor stres akan memperberat gangguan sindrom pramenstruasi. Hal ini sangat mempengaruhi kejiwaan dan koping seseorang dalam menyelesaikan masalah. Stres merupakan predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi fisik dan mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan stres tersebut. Stres mungkin memainkan peran penting dalam tingkat kehebatan gejala sindrom pramenstruasi Maulana, 2008. e. Diet Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, makanan olahan, memperberat gejala sindrom pramenstruasi. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala sindrom pramenstruasi. Penurunan asupan garam dan karbohidrat nasi, kentang, roti dapat mencegah edema pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan, dan insomnia Maulana, 2008. f. Kegiatan Fisik Olahraga Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dan berkesinambungan yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dengan aturan-aturan tertentu yang ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi Depkes, 2015. Olahraga merupakan faktor yang dapat mengurangi rasa sakit akibat sindrom pramenstruasi, sehingga apabila olahraga rendah dapat meningkatkan keparahan dari sindrom pramenstruasi, seperti rasa tegang, emosi, dan depresi. Sebuah teori menyebutkan dengan adanya olahraga maupun aktivitas fisik akan meningkatkan produksi endorfin, menurunkan kadar estrogen dan hormon steroid lainnya, memperlancar transport oksigen di otot, menurunkan kadar kortisol, dan meningkatkan perilaku psikologis Harber dan Sutton, 2005. Hal ini juga diperkuat sebuah review yang menyatakan bahwa melakukan kegiatan fisik olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kadar serotonin di otak Young, 2007. Menurutnya