simulasi dan belajar melalui pengamatan. Oleh karena itu, guru dalam proses belajar mengajar selalu melibatkan semua siswa dalam aktivitas
sosial berkomunikasi dan kerjasama.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HASIL
PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN HIPOTESIS
2.1. Belajar dan Teori Belajar
Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Pada keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok.
2.1.1 Pengertian Belajar
Kemampuan belajar telah memberikan banyak manfaat bagi perkembangan peradaban manusia baik secara individual maupun kelompok masyarakat.
Secara individual, kemampuan belajar dapat mengantarkan seseorang pada perkembangan pribadi yang mengarah pada terbentuknya pola kecakapan
intelektual, kecakapan hidup, serta penguasaan keterampilan-keterampilan tertentu.
Belajar menurut pandangan Skinner Sagala, 2013: 14, adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka
responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar, maka responsnya menurun.
Dapat diartikan bahwa belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau
peluang terjadinya respons. Seorang siswa belajar sungguh-sungguh dengan demikian pada waktu ulangan siswa tersebut dapat menjawa semua soal dengan
benar. Atas hasil belajarnya yang baik itu dia mendapatkan nilai yang baik, karena mendapatkan nilai yang baik ini, maka siswa akan belajar lebih giat lagi.
Nilai tersebut dapat merupakan “operant conditioning” atau penguatan
reinforcement. Definisi belajar menurut Gagne Sagala, 2013: 17, merupakan kegiatan yang
kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan: 1 stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan 2 proses kognitif yang dilakukan
oleh pelajar. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri
dan faktor luar diri di mana keduanya saling berinteraksi. Jadi dapat ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah
sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat diperlihatkan, seperti
dapat mengingat kembali kata-kata yang pernah didengar atau dipelajarinya. Seseorang dapat mengingat gambar yang telah pernah dilihatnya, atau mengingat
bagaimana cara memecahkan hitungan.
Piaget Dimyati dan Mudjiono, 2013: 13 berpendapat, bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus
dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi pada lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Jadi dapat
dikatakan bahwa intelegensi individu tumbuh dan berkembang melalui interaksi secara terus menerus dengan lingkungannya.
Seorang ahli psiko terapi, Rogers Dimyati dan Mudjiono, 2013: 16
menyayangkan praktek pendidikan di sekolah tahun 1960-an. Menurut pendapatnya, praktek pendidikan menekankan pada segi pengajaran, bukan pada
siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran. Menurut Rogers belajar adalah kebebasan
dan kemerdekaan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, anak dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilaksanakannya dengan tanggung jawab
penuh. Berdasarkan pendapat Rogers tersebut, pengajaran yang berpusat pada murid
memberi kebebasan agar murid dapat memilih kegiatan yang dirasanya perlu atas tanggung jawab sendiri. Kebebasan dan kemerdekaan yang dimaksud adalah
kebebasan yang mengandung nilai tanggung jawab penuh. Goch Sardiman, 2011
: 20, menyatakan “learning change perfofmance as a result practice”, artinya bahwa belajar adalah perubahan dalam kemampuan
sebagai suatu hasil berdasarkan latihan. Oleh sebab itu, seorang pengajar harus bisa memberikan pengertian kepada peserta didik. Jadi, dapat diartikan bahwa
kemampuan seorang siswa akan mengalami perubahan dengan cara sering berlatih terus menerus.
Witherington dalam Educational Psychology Siregar, 2010: 4, menjelaskan
pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian. Pendapat tersebut selaras dengan pendapat dari
Fathurrahman 2007: 52 yang mengemukakan bahwa, “belajar adalah segenap rangkaianaktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya sendiri, berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang bersifat sedikit banyak permanen.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat diartikan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan perilaku. Perubahan yang muncul bisa karena latihan dan pengalaman. Perubahan yang terjadi tidak hanya berlangsung
sementara tetapi permanen. Belajar sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapatkan kepandaian dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar
dan berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan
perubahan yang lebih baik. Arti dari disengaja sebenarnya proses belajar timbul karena ada suatu niatan. Sedangkan perubahan itu misalnya, dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dan lain sebagainya. Menurut Burton Siregar, 2010: 4, belajar adalah proses perubahan tingkah laku
pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi