20
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG KEWENANGAN DAN
LEMBAGA NEGARA
A. Teori Tentang Kewenangan
1. Pengertian Kewenangan
Dalam Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara dikenal istilah kewenangan, dimana istilah kewenangan diberikan kepada suatu organ
Negaralembaga Negara. Kewenangan atau wewenang memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata negara dan hukum administrasi. Begitu
pentingnya kedudukan wewenang ini sehingga F.A.M. Stroik dan J.G. Steenbeek menyatakan: “Het begrip bevoegdheid is dan ook een kembegrip in
het staats- en administratief recht”.
22
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa wewenang merupakan konsep inti dari hukum tata negara dan hukum
administrasi. Dalam kamus besar bahasa indonesia KBBI sebagaimana dikutip
oleh Kamal Hidjaz, kata wewenang disamakan dengan kata kewenangan, yang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak, kekuasaan
membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada
22
E.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek, Inleiding in het Staats-en. Administratief Recht Alphen aan den Rijn : Samsom H.D. Tjeenk Willink, 1985, h. 26.
20
21
orangbadan lain.
23
Kewenangan biasa disebut dalam bahasa Inggris dengan sebutan Authority yang dalam Black S Law Dictionary diartikan sebagai
“Legal power; a right to command or to act; the right and power of public officers to require obedience to their orders lawfully issued in scope of their
public duties”.
24
Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa Kewenangan atau wewenang adalah kekuasaan hukum, hak untuk memerintah atau
bertindak; hak atau kekuasaan pejabat publik untuk mematuhi aturan hukum dalam lingkup melaksanakan kewajiban publik.
Dalam mendefinisikan kewenangan terdapat banyak definisi yang dijelaskan oleh pakarahli yaitu antara lain:
a. Menurut Philipus M. Hadjon, wewenang bevoegdheid dideskripsikan
sebagai kekuasaan hukum rechtsmacht. Jadi dalam konsep hukum
publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan.
25
b. Menurut F.P.C.L. Tonner berpendapat sebagaimana dikutip oleh Ridwan
HR “Overheidsbevoegdheid wordt in dit verband opgevad als het vermogen om positief recht vast te srellen en Aldus rechtsbetrekkingen
tussen burgers onderling en tussen overhead en te scheppen ”. Dari
kalimat tersebut dapat diterjemahkan bahwa kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan
23
Kamal Hidjaz, Efektivitas Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Sistem Pemerintahan Daerah Di Indonesia Makasar: Pustaka Refleksi, 2010, h. 35.
24
Henry Campbell Black, Black’S Law Dictionary West Publishing, 1990, h. 133.
25
Philipus M. Hadjon, “Tentang Wewenang”, YURIDIKA, No.56 Tahun XII, September – Desember, 1997 , h.1.
22
hukum positif, dan dengan begitu dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintahan dengan warga Negara.
26
c. Menurut Ferrazi kewenangan yaitu sebagai hak untuk menjalankan satu
atau lebih fungsi manajemen, yang meliputi pengaturan regulasi dan standarisasi, pengurusan administrasi dan pengawasan supervisi atau
suatu urusan tertentu.
27
d. Ateng syafrudin berpendapat ada perbedaan antara pengertian
kewenangan dan wewenang.
28
Atas hal tersebut harus dibedakan antara kewenangan authority, gezag dengan wewenang competence,
bevoegheid. Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh undang-
undang, sedangkan wewenang hanya mengenai suatu “onderdeel” bagian tertentu saja dari kewenangan.
e. Menurut S. F. Marbun, Kewenangan dan wewenang harus dibedakan.
Kewenangan authority, gezag adalah kekuasaan yang diformalkan baik terhadap segolongan orang tertentu maupun terhadap sesuatu bidang
pemerintahan tertentu secara bulat. Sedangkan wewenang competence, bevoegdheid hanya mengenal bidang tertentu saja. Dengan demikian,
kewenangan berarti
kumpulan dari
wewenang-wewenang
26
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Jakarta: Rajawali Pers, 2006, h. 100.
27
Ganjong, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum Bogor: Ghalia Indonesia, 2007, h. 93.
28
Ateng Syafrudin, “Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung Jawab
”, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Bandung, Universitas Parahyangan, 2000, h. 22.
23
rechsbevoegdheden. Jadi, wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan peraturan perundang-undangan untuk melakukan hubungan
hukum.
29
Dari definisi yang dijelaskan oleh para ahli, bila dilihat dari sisi tata Negara dan administrasi Negara, penulis berpendapat bahwa kewenangan
adalah suatu hak yang dimiliki oleh suatu organ Negaralembaga Negara berupa wewenang yang diberikan oleh suatu peraturan perundang-undangan
atau peraturan tertentu untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai organ Negaralembaga Negara. Kewenangan yang diberikan oleh undang-undang
kepada suatu organ Negaralembaga Negara adalah kewenangan yang memiliki legitimasi, sehingga munculnya kewenangan adalah membatasi agar
penyelenggara negara dalam melaksanakan pemerintahan dapat dibatasi kewenangannya
agar tidak
berlaku sewenang-wenang.
Dalam mengaplikasikan suatu kewenangan yang dimiliki oleh suatu organ
Negaralembaga Negara, penulis memberi contoh yaitu mengenai kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dalam pasal 12
ayat 1 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu member wewenang kepada KPK
untuk melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan.
29
Kamal Hidjaz, Efektivitas Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Sistem Pemerintahan Daerah Di Indonesia Pustaka Refleksi, Makasar, 2010, h. 35.
24
2. Jenis-Jenis Kewenangan
Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang rechtsbe voegdheden. Wewenang merupakan lingkup tindakan hukum publik, lingkup
wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi wewenang membuat keputusan pemerintah bestuur, tetapi meliputi wewenang dalam rangka
pelaksanaan tugas, dan memberikan wewenang serta distribusi wewenang utamanya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Secara yuridis,
pengertian wewenang adalah kemampuan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum.
30
Dalam memperoleh kewenangan ada tiga cara untuk memperoleh kewenangan yaitu
antara lain: a.
Atribusi, yaitu pemberian kewenangan oleh pembuat undang-undang sendiri kepada suatu organ pemerintahan, baik yang sudah ada maupun
yang baru sama sekali.
31
Artinya kewenangan itu bersifat melekat terhadap organ pemerintahan tersebut yang dituju atas jabatan dan
kewenangan yang diberikan kepada organ pemerintahan tersebut. b.
Delegasi adalah penyerahan wewenang yang dipunyai oleh organ pemerintahan kepada organ yang lain.
32
Dalam delegasi mengandung suatu penyerahan, yaitu apa yang semula kewenangan si A, untuk
30
Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994, h. 65.
31
Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008, h. 104.
32
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, h. 105.
25
selanjutnya menjadi kewenangan si B. Kewenangan yang telah diberikan oleh pemberi delegasi selanjutnya menjadi tanggung jawab penerima
wewenang. c.
Mandat diartikan suatu pelimpahan wewenang kepada bawahan. Pelimpahari itu bermaksud memberi wewenang kepada bawahan untuk
gungmembuat keputusan an pejabat Tata Usaha Negara yang memberi mandat.
33
Tanggungjawab tidak berpindah ke mandataris, melainkan tanggungjawab tetap berada di tangan pemberi mandat, hal ini dapat
dilihat dan kata a.n atas nama. Dengan demikian, semua akibat hukum yang ditimbulkan oleh adanya keputusan yang dikeluarkan oleh
mandataris adalah tanggung jawab si pemberi mandat.
34
Jika melihat cara-cara memperoleh suatu kewenangan organ pemerintahanlembaga Negara, penulis menghubungkan teori kewenangan ini
dengan kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam penuntutan
Tindak Pidana Pencucian Uang. Pertama, dengan cara atribusi kewenangan
dimana dalam Pasal 68 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menjelaskan
bahwa“Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan serta pelaksanaan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap terhadap
tindak pidana sebagaimana dimaksudkan dalam undang-undang ini dilakukan
33
Philipus M. Hadjon, “Tentang Wewenang Pemerintahan Bestuurbevoegdheid”, Pro Justitia Tahun XVI, no.I Januari 1998, h. 90.
34
Philipus M. Hadjon, “Tentang Wewenang Pemerintahan Bestuurbevoegdheid”, h. 94.
26
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-
undang ini”. Disitu ada kata-kata “dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan” artinya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 sifatnya tidak menutup dari undang-undang lain, dalam hal ini
masih ada kemungkinan KPK menggunakan Undang-Undang no. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi yang memberikan KPK
kewenangan penuntutan.
Kedua , dengan cara Delegasi dimana dalam hal penyidikan tindak
pidana pencucian uang yang dilakukan oleh penyidik KPK, apabila dalam penyidikan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh penyidik KPK ada
indikasi tindak pidana pencucian uang, maka berdasarkan pasal 75 Undang- Undang Nomor 8 tahun 2010, maka penyidik KPK dapat menggabungkan
antara tindak pidana korupsi dengan tindak pidana pencucian uang. kemudian setelah penyidikan selesai, maka penyidik KPK melaporkan atau
berkoordinasi dengan penuntut umum KPK untuk selanjutnya diteruskan ke tahap penuntutan oleh jaksa KPK.
Ketiga , dengan cara Mandat dimana Komisi Pemberantasan Korupsi
memberi mandat kepada jaksa KPK untuk melakukan penuntutan atas perkara tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya adalah korupsi
sebagai penuntut umum KPK dengan bertindak atas nama Komisi Pemberantasan Korupsi.
27
B. Teori Tentang Lembaga Negara