harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya sampai semua kuponnya habis, sehingga semua anak berbicara.
f. Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang digunakan tiap siswa
dalam berbicara Huda, 2013: 240.
2.4.3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Time Token Arends
Model coopeeratif tipe time token Arends memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1. mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi.
2. menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak
berbicara sama sekali. 3.
membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. 4.
meningkatkan siswa dalam kemampuan berkomunikasi aspek berbicara 5.
melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat. 6.
menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan memiliki sikap keterbukaan terhadap kritik.
7. mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
8. mengajak siswa mencari solusi terhadap permasalahan yang di hadapi.
9. tidak memerlukan banyak media pembelajaran Huda, 2013: 241.
Adapun kekurangan model cooperative learning time token Arends yang harus
dipertimbangkan, antara lain: 1.
hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja. 2.
tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
3. memerlukan banyak waktu untuk persiapan.
4. kecenderungan untuk sedikit menekan siswa yang pasif dan membiarkan
siswa yang aktif untuk tidak berpartisipasi lebih banyak dikelas Huda, 2013: 241.
2.5. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial sangat dibutuhkan oleh setiap orang sebagai bekal kerjasama
atau bekerja dalam tim teamwork. Keterampilan sosial merupakan hasil dari adanya kejujuran, tanggungjawab, toleransi, empati, beretika, saling percaya,
berbagi secara positif, saling menguatkan dan membangun. Upaya untuk mengembangkan keterampilan tersebut secara optimal dan efektif dilakukan
melalui proses pendidikan.
2.5.1. Pengertian Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial social skills merupakan bagian penting dari kemampuan hidup manusia. Tanpa memiliki keterampilan sosial manusia tidak dapat
berinteraksi dengan orang lain yang ada dilingkungannya karena keterampilan sosial dibutuhkan dalam hidup bermasyarakat.
Sumaatmadja 2006: 10 menyatakan bahwa, Pendidikan IPS berfungsi
mengembangkan keterampilan terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual. Keterampilan sosial yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan hidup bermasyarakat, seperti bekerjasama, bergotong-royong, menolong orang lain yang memerlukan dan melakukan
tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan sosial di masyarakat. Sedangkan keterampilan intelektual yaitu keterampilan berfikir, kecekatan dan
kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat. Hal yang lain dari fungsi IPS sebagai pendidikan, yaitu
mengembangkan perhatian dan kepedulian sosial anak didik terhadap kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat. Untuk merelasasikan tujuan tersebut, proses
belajar dan pembelajarannya, tidak hanya terbatas oleh aspek-aspek pengetahuan kognitif dan keterampilan psikomotor saja, melainkan meliputi juga aspek
akhlak afektif dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan, dan hambatan.
Berdasarkan konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran
IPS di sekolah di organisasikan secara baik. Keterampilan sosial yang dimiliki oleh seseorang dapat diamati melalui perilaku
sosialnya. Menurut Hoffman 2002: 100, orang yang memiliki keterampilan sosial dapat memberi kesan yang lebih baik, dan memperbaiki penampilan pribadi
dirinya, dapat menciptakan perasaan positif dalam diri dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kemampuan seperti itu. Keterampilan sosial
merupakan kemampuan antarpribadi yang erat kaitannya dengan fungsi komunikasi.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disintesiskan keterampilan sosial adalah
kapasitas individu dalam berinteraksi dengan orang lain, dengan indikator: melayani orang lain, memberikan dorongan kepada orang lain, serta
berkomunikasi lisan dan tulisan. Gresham Reschly Setiani, 2014: 30 mengidentifikasikan keterampilan sosial
dengan beberapa ciri, antara lain: 1.
Perilaku Interpersonal; adalah perilaku yang menyangkut keterampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial yang disebut dengan
keterampilan menjalin persahabatan. 2.
Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri; Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial, seperti:
keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dan sebagainya.
3. Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis; Perilaku ini
berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar di sekolah, seperti: mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik,
dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah. 4.
Penerimaan Teman Sebaya; Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai keterampilan sosial yang rendah akan cenderung ditolak oleh
teman-temannya, karena mereka tidak dapat bergaul dengan baik. Beberapa