Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Time Token Arends Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Husnul Ma’ab

NIM 1111018300046

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

03. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SDN Pisangan 03. Hal ini terjadi karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru masih menggunakan metode konvensional, sehingga suasana pembelajaran sering membuat siswa jenuh dan berdampak kepada hasil belajar siswa. Berdasarkan hal itu, maka peneliti berupaya menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends dalam kegiatan pembelajaran agar tercipta suasana belajar yang aktif, menarik dan menyenangkan. Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Time Token Arends terhadap hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN Pisangan 03.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di SDN Pisangan 03 Legoso bulan Januari – Juni 2015. Teknik pengumpulan data antara lain dengan menggunakana tes (pilihan ganda) yang berjumlah 25 soal, lembar observasi dan lembar wawancara.

Hasil penelitian berdasarkan pengujian dua sampel menggunakan uji-t didapat bahwa thitung > ttabel (2,558 > 2,004) pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran

Time Token Arends terhadap hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN Pisangan 03.


(7)

ii

Elementary School Education Department, Faculty Teaching and Learning Education, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2015.

This research is motivated by the problem of low student learning outcomes in subjects Citizenship Education (Civics) at SDN Pisangan 03. This occurs because the teaching methods used by teachers are still using conventional methods, so that the learning environment often makes students bored and have an impact on student learning outcomes , Based on that, the researchers attempted to use Time Token Arends learning methods in learning activities in order to create an active learning atmosphere, interesting and fun. The purpose of this research is to know the effect of the application of learning methods Time Token Arends on learning outcomes Civics grade IV SDN Pisangan 03.

The method used in this study is a quasi experimental technique purposive sampling. This research was conducted in SDN Pisangan Legoso 03 months from January to June 2015. Data collection techniques such as by using current test (multiple choice) totaling 25 questions, observation and questionnaire.

The results based on the testing of two samples using t-test found that t count> t table (2,558> 2,004) at significance level of 0.05. This shows that there are significant differences between the control group and the experimental class. So it can be concluded that there are significant learning method application Time Token Arends on learning outcomes Civics grade IV SDN Pisangan 03.


(8)

iii

Puji Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang Yang Maha Pengasih dan tiada pilih kasih terhadap hamba-hamba-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Time Token Arends Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1).

Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw, bersama keluarga, para sahabat yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi kita semua dan yang telah membawa umatnya minazulumati ilannur, yakni dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang, dari zaman jahiliyah menuju zaman modern yang penuh dengan cahaya Islam. Semoga di hari akhir kita tergolong sebagai umatnya yang memperoleh syafaatnya, Amin.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, meskipun waktu, tenaga dan biaya telah diupayakan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini. Namun, kiranya penelitian yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

iv

3. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin atas penyusunan skripsi.

4. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

5. Takiddin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang selalu sabar dan penuh pengertian dalam memberikan arahan dan motivasi kepada penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen PGMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak membantu dan mengembangkan ilmu selama penulis mengikuti proses perkuliahan.

7. Kepala Sekolah SDN Pisangan 03, guru kelas IV, siswa kelas IV A dan IV B, dan staf yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian demi terselesainya skripsi ini.

8. Teruntuk orang tuaku, Abi H. Masturoh, S.Pd.I dan Umi Hj. Husnah S.Pd.I., yang tiada henti mendo’akan dan memberikan kasih sayang, motivasi dan wejangan-wejangannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Usaha yang dilakukan penulis tidak berarti apa-apa tanpa do’a, hajat dan kasih sayang umi dan abi. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada penulis untuk membahagiakan umi dan abi, dan semoga menjadikan pengorbanan umi dan abi sebagai ladang surga di akhirat. Aamiin.

9. Kakakku tercinta Minhatul Maula S.Pd.I. yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada adik cantikmu ini.

10.Siti Sa’adah, yang selalu menemani, membantu dan saling memotivasi dalam suka maupun duka selama masa-masa kuliah hingga masa skripsi, semoga persaudaraan kita tetap terjaga.


(10)

v

motivasinya sehingga terselesaikannya skripsi ini, semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan dimasa mendatang. 12.Serta semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas

segala dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah SWT, semoga segala perhatian, motivasi dan bantuannya dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan, karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, 24 Juni 2015


(11)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penulisan ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretik ... 7

1. Metode Pembelajaran Time Token Arends ... 7

a. Pengertian Metode Pembelajaran Time Token Arends... 7

b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Time Token Arends ... 9

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Time Token Arends 11 2. Hakikat Hasil Belajar ... 12

a. Pengertian Hasil Belajar ... 12

b. Macam-macam Hasil Belajar ... 14

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15

d. Pedoman Penskroran Tes Kognitif ... 17


(12)

vii

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

C. Kerangka Berfikir... 23

D. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Metode dan Desain Penelitian ... 26

1. Metode Penelitian... 26

2. Desain Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel ... 27

1. Populasi ... 27

2. Sampel ... 27

D. Instrument Pengumpulan Data ... 28

1. Tes ... 28

2. Wawancara ... 28

3. Catatan Lapangan ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Instrumen Penelitian... 30

G. Uji Coba Instrumen ... 33

1. Tes ... 33

2. Non Tes ... 36

H. Teknik Analisis Data ... 37

1. Uji Normalitas ... 37

2. Uji Homogenitas ... 37


(13)

viii

2. Hasil Belajar PKn ... 42

a. Analisisi Data Pretest ... 44

b. Analisis Data Posttest ... 46

C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 47

1. Uji Normalitas ... 47

a. Uji Normalitas Pretest... 47

b. Uji Normalitas Posttest ... 48

2. Uji Homogenitas ... 49

a. Uji Homogenitas Pretest ... 49

b. Uji Homogenitas Posttest ... 49

D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 50

1. Pengujian Hipotesis ... 50

a. Uji-T Pretest... 50

b. Uji-T Posttest ... 51

2. Pembahasan Hasil Pengujian ... 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(14)

ix

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 29

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 30

Tabel 3.5 Indeks Reliabilitas ... 34

Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran ... 35

Tabel 3.7 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ... 36

Tabel 4.1 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol.. 42

Tabel 4.2 Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 44

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen ... 44

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol... 45

Tabel 4.5 Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 46 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen... 46

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Kontrol ... 47

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Pretest ... 48

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Posttest ... 48

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Pretest... 49

Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Posttest ... 50

Tabel 4.12 Hasil Uji T-test Pretest ... 50


(15)

x

Lampiran 2 Wawancara Siswa Kelas IV Sebelum Pelaksanaan Tindakan ... 65

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 67

Lampiran 4 Soal Uji Instrumen ... 74

Lampiran 5 Kunci Jawaban Instrumen Tes ... 79

Lampiran 6 Korelasi Skor Butir dengan Skor Total ... 80

Lampiran 7 Reliabilitas Tes ... 82

Lampiran 8 Daya Pembeda ... 83

Lampiran 9 Tingkat Kesukaran ... 85

Lampiran 10 Soal Pretest dan Posttest ... 87

Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 91

Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 92

Lampiran 13 Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 115

Lampiran 14 Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 116

Lampiran 15 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 117

Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 118

Lampiran 17 Nilai Rata-rata, Median, Modus Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119 Lampiran 18 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 120

Lampiran 19 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 121

Lampiran 20 Uji Hipotesis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 122

Lampiran 21 Lembar Observasi Guru Kelas Eksperimen ... 123

Lampiran 22 Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen... 131

Lampiran 23 Lembar Observasi Guru Kelas Kontrol... 135

Lampiran 24 Lembar Observasi Siswa Kelas Kontrol ... 143

Lampiran 25 Catatan Lapangan ... 147


(16)

(17)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ini, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu bersaing di era global. Salah satu wadah untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenjang. Namun, fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang maksimal.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan bagian yang sangat penting dari pendidikan.

Belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam diri individu sebagai akibat interaksi individu dengan individu lainnya atau dengan lingkungannya. Sedangkan mengajar diartikan sebagai suatu proses penyampaian pengetahuan atau keterampilan yang berkaitan dengan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa, sebagaimana yang dituntut dalam penguasaan mata pelajaran tersebut.1

Dalam sistem belajar mengajar guru harus berusaha agar proses belajar mengajar mencerminkan dua arah, yaitu bukan semata-mata memberikan informasi tanpa mengembangkan kemampuan mental, fisik dan penampilan diri. Akan tetapi, proses belajar mengajar di kelas harus dapat mengembangkan cara belajar siswa untuk

1


(18)

mendapatkan, mengelola, menggunakan, dan mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari pada saat ini dan masa mendatang.

Pada pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru harus mampu memilih metode serta strategi pembelajaran yang tepat, karena cara guru dalam memilih metode dan strategi yang tepat sangatlah mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Tidak semua siswa dalam kegiatan belajar mengajar mampu berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan juga bermacam-macam. Ada siswa yang menyerap informasi dengan cepat, sedang, dan ada yang lambat.Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki metode yang efektif agar siswa dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

Mengenai tujuan belajar yang diharapkan, guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan inovatif dalam semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur dan moral ini diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antarwarga dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. 2

PKn sangat dibutuhkan di jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Tujuan yang di harapkan dari pembelajaran PKn ini adalah siswa mampu mengetahui dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai sarana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Mengingat pentingnya pembelajaran PKn di Sekolah Dasar, hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana seorang guru merancang suatu metode pembelajaran

2

Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi Pertama. (Jakarta: Kencana, 2013), h. 225.


(19)

yang sesuai, sehingga siswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai masalah-masalah sosial yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari, serta siswa mampu menempatkan diri di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Namun pada kenyataannya, pembelajaran PKn masih belum maksimal dalam pelaksanaannya. Hal ini terlihat dalam proses pembelajaran atau pengemasan pembelajaran PKn yang masih bersifat teori dan tidak mengkombinasikan dengan metode-metode pembelajaran aktif, sehingga pembelajaran tersebut terkesan monoton dan mampu mempengaruhi hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pra penelitian dengan guru kelas IV di SDN Pisangan 03 pada tanggal 23 Februari 2015, ditemukan beberapa masalah yang dihadapi siswa salah satunya yaitu rendahnya hasil nilai ulangan harian PKn siswa dibawah rata-rata yang belum mencapai KKM yaitu 68. Selain itu pula, dalam proses pembelajaran guru kurang mampu menumbuhkan semangat dan motivasi siswa dalam menerima pelajaran PKn yang diberikan, serta sumber pengetahuan dalam proses pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga siswa jarang berperan aktif.

Hal ini sangat terlihat dalam proses pembelajaran atau pengemasan pembelajaran PKn yang masih bersifat teori dan tidak mengkombinasikan metode-metode pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Serta banyak siswa yang tidak berani dalam mengemukakan pendapatnya dan kurang memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran PKn lebih ditandai dengan kegiatan menyimak, menghafal, merangkum, serta menjawab latihan soal tanpa adanya metode yang membuat siswa menjadi lebih aktif. Akibatnya banyak siswa yang merasa bosan pada saat proses pembelajaran.

Berbagai permasalahan yang terjadi di atas berpengaruh terhadap tingkat ketuntasan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang rendah tersebut seringkali membuat para guru harus melakukan kegiatan remedial untuk mengatasinya.


(20)

Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa dikarenakan penggunaan metode maupun media yang kurang bervariasi pada saat proses pembelajaran sehingga turut mempengaruhi hasil belajar siswa.

Dengan situasi seperti ini guru harus dapat mengambil suatu tindakan guna mengatasi apa yang terjadi di kelas. Guru harus dapat mengubah strategi dan menerapkan metode-metode pembelajaran yang inovatif pada mata pelajaran PKn, sehingga proses pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan, serta tercapainya hasil belajar siswa yang maksimal.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka untuk mengatasinya diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat menarik minat siswa untuk mempelajari pembelajaran PKn. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan daya serap pengetahuan dan keterampilan berfikir siswa secara aktif serta membangkitkan semangat siswa dalam menerima pelajaran PKn yaitu metode pembelajaran Time Token Arends. Metode pembelajaran ini adalah salah satu metode yang cocok untuk menumbuhkan semangat, meningkatkan keterampilan sosial dan menghindari siswa yang lebih mendominasi pembicaraan atau siswa yang diam sama sekali.

Metode pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subjek. Metode ini digunakan untuk melatih siswa dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicara atau diam sama sekali.3

Metode pembelajaran Time Token Arends ini sangat membantu guru untuk mengajarkan keterampilan sosial kepada siswa. Karena dalam penerapannya, metode ini memberikan gambaran kepada siswa agar mereka memiliki keterampilan sosial khususnya dalam hal mengemukakan pendapat mereka di depan kelas saat ada diskusi kelompok dan sesi tanya jawab. Dengan demikian, siswa dapat saling berbagi

3

Miftahul Huda. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 239.


(21)

pengetahuan serta pandangan kepada sesama temannya, sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yang baik.

Hal ini sejalan dengan penelitian Olivia Febrayani Valentina dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Time Token Arends Terhadap Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas V SD Gugus II Kecamatan Seririt”, menyatakan bahwa hasil belajar PKn siswa yang mengunakan model pembelajaran Time Token Arends lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PKn siswa pada kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. Selain itu, Kurnia Mustika Mayang Sari (2013) juga membuktikan dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends 1998 dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Kota Tanggerang Selatan”, menyatakan bahwa terdapat peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran PAI setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends 1998.

Metode pembelajaran Time Token Arends ini merupakan metode pembelajaran yang masih jarang diterapkan oleh pendidik di Sekolah Dasar, untuk itu dengan diterapkannya metode pembelajaran Time Token Arends ini, diharapkan dapat membantu guru dan khususnya siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal serta mengembangkan keaktifan siswa dalam berpartisipasi dan bersosialisasi dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Time Token Arends Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa masalah diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi 2. Hasil belajar siswa rendah pada aspek kognitif


(22)

3. Kurangnya minat dan motivasi belajar siswa

C.

Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu meluas, maka permasalahan yang diteliti dibatasi sebagai berikut:

1. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi 2. Hasil belajar siswa rendah pada aspek kognitif

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh dalam penerapan metode pembelajaran Time Token Arends

terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn?

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujun untuk mengetahui pengaruh dalam penerapan metode pembelajaran Time Token Arends

terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

F.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini diantaranya :

1. Manfaat bagi Guru, diharapkan dapat mengembangkan kreatifitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran dan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran PKn.

2. Manfaat bagi Sekolah, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan latihan dan pengembangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru pada pembelajaran PKn.


(23)

7

A.

Deskripsi Teoretik

1. Metode Pembelajaran Time Token Arends

a. Pengertian Metode Pembelajaran Time Token Arends

Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan belajar, sehingga sumber belajar dengan menggunakan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan.1

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Jadi metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.2

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Salah satu yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Hal yang paling penting adalah performa guru di kelas, bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar).3

1

Nur Hamiyah dan Mohammad Jauhar. Strategi Belajar-Mengajar di Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014), h. 47.

2

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 625. 3

Iif khoiru Ahmadi, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2011), h. 101.


(24)

Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas, serta jumlah anak juga sangat mempengaruhi penggunaan metode. Guru harus merumuskan tujuan pembelajaran sebelum menentukan metode. Karena dengan begitu, mudahlah bagi guru menentukan metode yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.

Salah satu pendekatan struktural yang dalam pembelajaran dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik adalah metode pembelajaran Time Token Arends. Metode pembelajaran Time Token Arends ini merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Tipe pembelajaran ini lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu.

Menurut Isjoni, pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.4

Menurut Arends (1998), metode pembelajaran Time Token merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subjek. Metode ini digunakan untuk melatih siswa dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicara atau diam sama sekali.5

Menurut Suprijono, metode pembelajaran Time Token Arends disebut metode Time Token Arends 1998. Hal ini dikarenakan metode ini digunakan oleh Arends pada tahun 1998. Metode ini digunakan Arends untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicara atau diam sama sekali. Alur pelaksanaanya

4

Isjoni. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 14.

5

Miftahul Huda. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 239.


(25)

guru member sejumlah kupon berbicara dengan waktu kurang lebih (±) 30 detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus berbicara sampai semua kupon habis.6

Metode pembelajaran Time Token Arends dimaksudkan sebagai alternatif untuk mengajarkan keterampilan sosial yang bertujuan untuk menghindari siswa mendominasi atau siswa diam sama sekali, serta menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil.

Jadi dapat dinyatakan, bahwa metode pembelajaran Time Token Arends

ini merupakan metode kelompok yang memberikan peluang kepada siswa untuk mengeksplor pengetahuannya serta melatih keberanian dan menumbuhkan kepercayaan diri siswa untuk menyatakan pendapatnya di depan kelas, baik dalam diskusi kelompok atau sesi tanya jawab. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat lebih semangat dan termotivasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran PKn, serta dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik, sehingga tujuan pembelajaran pun mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Time Token Arends

Metode pembelajaran Time Token Arends ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicara atau diam sama sekali. Adapun sintak atau langkah-langkah dari metode pembelajaran Time Token Arends adalah:

1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar 2) Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klaksikal 3) Guru memberi tugas pada siswa

6

Agus Suprijono. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009), h. 133.


(26)

4) Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu kurang lebih (±) 30 detik per kupon pada tiap siswa.

5) Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Satu kupon untuk satu kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh berbicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.

6) Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang digunakan tiap siswa dalam berbicara.7

Menurut Agus, langkah-langkah metode pembelajaran Time Token Arends, sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran (KD)

2) Mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning )

3) Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu kurang lebih (±) 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.

4) Bila telah selesai bicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap siswa tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.

5) Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. 8 Jadi dapat dinyatakan, bahwa metode pembelajaran Time Token Arends

pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok dimana setiap siswa mendapatkan kupon untuk menyatakan pendapat atau kritikannya

7

Miftahul Huda, op.cit, h. 240. 8

Agus Suprijono. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011), h. 133.


(27)

terhadap bahan pelajaran yang sedang dipelajari. Apabila siswa telah menghabiskan kuponnya, siswa itu tidak dapat berbicara lagi. Hal ini menghendaki agar siswa lain yang masih memegang kupon untuk ikut berbicara atau menghendaki bagi siswa yang pasif untuk menyatakan pendapatnya dalam diskusi tersebut.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Time Token Arends Metode pembelajaran Time Token Arends memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya yaitu:

1) Kelebihan metode pembelajaran Time Token Arends:

a) Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi

b) Menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak berbicara sama sekali

c) Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran

d) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)

e) Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat

f) Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan memiliki keterbukaan terhadap kritik g) Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.

h) Mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi.

i) Tidak memerlukan banyak media pembelajaran. 2) Kekurangan metode pembelajaran Time Token Arends:

a) Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja. b) Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.

c) Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus bicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.


(28)

d) Kecenderungan untuk sedikit menekan siswa yang pasif dan membiarkan siswa yang aktif untuk tidak berpasrtisipasi lebih banyak di kelas. 9

Setiap metode itu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Akan tetapi, dengan adanya metode pembelajaran, dapat mempermudah guru dan siswa dalam memperoleh ilmu yang lebih bermanfaat dan menciptakan suasana pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Untuk itu kembali lagi kepada fungsi guru, bagaimana seorang guru bisa meminimalisir kekurangan dari setiap metode pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik.

Metode pembelajaran Time Token Arends sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicara atau siswa diam sama sekali.

2. Hakikat Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Ahmad Susanto, “Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.10

Hasil belajar berupa perubahan perilaku dan tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik berupa pengetahuan, keterampilan motorik atau penguasaan nilai-nilai (sikap).11

Menurut Juliah dalam Asep, hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Sedangkan menurut Hamalik dalam Asep, hasil belajar adalah pola-pola

9

Miftahul Huda, op.cit, h. 241. 10

Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi Pertama,

(Jakarta: Kencana, 2013), h. 5. 11

Masitoh, dkk. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, DEPAG, 2009), h. 4.


(29)

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas.12

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.

Nana Sudjana mendefiniskan “Hasil belajar yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.13

Agus Suprijono juga berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkaan penilaian terhadap objek tersebut. 14

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi

12

Asep Jihad dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012), h. 15.

13

Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 22.

14


(30)

kemanusiaan saja. Akan tetapi, perubahan tersebut untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku dan tingkah laku yang relatif menetap.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut: (a) kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrisik pada diri siswa. (b) menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. (c) hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya. (d) hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif). (e) kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.15 b. Macam-Macam Hasil Belajar

Ahmad Susanto menjelaskan ada beberapa macam hasil belajar, diantaranya yaitu:

1) Pemahaman Konsep

Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk. Evaluasi produk dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam pembelajaran di SD umumnya tes dilakukan dalam berbagai bentuk ulangan, baik ulangan harian, ulangan semester, maupun ulangan umum.

2) Keterampilan Proses

Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah pada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan ini berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil belajar, termasuk kreativitasnya.

15


(31)

3) Sikap

Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan pada pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman konsep, maka domain yang sangat berperan adalah domain kognitif.16

Dalam buku Nana Sudjana, terdapat macam-macam hasil belajar yang dikemukakan oleh para pakar ahli ilmu, yaitu:

Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (1) informasi verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.17 Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami bahan yang diajarkan dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses pembelajaran adalah hasil belajar yang diukur melalui tes.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para pakar dibidang pendidikan mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Berikut beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya yaitu:

16

Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi Pertama,

(Jakarta: Kencana, 2013), h. 6-11. 17


(32)

1) Faktor Internal a) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar.

b) Faktor Psikologis

Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis antara lain meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motivasi dan kognitif daya nalar.

2) Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam (seperti keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dll) dan dapat pula berupa lingkungan sosial (seperti suara mesin pabrik, gemuruhnya pasar, lalu lintas, dll).

b) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini dapat berupa kurikulum, guru, sarana dan fasilitas. 18

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman dalam Ahmad Sunanto bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil

18


(33)

interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal, diantaranya:

1) Faktor internal, merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor eksternal, merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. 19

Dengan diketahui faktor-faktor tersebut, diharapkan para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat melakukan perubahan positif untuk meningkatkan hasil belajar.

d. Pedoman Penskoran Tes Kognitif

Pedoman penskoran merupakan petunjuk yang menjelaskan tentang batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal bentuk uraian, dan kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran pada soal bentuk uraian non-objektif. Pedoman penskoran dalam hal ini hanya dibatasi pada pedoman penskoran soal bentuk pilihan ganda yang cara penskoran tes bentuk pilihan ada dua, yaitu pertama tanpa ada koreksi terhadap jawaban tebakan, dan yang kedua adalah dengan koreksi terhadap jawaban tebakan.

1) Penskoran tanpa koreksi terhadap jawaban tebakan adalah satu untuk tiap butir yang dijawab benar, sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah banyaknya butir yang dijawab benar.

Skor = X 100

B = banyaknya butir yang dijawab benar N = banyaknya butir soal

19


(34)

2) Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan sebagai berikut: Skor =[(B –

)/ N] x 100

B = banyaknya butir soal yang dijawab benar S = banyaknya butir soal yang dijawab salah P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir N = banyaknya butir soal

Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0.20

Pedoman penskoran memudahkan guru dalam perhitungan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Walaupun dalam hal ini hanya difokuskan pedoman penskoran pada aspek kognitif saja yang berkaitan dengan hasil belajar dalam bentuk soal pilihan ganda.

3. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan dalam pelaksanaannya didasari oleh paradigma humanistik yang berlandaskan pada asumsi bahwa siswa adalah manusia yang mempunyai potensi dan karakteristik yang berbeda-beda sebagai subyek sekaligus obyek pembelajaran.

Menurut Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM, karena mencakup kajian dan pembahasan tentang banyak hal, seperti: pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban warganegara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warganegara dalam Masyarakat Madani, pengetahuan tentang lembaga-lembaga dan sistem yang terdapat dalam pemerintahan, politik, administrasi publik dan sistem hukum, pengetahuan tentang HAM, kewarganegaraan aktif, dan sebagainya.21

20

Masnur Muslih. Authentic Assessment : Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi,

(Bandung: PT.Refika Aditama,2011),hlm. 114. 21

A. Ubaedilah dan Abdul Rozak. Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani,


(35)

Pembelajaran PKn disekolah dasar merupakan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu siswa agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation an character building”.

Branson dalam Dasim Budimansyah mengatakan bahwa mata pelajaran di sekolah seperti pemerintahan, kewarganegaraan, sejarah dan sastra bila diajarkan secara baik akan memberikan kerangka konseptual yang diperlukan untuk pendidikan karakter. Hal ini berarti bahwa pendidikan karakter dapat dilakukan bukan hanya melalui mata pelajaran kewarganegaraan melainkan melalui mata pelajaran lain. Pendidikan karakter terjadi melalui mata pelajaran tertentu melalui prose s pembelajaran.22

Dengan demikian, PKn adalah suatu program pendidikan yang berusaha menggabungkan unsur-unsur substantif yang meliputi demokrasi, hak-hak asasi manusia, dan masyarakat madani melalui model pembelajaran yang demokratis, interaktif dan humanis dalam lingkungan yang demokratis untuk mencapai suatu standar kompetensi yang ditentukan.

b. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran PKn

Tujuan pembelajaran PKn di Sekolah Dasar adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Menurut Mulyasa yang dikutip oleh Susanto, tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk menjadikan siswa:

22


(36)

1) Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.

2) Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.

3) Bisa berkembang secara positif dan demokratis sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini, karena jika siswa sudah memiliki nilai norma yang baik, maka tujuan untuk mencapai warga negara yang baik akan mudah terwujudkan. 23

Menurut Junaedi, dkk, secara khusus pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan: (1) mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan pola perilaku untuk cinta tanah air Indonesia, (2) menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa dan bernegara sehingga terbentuk daya tangkal sebagai ketahanan nasional, dan (3) menumbuhkembangkan peserta didik untuk mempunyai pola sikap dan pola pikir yang komprehensif, integral pada aspek kehidupan nasional.24

Berdasarkan tujuan yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn di sekolah dasar bertujuan memberikan pelajaran pada siswa untuk memahami dan membiasakan dirinya dalam kehidupan di sekolah atau di luar sekolah untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang memiliki kecintaan dan kesetiaan serta keberanian dalam membela bangsa dan negara, serta menumbuhkembangkan pola sikap dan pola pikir siswa dalam menanggapi persoalan hidup dan isu kewarganegaraan yang ada.

23

Ahmad Susanto, op. cit, h. 231. 24

Junaedi, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan Edisi Pertama LAPIS-PGMI, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), h. 17.


(37)

c. Ruang Lingkup Pembelajaran PKn

Ruang lingkup pembelajaran PKn sebagaimana yang dinyatakan pada kurikulum nasional yang tercantum dalam Permendiknas 22/2006 tentang Stadar Isi yaitu:

1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum, dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3) Hak asasi manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warganegara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

5) Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi-otonomi pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.


(38)

7) Kedudukan Pancasila, meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamatan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.25

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Olivia Febrayani Valentina (2013) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Time Token Arends Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Gugus II Kecamatan Seririt”. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen di kelas V SD Gugus II Kecamatan Seririt. Berdasarkan hasil analisis data, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung nilai rata-ratanya 18,07. Sedangkan siswa yang mengikuti pembelajaran

Time Token Arends nilai rata-ratanya 23,17. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung (4,38) > ttabel (2,021), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar PKn yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran time Token Arends dan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran lansung. Hal ini berarti model pembelajaran Time Token Arends

berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Seririt.

Penelitian yang dilakukan pula oleh Baiq Mega Suci Arini (2010) dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends 1998 Untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya, Kemampuan Menjawab Pertanyaan, dan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMAN 9 Malang”. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan hasil penelitian,

25

Moh. Murtado, dkk. Pembelajaran PKN MI Edisi Pertama, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 9-10.


(39)

setelah diadakannya tindakan, skor rata-rata kemampuan bertanya siswa pada siklus I mencapai 75%, pada siklus II mencapai 86,5% dimana persen keberhasilan menunjukkan kualifikasi tinggi ( > 80%) dan ada peningkatan sebesar 13% dari siklus pertama. Sedangkan ketuntasan belajar ekonomi siswa juga mengalami peningkatan dimana siklus I rata-rata sebesar 65,7% dan pada siklus II menjadi sebesar 82%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends 1998 dapat meningkatkan kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan, dan ketuntasan belajar siswa.

Menurut dari penelitian yang dilakukan oleh Olivia Febrayani Valentina, menjelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Time Token Arends

dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Seririt. Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Baiq Mega Suci Arini, menjelaskan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Time Token Arends 1998 dapat meningkatkan kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan, dan ketuntasan belajar siswa.

Jadi dapat dinyatakan bahwa metode pembelajaran Time Token Arends bukan hanya dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, melainkan juga dapat berpengaruh terhadap kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan, dan keaktifan belajar siswa yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa.

C.

Kerangka Berfikir

Dalam proses interaksi belajar mengajar, guru adalah orang yang memberi pelajaran dan siswa adalah orang yang menerima pelajaran. Proses pembelajaran terjadi ketika ada interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa lainnya. Dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa diperlukan adanya metode pembelajaran. Dengan adanya metode pembelajaran, maka proses belajar mengajar pun menjadi aktif dan menyenangkan. Hal itu dikarenakan jika metode pembelajaran yang digunakan tepat, maka makin efektif dan efisien


(40)

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan siswa yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa.

Guru berupaya membelajarkan siswa dengan berbagai cara, salah satunya dengan metode pembelajaran Time Tokend Arends. Metode pembelajaran ini merupakan metode yang menjadikan siswa lebih aktif selama proses belajar mengajar, selain itu juga melatih siswa untuk mampu dan berani berbicara atau berpendapat di dalam kelas.

Sintaks dari metode pembelajaran ini yaitu siswa bekerja sama dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dan saling membantu sesamanya serta mendapatkan pemerataan kesempatan dalam mengeluarkan pendapat, sehingga masing-masing anggota kelompok dapat menghargai pendapat temannya yang lain dan tidak terjadi peranan yang dominan dalam satu kelompok.

Dengan metode pembelajaran yang telah ditentukan, diharapkan siswa mendapat hasil belajar yang baik, sehingga mendorong siswa untuk dapat mengerti dan memahami materi yang diajarkan oleh guru, serta dapat menarik minat dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.

D.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran Time Token Arends terhadap hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN Pisangan 03. H0 : Tidak terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran Time Token


(41)

25

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun tempat penelitiannya adalah di SDN Pisangan 03, Jl. Legoso Raya Tanggerang. Waktu penelitiannya adalah semester genap bulan Januari-Juni 2015. Jadwal kegiatan penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian Jan Feb Mar Aprl Mei Juni

Penyusunan Proposal Skripsi

Wawancara

Observasi (studi lapangan)

Penyusunan Instrumen Penilaian

Uji Instrumen

Kegiatan Penelitian

Pengolahan Data


(42)

Penyusunan Laporan Penelitian

B.

Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Kuantitatif dengan penggunaan kuasi eksperimen atau eksperimen semu. Eksperimen semu adalah penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan kontrol/memanipulasikan semua variabel yang relevan.1

Dalam metode penelitian ini terdapat 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu metode penelitian yang melakukan pengontrolan terhadap salah satu variabel. Kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus (variabel yang akan diuji akibatnya) yaitu model pembelajaran Time Token Arends, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan yakni tidak menggunakan model pembelajaran Time Token Arends, yang akan dibandingkan hasilnya dengan perlakuan eksperimen.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Desain penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2

Desain Penelitian NonequivalentControl Group Design2 Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

1

Moh. Nazir. Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2009), h. 73. 2


(43)

Kontrol O3 - O4

Keterangan:

O1 = Tes awal (pretest) Kelompok Eksperimen

O2 = Tes akhir (posttest) Kelompok Eksperimen

X = Perlakuan dengan metode pembelajaran Time Token Arends

- = Tanpa menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends O3 = Tes awal (pretest) Kelompok Kontrol

O3 = Tes akhir (posttest) Kelompok Kontrol

C.

Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah sebuah pendekatan dalam penelitian yang menggunakan semua subjek penelitian untuk dijadikan sumber data. Sebagaimana yang dikatakan oleh Suharsimi Arikunto bahwa “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian”.3

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Pisangan 03 yang berjumlah 60 orang Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Sampel

“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.4

Untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, maka penulis menggunakan teknik sampling, yaitu mengambil sampel 60 dari seluruh jumlah populasi. Pengambilan sampel penelitian ini berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu: “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya lebih besar, dapat diambil 10 – 15 % atau 20 -25 % atau lebih.”5

3

Suranto. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan dengan Program SPSS, (Semarang: Ghyyas Putra, 2009), h. 15

4

Suharismi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 174

5


(44)

D.

Instrumen Pengumpulan Data

1. Tes

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes. “Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.6 dalam hal ini menggunakan dua tes, yaitu pretest dan posttest sebagai berikut:

a. Pretest

Data hasil pretest diperoleh dari pemberian tes awal pelajaran sebelum diadakan tindakan terhadap pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami dan mengenal materi yang akan dipelajari.

b. Posttest

Data hasil tes akhir ini diambil dari pembelajaran tes kepada siswa setelah dilakukan tindakan pembelajaran. Tujuan posttest ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam mempelajari suatu materi yang diberikan.

2. Wawancara

“Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya”.7

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekolah. Wawancara dilakukan untuk mengungkapkan kebiasaan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran PKn dan hasil belajar yang didapat oleh siswa, serta cara guru mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas.

6

Riduwan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 76.

7


(45)

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek dan objek. Catatan lapangan ini memuat kondisi siswa pada saat proses pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Time Token Arends.

E.

Teknik Pengumpulan Data

“Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.8 Data yang telah diperoleh diklarifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian diinterprestasikan dan disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.

Tabel 3.3

Teknik Pengumpulan Data

No. Instrumen Teknik Pengumpulan Data

1. Tes

Tes berupa soal pretest dan posttest.

Soal Pretest diberikan sebelum pembelajaran yakni diawal pertemuan, sedangkan soal posttest diberikan di akhir pertemuan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan sebelum tindakan karena untuk mengetahui permasalahan-permasalahan proses pembelajaran di kelas dan wawancara juga dilakukan setelah tindakan yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan model

8


(46)

pembelajaran Time Token Arend terhadap hasil belajar siswa.

3. Catatan Lapangan

Dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, hal yang diamati berupa kondisi siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends.

F.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur hasil belajar PKn siswa yaitu berupa tes pencapaian terdiri dari tes obyektif yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 40 soal, dengan penskoran jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Tes yang diberikan kepada kelas eksperimen sama dengan tes yang diberikan kepada kelas kontrol. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yang meliputi pengetahuan atau ingatan (C1), dan pemahaman (C2).

Sebelum dibuat instrumen, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam penulisan soal. Sebelum digunakan untuk penelitian instrumen, instrumen yang terdiri dari 40 soal tersebut terlebih dahulu diuji cobakan kepada siswa dikelas atas, guna mengukur validitas dan realibilitas.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

Aspek

Kognitif

soal C1 C2

2. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di

4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah

Menjelaskan pengertian kebudayaan

1, 2, 3, 9, 17 5


(47)

lingkungannya ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional Menyebutkan contoh-contoh kebudayaan Indonesia 10, 12, 13, 18, 19 5 Menjelaskan jenis-jenis kebudayaan Indonesia

7 1

Menunjukkan sikap menghargai dan melestarikan budaya Indonesia 8, 11, 15, 20 4

Mengidentifika si kebudayaan Indonesia yang ditampilkan di luar negeri

4, 14 2

Menyebutkan contoh-contoh sederhana kebudayaan Indonesia yang ditampilkan di luar negeri

16 1

Menjelaskan manfaat kebudayaan Indonesia yang ditampilkan di luar negeri

5, 6 2


(48)

sikap terhadap globalisasi di lingkungannya sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya pengaruh globalisasi 35, 39 Menyebutkan contoh-contoh pengaruh globalisasi di lingkungan rumah dan sekolah 21, 22, 26, 29, 36, 37, 38 7 Menunjukkan sikap/upaya untuk menanggulangi pengaruh negatif

globalisasi di lingkungan rumah dan sekolah.

25, 32,

33 3

Menyebutkan dampak negatif dari pengaruh globalisasi

23, 27 2

Menyebutkan dampak positif dari pengaruh globalisasi


(49)

Menjelaskan manfaat menangkal pengaruh globalisasi

28, 40 2

G. Uji Coba Instrumen 1. Tes

Sebelum melakukan penelitian, instrumen yang dibuat diuji coba terlebih dahulu pada kelas V yang terdiri dari 30 siswa. Uji coba instrument dilakukan untuk mengukur validitas, realibilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrument layak digunakan sebagai alat pengumpul data atau tidak.

a. Uji Validitas

Menurut Arikunto dalam Riduwan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumennya dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.9 Untuk mengukur validitas soal tersebut peneliti menggunakan program ANNATES versi 4.0.2

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrument penelitian, dari 40 soal yang diuji cobakan diperoleh 16 soal yang valid. Dalam hal ini, peneliti menggunakan pendapat dari ahli (judgment experts) untuk memilih soal yang tidak valid. Karena 16 soal tersebut dianggap kurang, maka diperlukan 25 soal sebagai alat pengukur kemampuan siswa kelas IV untuk dijadikan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Artinya dari 16 soal yang valid tersebut, diperlukan 9 soal untuk mencapai 25 soal. Soal 9 tersebut dipilih dan

9


(50)

diperbaiki redaksinya untuk mewakili indikator-indikator yang belum terpenuhi.

b. Uji Reliabilitas

Selain pengujian validitas, sebuah tes juga harus memiliki reliabilitas. “Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda”.10

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program ANNATES versi 4.0.2 dengan kriteria kategori reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.5 Indeks Reliabilitas11

Nilai Korelasi Kriteria

0,91 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah < 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen, diperoleh rhitung sebesar 0,02. Dengan nilai reliabilitas demikian, maka instrumen tersebut belum sepenuhnya reliabel. Akan tetapi, melihat dari sifat uji reliabilitas itu bersifat pertimbangan, maka data tetap dapat dipertahankan. Karena data yang belum reliabel tersebut banyak mewakili indikator-indikator yang belum terpenuhi.

10

Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 258. 11

Suharimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: BumiAksara, 2009), Cet. X, h. 207.


(51)

c. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran untuk setiap soal menunjukkan apakah butir soal itu tergolong sukar, sedang atau mudah. Indeks kesukaran rentangnya dari 0,0 – 1,0. Semakin besar indeks kesukaran menunjukkan semakin mudah butir soal dan sebaliknya semakin rendah indeks kesukaran menunjukkan semakin sulit butir soal. Tingkat kesukaran dapat diketahui dengan menggunakan program ANNATES. Tingkat kesukaran yang baik adalah P= 0,5 atau 0,15 dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran12

Nilai P Klasifikasi

0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah

1,00 > Sangat Mudah

Berdasarkan hasil perhitungan uji tingkat kesukaran butir soal instrumen penelitian, diperoleh 1 (satu) butir soal dengan tingkat kesulitan “sukar”, 22 butir soal dengan tingkat kesulitan “sedang”, 3 butir soal dengan tingkat kesulitan “mudah”, dan 14 butir soal dengan tingkat kesulitan “sangat mudah”.

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah

12

Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009), h. 137.


(52)

prestasinya. Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi, dan bila diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah.13

Untuk mengetahui daya pembeda dapat dilakukan dengan program ANNATES versi 4.0.2, klasifikasi interprestasi daya pembeda tiap butir soal yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Nilai Dp Kriteria

0,00 - 0,20 Buruk 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik Sekali

Berdasarkan hasil perhitungan uji daya pembeda butir soal instrument, diperoleh 21 butir soal dengan daya beda “buruk”, 11 butir soal dengan daya beda “cukup”, 7 butir soal dengan daya beda “baik”, dan 1 butir soal dengan daya beda “baik sekali”. Kemudian dari butir soal dengan daya pembeda buruk tersebut diduga terlalu mudah atau terlalu sukar, sehingga perlu diperbaiki atau diganti dengan pertanyaan lain.

2. Non Tes

a. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dan mendalam dari sumbernya. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru dan siswa kelas IV.

13


(53)

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan dalam penelitian karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data dilakukan melalui tahap-tahap berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data pada dua kelompok sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Analisis data ini menggunakan SPSS 22 dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov.

Kolmogorov-Smirnov prinsip kerjanya yaitu membandingkan frekuensi kumulatif distribusi teoritik dengan frekuensi kumulatif distribusi empirik (observasi). Langkah-langkah untuk melakukan uji Kolmogorov-Smirnov , yaitu:

a. Membuat hipotesis dalam uraian kalimat

Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal b. Menentukan risiko kesalahan (taraf signifikan), yaitu α = 0,05

c. Kaidah pengujian: Jika Dhitung < Dtabel, maka Ho diterima. 14 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Analisis data homogenitas ini menggunakan SPSS 22 yaitu dengan Uji Levene Statistic. Cara menafsirkan uji levene ini adalah, jika nilai Levene Statistic > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variasi data adalah homogen.

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan uji normalitas dan homogenitas, apabila data populasi berdistribusi normal dan data populasi homogen, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini dilakukan

14

Syofian Siregar. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 153


(54)

untuk mengetahui adanya perbedaan antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Time Token Arends dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Uji yang digunakan adalah Uji-t (t-test) dengan menggunakan program SPSS 22 yaitu dengan Uji Idependent Samples Test. Langkah-langkah Uji t, yaitu:

a. Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat:

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends

dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends

b. Membuat Ha dan Ho model statistik: Ha : µ 1 ≠ µ 2

H0 : µ 1 = µ 2

c. Mencari rata-rata, standar deviasi, varians (mencari thitung ) d. Menentukan kaidah pengujian

Taraf signifikasinya (α = 0,05) dk = n1 + n2

e. Membandingkan ttabel dengan thitung dengan kriterianya : jika –t table < t hitung < t table, maka H0 diterima dan Ha ditolak. jika –t table < t hitung > t table, maka H0 ditolak dan Ha diterima.15

15

Riduwan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.


(55)

39

Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah SDN Pisangan 03 pada tanggal 29 April 2015, diperoleh keterangan bahwa SDN Pisangan 03 Legoso didirikan sejak 1 Januari 1970. SDN Pisangan 03 ini terletak di Jl. Legoso Raya, No. 66, kelurahan Pisangan, kecamatan Ciputat Timur, kota Tanggerang Selatan. Letak sekolahnya sangat strategis, karena dilalui oleh kendaran umum sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.

Visi SDN Pisangan 03 Legoso, yaitu “Terwujudnya sekolah unggulan dalam bidang MIPA tingkat Gugus 05 PGRI Ranting Ciputat Timur”. Sedangkan Misi SDN Pisangan 03 Legoso, yaitu (1) meningkatkan kualitas tenaga pendidik melalui pelatihan/workshop/seminar di bidang IPA, (2) memperbanyak fasilitas sekolah yang berkaitan dengan bidang MIPA seperti buku-buku bacaan, alat-alat peraga dan sumber lainnya, (3) melakukan program pembinaan bagi siswa-siswi yang berbakat dibidang MIPA, (4) dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan pembiasaan.

Kurikulum yang berlaku di SDN Pisangan 03 Legoso Kota Tanggerang Selatan ini disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Struktur kurikulum SDN Pisangan 03 Legoso meliputi substansi pembelajaran yang harus ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 6 (enam) tahun mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Struktur kurikulum tersebut disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.


(56)

B.

Deskripsi Data

1. Pelaksanaan Pembelajaran

Pengambilan data dilakukan pada bulan April-Mei 2015. Sampel yang diteliti yaitu siswa kelas IV SDN Pisangan 03 yang terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu kelas IV A dan kelas IV B yang berjumlah 60 siswa. Kelas IV A dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV B dijadikan sebagai kelompok kontrol.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa kelas IV A dijadikan sebagai kelompok eksperimen, dimana peneliti melakukan perlakuan terhadap kelompok ekperimen, yakni terjun langsung mengajar di kelas eksperimen. Sedangkan pada kelas IV B sebagai kelompok kontrol, peneliti melakukan observasi, dimana guru kelas mengajar dan peneliti yang mengamati kegiatan proses pembelajaran.

a. Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama, peneliti yang menjadi guru langsung melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran

Time Token Arends. Sebelum guru menyampaikan materi, siswa diminta mengerjakan tes awal (pretest) untuk mengetahui pengetahuan awal setiap individu. Setelah itu, siswa dibentuk menjadi 5 (lima) kelompok. Selanjutnya guru menyampaikan materi pembelajaran tentang “Jenis -jenis Kebudayaan”, dan masing-masing kelompok diminta untuk menyimak penjelasan yang guru sampaikan.

Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi. Pada saat pelaksanaan diskusi, guru membagikan kupon berbicara kepada masing-masing siswa dan menjelaskan cara pemakaiannya. Setelah itu, guru memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan meminta semua siswa untuk berpendapat terkait hasil diskusi dan hasil jawaban dari kelompok lain melalui kupon berbicara yang sudah diberikan. Namun sebagian siswa ada yang masih belum mengerti proses pembelajaran


(57)

dengan diterapkannya langkah-langkah metode pembelajaran Time Token Arends. Kemudian guru menjelaskan kembali.

Di akhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi yang dilakukan secara individu untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

b. Pertemuan Kedua

Dikegiatan awal pada pertemuan kedua, guru sudah memberikan beberapa kupon berbicara kepada masing-masing siswa. Guru melakukan tanya jawab terkait materi sebelumnya dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat. Setelah itu, guru membentuk siswa ke dalam 5 (lima) kelompok dan dilanjutkan penjelasan materi tentang “Contoh Kesenian Budaya Indonesia yang pernah tampil di Luar Negeri”.

Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk di diskusikan. Lalu, guru memberikan beberapa pertanyaan untuk merangsang pengetahuan siswa dan melatih keberanian siswa dalam berpendapat. Beberapa siswa berani berpendapat dan selebihnya masih malu-malu dalam bertanya dan berpendapat menggunakan kupon berbicara. Di akhir pembelajaran, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan memberikan evaluasi yang dilakukan secara individu. Tujuannya yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

c. Pertemuan Ketiga

Pada kegiatan awal di pertemuan ketiga, guru sudah memberikan beberapa kupon berbicara kepada masing-masing siswa. Guru melakukan tanya jawab terkait materi sebelumnya dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat. Setelah itu, guru meminta semua siswa membentuk kelompok berpasangan dan dilanjutkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru tentang “Pengaruh Globalisasi”.

Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk di diskusikan. Lalu, guru memberikan beberapa pertanyaan untuk merangsang pengetahuan siswa dan melatih keberanian siswa dalam berpendapat. Di


(58)

pertemuan ketiga ini, siswa sudah mulai banyak yang berani dalam berpendapat menggunakan kupon berbicara. Di akhir pembelajaran, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan memberikan evaluasi yang dilakukan secara individu. Tujuannya yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

d. Pertemuan Keempat

Pada pertemuan terakhir yaitu pertemuan keempat. Pada kegiatan awal, guru sudah memberikan beberapa kupon kepada masing-masing siswa. Guru melakukan tanya jawab terkait materi sebelumnya dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat. Siswa berebut untuk berpendapat. Setelah itu, guru meminta semua siswa membentuk kelompok berpasangan dan dilanjutkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru tentang “Dampak positif dan negatif dari pengaruh globalisasi”.

Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok dan meminta siswa untuk berdiskusi. Setelah itu, guru melakukan tanya jawab dan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berpendapat terkait materi yang telah dipelajari hari ini. Di pertemuan keempat ini, siswa sudah mulai terbiasa dengan metode Time Token Arends, mereka tampak sangat aktif dalam berpendapat dan sangat termotivasi dalam proses pembelajaran. Dan di akhir pertemuan, guru memberikan tes akhir (posttest) kepada semua siswa untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

2. Hasil Belajar PKn

Berikut hasil belajar PKn pada Table 4.1 di bawah ini menunjukkan hasil

pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol: Table 4.1

Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol No. Nama Kelompok

Eksperimen No. Nama

Kelompok Kontrol


(1)

127 d. Siswa 4 : Ya

e. Siswa 5 : Ya

4. Apakah dengan metode pembelajaran Time Token Arends, kalian merasa lebih aktif dan berani dalam mengeluarkan pendapat?

Jawab : a. Siswa 1 : Ya b. Siswa 2 : Ya c. Siswa 3 : Ya d. Siswa 4 : Ya e. Siswa 5 : Ya

5. Apakah kamu mudah memahami materi PKn dengan menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends?

Jawab : a. Siswa 1 : Ya b. Siswa 2 : Ya c. Siswa 3 : Ya d. Siswa 4 : Ya e. Siswa 5 : Ya

6. Apa kesulitanmu dalam belajar PKn dengan metode pembelajaran Time Token Arends? Jawab :

a. Siswa 1 : Jika kupon habis, kita tidak bisa berpendapat lagi b. Siswa 2 : Bingung, susah mencari pendapat

c. Siswa 3 : Tidak ada kesulitan

d. Siswa 4 : Masih belum berani dan belum percaya diri


(2)

128 Lampiran 24

Foto Kegiatan Penelitian

Kegiatan diskusi kelompok

Kupon (origami)


(3)

(4)

(5)

(6)

Biodata Penulis

Husnul Ma’ab. Lahir di Jakarta, 13 Maret 1993. Anak ke-2 (dua) dari 2 (dua) bersaudara. Bisa dikatakan saya anak bontot atau anak terakhir dari pasangan Abi H. Masturoh, S.Pd.I dan Ibu Hj. Husnah, S.Pd.I. Penulis beralamat di Jl. Rorotan III Rt 001 Rw 010 No. 36 Cilincing Jakarta-Utara. Hoby penulis yaitu menggambar dan membaca. Penulis menempuh pendidikan di TK Jauharatul Huda (1997-1999), Sekolah Dasar di MI Al-Wathoniyah 43 (1999-2005), Sekolah MTS yaitu di MTS Al-Awwabin (2005-2008), Sekolah MA yaitu di MA Al-Awwabin (2008-2011), dan melanjutkan S1 tahun 2011 pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi penulis

yaitu “Pengaruh Metode Pembelajaran Time Token Arends Terhadap Hasil


Dokumen yang terkait

Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Penerapan Metode Kerja Kelompok di Kelas V SDN Pisangan 03

0 87 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN DI KELAS IV SDN 105288 SEI ROTAN T.A 2013/2014.

1 3 26

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN PKN Peningkatan Keterampilan Mengemukakan Pendapat Siswa Melalui Metode Time Token pada Pembelajaran PKn Kelas IV SDN Ngembat Padas 3 Gemolong Sragen

1 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN PKN Peningkatan Keterampilan Mengemukakan Pendapat Siswa Melalui Metode Time Token pada Pembelajaran PKn Kelas IV SDN Ngembat Padas 3 Gemolong Sragen

1 2 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS PADA PEMBELAJARAN Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V Melalui Metode Time Token Arends Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD Negeri Plosokerep 2 Sragen Tahu

0 0 17

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS DALAM PEMBELAJARAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI 01 DUKUH KECAMATAN NGARGOYOSO

0 0 17

Model Pembelajaran Time Token Arends

0 1 8

PENERAPAN MODEL TIME TOKEN ARENDS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN PKN SISWA KELAS IV SDN TUNJUNGTIRTO 02

0 0 16

BAB 1 PENDAHULUAN - PENGARUH MODEL TIME TOKEN ARENDS TERHADAP KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS IV SDN KALISARI 1 DEMAK - Unissula Repository

1 1 9