63
BAB VI PEMBAHASAN
Pada pembahasan akan diuraikan makna hasil penelitan yang dilakukan tentang hubungan aktivitas olahraga terhadap kejadian sindrom pramenstruasi pada
remaja di SMA Negeri 4 Jakarta. Pembahasan ini mencakup perbandingan antara hasil penelitian dengan konsep teoritis dan penelitian sebelumnya. Bab ini juga akan
menjelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan dan implikasinya.
A. AnalisaUnivariat
Analisa univariat yang akan dibahas pada penelitian ini adalah variabel dependen yaitu sindrom pramenstruasi dan variabel independen yaitu aktivitas
olahraga.
1. Gambaran Sindrom Pramenstruasi
Sindrom pramenstruasi adalah suatu kondisi yang dialami oleh wanita sebelum datangnya siklus menstruasi, dimana kondisi tersebut
dapat mengganggu fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala tersebut akan menghilang saat menstruasi tiba Cunningham, 2006.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil sebesar 44,8 tidak ada gejala sindrom pramenstruasi hingga mengalami gejala ringan
sindrom pramenstruasi dan sebesar 55,2 mengalami gejala sedang hingga gejala berat sindrom pramenstruasi. Dari hasil yang didapatkan
ternyata remaja di SMA Negeri 4 Jakarta mayoritas mengalami sindrom pramenstruasi dengan gejala sedang hingga gejala berat baik dari gejala
fisik maupun gejala psikologis yang dirasakan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Borenstein 2004 bahwa
penurunan produktivitas lebih banyak dialami oleh penderita sindrom pramenstruasi
dibandingkan dengan
bukan penderita
sindrom pramenstruasi, yang dikaitkan dengan keluhan sulit berkonsentrasi,
menurunnya antusiasme, menjadi pelupa, mudah tersinggung, dan labilitas emosi.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di SMA Negeri 4 Jakarta, bahwa mayoritas siswi mengalami gejala sindrom pramenstruasi dari
gejala sedang hingga gejala berat. Gejala-gejala sindrom pramenstruasi dapat berupa gejala fisik maupun gejala psikis, seperti payudara terasa
nyeri, sakit punggung dan panggul, peningkatan berat badan, perut terasa nyeri, insomnia, mual muntah, perut terasa kembung, perasaan tertekan,
mudah tersinggung, mudah marah, merasa sedih, dan sulit berkonsentrasi. Menurut Prawiroharjo 2005 bahwa gejala sindrom pramenstruasi
yang paling banyak terjadi adalah berkurangnya mood dan berkurangnya ketertarikan pada aktivitas sehari-hari.
2. Aktivitas Olahraga
Aktivitas olahraga merupakan kegiatan yang diukur berdasarkan rutinitas tiap minggu dan lamanya dalam melakukan olahraga.
Berdasarkan ketetapan yang dikeluarkan oleh Depkes 2013 frekuensi latihan olahraga dapat dilakukan 3-5 kali dalam seminggu dalam waktu
20-30 menit. Hasil penelitian didapatkan menunjukan sebesar 37,9 melakukan
olahraga yang tidak mempengaruhi sindrom pramenstruasi, sebesar 32,8 melakukan olahraga yang mempengaruhi sindrom pramenstruasi
dan tidak teratur dan sebesar 29,3 melakukan olahraga yang mempengaruhi sindrom pramenstruasi dan teratur. Dari hasil yang
didapatkan bahwa paling banyak remaja melakukan olahraga yang tidak mempengaruhi sindrom pramenstruasi taekwondo, basket, futsal, voli,
skiping, badminton, dan dance. Olahraga mempunyai manfaat untuk kesehatan tubuh, diantaranya
adalah jantung. Ketika seseorang berolahraga maka jantung akan bertambah besar dan kuat sehingga mempunyai daya tampung yang besar
dan memiliki denyutan yang kuat sehingga meningkatkan efisiensi kerja jantung. Selain itu olahraga bermanfaat untuk pembuluh darah. Ketika
berolahraga elastisitas pembuluh darah bertambah karena berkurangnya timbunan lemak dan penambahan kontraktilitas otot di dinding pembuluh
darah. Elastisitas pembuluh darah yang tinggi akan memperlancar peredaran darah Ganong, 2003.
Olahraga ringan seperti senam, jalan kaki, bersepeda, joging, atau berenang yang dilakukan sebelum dan selama haid dapat membuat aliran
darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar, sehingga rasa nyeri dapat teratasi. Untuk meredakan gejala dari sindrom pramenstruasi biasanya
melakukan olahraga tersebut selama 30 menit Nurcahyo, 2008. Sebanyak 17 orang 29,3 melakukan olahraga yang
mempengaruhi sindrom pramenstruasi dan melakukannya secara teratur, sehingga peneliti berpendapat bahwa wanita yang berolahraga secara rutin
dapat mengurangi gejala sindrom pramenstruasi karena peningkatan kadar endorfin yang bersirkulasi. Hasil penelitan ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan Vabiella 2015, Olahraga yang teratur dan berkelanjutan berkontribusi untuk meningkatkan produksi dan pelepasan
endorfin. Endorfin merupakan suatu substansi yang diproduksi oleh otak
yang diakibatkan tercapainya ambang nyeri seseorang dan menghilangkan efek dari stres Nashruna, 2012. Endorfin memerankan peran dalam
pengaturan esterogen. Wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi terjadi karena kelebihan hormon esterogen. Kelebihan esterogen dapat
dicegah dengan meningkatkan endorfin sehingga olahraga yang teratur dapat mencegah atau mengurangi sindrom pramenstruasi Nurlaela, 2008.
Olahraga dapat meningkatkan kadar serotonin di otak yang sangat erat kaitannya dengan depresi dan perubahan mood yang berujung pada
masalah kesehatan Young,2007. Serotonin sangat mempengaruhi suasana hati yang berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan,