Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Kesulitan mengklasifikasi metode berdasarkan pendektan ini juga disebabkan salah satunya karena beberapa pendekatan juga cenderung sesuai untuk hampir semua metode yang ada. Hal ini bisa dilihat pada pendekatan kolaboratif, di mana terdapat kesulitan untuk memberi batasan pada metode-metode yang dianggap kolaboratif karena nyaris semua metode pembelajaran yang ada ddidaftar tersebut mengandalkan kelompok-kelompok sebagai pelaksana operasionalnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan tersebut Huda, 2013: 325: 1. Model-model pembelajaran cenderung bersifat independen. Artinya, model- model itu dikembangkan atas spesifikasi minat para pengembangnya. Bahkan, model-model itu tak jarang juga menyertakan strategi dan prosedurnya sendiri untuk memandang proses belajar siswa. Dengan demikian, tidak heran jika ada beberapa model pembelajaran yang juga sekaligus menjadi strategi atau metode pengajaran, seperti model Creative Problem Solving-nya Osborn-Parne dan model VAK-nya Fleming. 2. Kenyataannya bahwa hingga saat ini apa yang disebut dengan metode seringkali dipahami secara acak dengan teknik, prosedur, strategi, bahkan dengan model itu sendiri. Metode SQ3R, misalnya, sering dianggap sebagai metode, tetapi tak jarang pula dianggap sebagai strategi. Hal yang sama berlaku pada Contextual Teaching and Learning yang dalam beberapa kasus sering dikenal sebagai model, tetapi juga memiliki prosedur dan teknik- tekniknya sendiri. Keberagaman metode pembelajaran akan menjadi daftar tersendiri bagi pola pengajaran guru saat ini. Guru seharusnya tdak lagi bingung mencari metode- metode pengajaran atau pembelajaran yang baik untuk siswa-siswanya. Pengajaran juga seharusnya tidak dipandang lagi sebagai hak otoritatif guru, ia sudah harus menjadi bagian dari sistem, nilai, kepercayaan, dan praktik belajar siswa sehari-hari.

2.3. Cooperative Learning Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik perorangan danatau kelompok serta siswa perorangan, kelompok, danatau komunitas yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya.

2.3.1. Pengertian Cooperative Learning Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya perkembangan dalam sistem pembelajaran yang ada. Pembelajaran kooperatif menggantikan sistem pembelajaran yang individual, yaitu guru terus memberikan informasi guru sebagai pusat dan siswa hanya mendengarkan. Guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di mana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Pembelajaran kooperatif ini sangat berguna dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam pendidikan karena pembelajaran kooperatif memberikan cara yang berbeda dalam pengajaran yaitu bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan memecahkan persoalan bersama, membantu para siswa saling bertukar pengetahuan, pemikiran dan pengalaman mereka untuk memperoleh sesuatu yang benar dan baik. Mandal 2009: 93, “Cooperative learning is a strategy which is based on the psychological aspects of cooperation and competition for learning. It mainly refers to the techniques in which students work in separate small groups or teams. In this way, they can help each other directly to master various academic materials being taught by their teacher. In fact, the teammates apply a variety of learning activities to improve their understanding of a subject. Each member of a team is responsible for learning the taught material and for helping teammates learn and thus creating atmosphere of achievement ”. Berdasarkan konsep tersebut, maka dapat diartikan bahwa pada pembelajaran kooperatif terdapat pembagian tugas di antara masing-masing anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap yang mereka pelajari. Mereka saling membantu dan bertanggung jawab atas tugasnya sehingga akan tercipta semangat untuk berprestasi . Selanjutnya menurut Hassaskhah 2005: 75, “cooperation” as the key to cooperative learning. She states that cooperation is a structure of the interactions existed between group members which facilitate “the accomplishment of a specific end product or goal achieved through people working together in groups ”. Sejalan dengan pendapat dari Hassaskhak tersebut, Apple Shimo Ahmadi, 2014: 3 , “cooperative Learning activities also show that each group members has a specific role, and if each one of them does not fulfill his or her roles, the effort of the group does not lead to its final goal ”. Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada adanya interaksi antar anggota kelompok untuk saling bekerjasama. Pada pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok memiliki peran dan tugas masing-masing, jika hal itu tidak dilakukan maka tujuan akhir tidak akan tercapai. Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Pada saat menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pada cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran Isjoni, 2014: 12. Berdasarkan pendapat dari Isjoni tersebut, dapat diartikan bahwa dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi. Oleh sebab itu, cooperative learning sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Menurut Slavin Isjoni, 2014: 12, cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Terkait dengan pendapat dari dari Slavin tersebut, Suyatno 2009: 51, mengemukakan model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif kompak partipatif, tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5 orang, siswa heterogen kemampuan, gender, karakter, ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Berdasarkan konsep-konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan pada aspek kerjasama diantara para anggotanya di mana di dalamnya ada ketergantungan yang positif, interaksi, akuntabilitas serta keterampilan individu dalam memproses kelompoknya. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran kelompok merupakan pembelajaran yang setiap anggotanya saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Setiap anggota dituntut untuk bisa saling membantu antara satu dengan yang lainnya, untuk bisa memberikan pendapat, ide, dan pemecahan masalah sehingga dapat tercapai tujuan belajar. Dibentuknya kelompok belajar agar siswa dapat bekerjasama, berpartisipasi dalam kerja kelompok dan saling membantu dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru, kemudian hasil kerja kelompok dipresentasikan dan dibuat laporan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Time Token Arends Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

6 48 148

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIME TOKEN ARENDS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP ISLAM TERPADU BINA INSANI KOTA METRO

2 18 104

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PURWODADI

0 9 76

IMPLEMENTASI STRATEGI TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN Implementasi Strategi Time Token Untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Ips Kelas IV SD Negeri Badran 2 Kecamatan Susukan Ka

0 0 19

IMPLEMENTASI STRATEGI TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN Implementasi Strategi Time Token Untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Ips Kelas IV SD Negeri Badran 2 Kecamatan Susukan Ka

0 0 12

IMPLEMÉNTASI MODÉL TIME TOKEN ARENDS DINA PANGAJARAN NYARITA BAHASAN BUDAYA SUNDA.

0 15 41

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN ARENDS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG GLOBALISASI.

0 1 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN ARENDS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI SMA N 1 MERTOYUDAN MAGELANG.

2 7 236

Model Pembelajaran Time Token Arends

0 1 8