33
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG
A. Komisi Pemberatasan Korupsi
1. Latar Belakang dan Tujuan Pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi
Dalam penanganan tindak pidana korupsi, harus diakui bahwa eksistensi lembaga pemerintahan yang menangani perkara korupsi belum
berfungsi secara efektif dan effesien dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. Hal demikian diperparah oleh indikasi adanya keterlibatan aparat
penegak hukum dalam penanganan kasus korupsi. Paling tidak terdapat 3 alasan yang membuat hal demikian terjadi yaitu: Pertama, melalui media
massa seringkali ditemukan adanya beberapa kasus korupsi besar yang tidak pernah jelas ujung akhir penanganannya. Kedua, pada kasus tertentu juga
sering terjadi adanya pengeluaran SP3 surat perintah penghentian penyidikan oleh aparat terkait sekalipun bukti awal secara yuridis dalam
kasus tersebut sesungguhnya cukup kuat. Ketiga, kalaupun suatu kasus korupsi penanganannya sudah sampai di persidangan pengadilan, seringkali
public dikejutkan bahkan dikecewakan oleh adanya vonis-vonis yang melawan arus dan rasa keadilan masyarakat.
42
Selain itu, penegakan hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi yang dilakukan secara konvensional selama ini terbukti mengalami
42
Mahrus Ali, Hukum Pidana Korupsi Di Indonesia Yogyakarta: UII Press, 2011, h.169.
33
34
berbagai hambatan. Untuk itulah diperlukan metode penegakan hukum secara luar biasa melalui pembentukan suatu badan khusus yang mempunyai
kewenangan luas independen serta bebas dari kekuasaan manapun dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang pelaksanaannya dilakukan
secara optimal, intensif, efektif, propesional serta berkesinambungan.
43
Pembentukan lembaga yang diharapkan mampu memberantas atau paling tidak meminimalisir maraknya kasus korupsi salah satunya adalah dengan
pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam bagian konsideran huruf a dan b Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan, bahwa debentuknya Komisi tersebuat karena di satu sisi realitas korupsi di Indonesia dinilai
semakin memperihatinkan dan menimbulkan kerugian besar terhadap keuangan
maupun perekonomian
Negara sehingga
menghambat pembangunan nasional dalam mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan dan
keadilan masyarakat. Pada sisi lain, upaya pemberantasan korupsi yang telah berjalan selama ini dinilai pula belum terlaksana secara optimal. Karena
aparat penegak hukum yang bertugas menangani perkara tindak pidana korupsi dipandang belum dapat berfungsi secara efektif dan effesien.
44
Mengenai latar belakang
dan tujuan
terbentuknya Komisi
Pemberantasan Korupsi, penulis sependapat dengan pendapat yang
43
Romli Atmasasmita, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional Dan Aspek Internasional Bandung: Mandar Maju, 2004, h. 26-29.
44
Artidjo Alkostar,Korupsi Politik Di Negara Modern Yogyakarta: UII Press, 2008, h. 377.
35
dikemukakan oleh Ryaas Rasyid sebagaimana dikutip oleh Ni‟matul Huda yang menyatakan “Fenomena menjamurnya komisi Negara memberi kesan
bahwa Indonesia berada dalam darurat karena pelbagai institusi yang ada selama ini tidak berperan serta berjalan efektif sesuai dengan ketatanegaraan
dan konstitusi. DPR belum mampu menjalankan fungsi pengawasan terhadap kinerja lembaga Negara yang berada di bawah lembaga eksekutif. Di sisi lain,
lembaga kuasi
Negara adalah
terobosan sekaligus
perwujudan ketidakpercayaan rakyat dan pimpinan Negara terhadap lembaga kenegaraan
yang ada”.
45
Atas dasar itulah, penulis menyimpulkan bahwa tujuan pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi adalah untuk mengoptimalkan
pemberantasan tindak pidana korupsi yang sulit diwujudkan jika masih mengandalkan lembaga penegak hukum yang telah ada seperti kepolisian dan
kejaksaan. Hal ini disebabkan karena pada kenyataannya aparat penegak hukum itu sendiri seringkali terlibat dalam praktik korupsi atas perkara yang
mereka tangani. 2.
Tugas, Wewenang dan Kewajiban Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyebutkan bahwa terdapat lima tugas Komisi Pemberantasan Korupsi yang harus dilaksanakan
yaitu Pertama, Koordinasi dengan dengan instansi yang berwenang
45
Ni‟matul Huda, Lembaga Negara Dalam Masa Transisi Demokrasi Yogyakarta: UII Press, 2007, h. 207.
36
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Kedua, Supervisi terhadap
instansi yang berwenang melakukan suvervisi terhadap instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Ketiga,
Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi. Keempat, Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, dan Kelima, Melakukan monitor terhadap penyelenggara
pemerintahan Negara. Dalam hal agar tugas Komisi Pemberantasan Korupsi tersebut berjalan
efektif dan dapat mewujudkan tujuan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi diberi kewenangan-kewenangan hukum yang secara eksplisit
tercantum dalam ketentuan Pasal 7, Pasal 8, Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi.
46
Dalam hal tugas koordinasi dengan instansi lain, Komisi Pemberantasan Komisi Korupsi diberikan kewenangan hukum berdasarkan
ketentuan pasal 7 yaitu Pertama, Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi. Kedua, Menetapkan sistem
pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi. Ketiga,
Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
kepada instansi yang terkait. Keempat, Melaksanakan dengar pendapat atau
pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
46
Mahrus Ali, Hukum Pidana Korupsi Di Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2011, h. 170-176.
37
pidana korupsi. Kelima, Meminta laporan instansi terkait mengenai
pencegahan tindak pidana korupsi. Untuk dapat melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan
undang-undang kepada Komisi Pemberantasan Korupsi agar tidak disalahgunakan, maka ketentuan pasal 15 di undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi membebankan kewajiban-kewajiban tertentu kepada
Komisi Pemberantasan Korupsi, yaitu Pertama, Memberikan perlindungan
terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan ataupun memberikan
keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi. Kedua, Memberikan
informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau memberikan bantuan untuk memperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan tindak
pidana korupsi yang ditanganinya. Ketiga, Menyusun laporan tahunan dan
menyampaikannya kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan. Keempat, Menegakkan sumpah jabatan. Kelima, Menjalankan tugas, tanggungjawab,
dan wewenangnya berdasarkan asas kepastian hukum, asas keterbukaan, asas akuntabilitas, asas kepentingan umum, dan asas proporsionalitas.
3. Visi dan Misi Komisi Pemberantasan Korupsi
Sebuah lembaga Negara memiliki Visi dan Misi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.Komisi Pemberantasan Korupsi memiliki Visi dan
Misi yang diharapkan dan hendak dicapai. Visi Komisi Pemberantasan Korupsi adalah “Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Korupsi”. Visi ini
38
menunjukan suatu tekad kuat dari Komisi Pemberantasan Korupsi untuk dapat segera menuntaskan segala permasalahan yang menyangkut korupsi, kolusi
dan nepotisme.Lalu adapun misi dari Komisi Pemberantasan Korupsi adalah “Penggerak Perubahan Untuk Mewujudkan Bangsa yang Antikorupsi”.
Dengan misi tersebut diharapkan nantinya komisi ini dapat menjadi sebuah lembaga yang mampu membudayakan antikorupsi di masyarakat, pemerintah
dan swasta. 4.
Landasan Hukum Komisi Pemberantasan Korupsi Adapun LandasanDasar hukum KPK dalam menjalankan tugas dan
fungsinya adalah sebagai berikut: 1.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi Kolusi, dan Nepotisme; 3.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi; 4.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
39
B. Pencucian Uang