PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

ON LEARNING RESULT IN GEOGRAPHY SUBJECT AT THE SECOND GRADE OF SOCIAL CLASS SMA N 6 BANDAR LAMPUNG

SCHOOL YEAR 2014/2015 BY

ADI PRANOTO

This research is aimed to find out the difference and the effect of contextual teaching and learning model on learning result in geography subject at XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung school year 2014/2015. This research used quasi experiment method which was the method that compare learning result with a treatment to the object. The subject of this result was students of second grade of social class 1 and social class 3 which consist of 64 students. Data collecting technique of this research are test and data analysis which was used t-test and effect size. The result of this research shows that there is the significant difference of learning result in the class which was given by the conventional model of teaching learning, where the experiment class is higher than control class. There is an effect of contextual teaching and learning model on learning result in geography subject.

Keywords :contextual teaching and learning model, learning result of geography subject


(2)

TEACHING AND LEARNING)TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS SMA NEGERI 6

BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh

Adi Pranoto

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Geografi kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu yaitu metode yang membandingkan hasil belajar dengan pemberian perlakuan pada suatu objek. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 3 sebanyak 64 siswa. Pengumpulan data menggunakan tes dan analisis data yang digunakan adalah uji t dan effect size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan hasil belajar pada kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran kontekstual dengan kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional, dimana kelas eksperimen lebih tinggi rata-rata hasil belajarnya dari kelas kontrol. Ada pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi.


(3)

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir penelitian... 32

2. Peta Lokasi Penelitian ... 54

3. Histogram Hasil Penelitian Model Pembelajararan CTL... 60

4. Histogram Hasil Penelitian Model Pembelajaran Konvensional ... 61

5. Histogram Hasil PenelitianPretest Model Pembelajaran CTL dan Model Pembelajaran Konvensional ... 62

6. Histogram Hasil PenelitianPosttestModel Pembelajaran CTL dan Model Pembelajaran Konvensional ... 63


(4)

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 9

2. Pembelajaran Geografi ... 12

3. Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching and learning) . 13 4. Pembelajaran Konvensional (ceramah) ... 21

5. Hasil Belajar ... 23

B. Penelitian Relevan... 30

C. Kerangka Pikir... 31


(5)

B. Desain Penelitian... 35

C. Prosedur Penelitian... 36

D. Rancangan Pembelajaran ... 37

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

F. Subyek Penelitian ... 38

G. Variabel Penelitian ... 39

H. Definisi Operasional Variabel ... 40

I. Teknik Pengumpulan Data ... 41

J. Uji Persyaratan Instrumen ... 42

K. Teknik Analisis Data ... 49

1. Uji Persyaratan Analisis Data ... 49

2. Uji Hipotesis ... 49

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 52

B. Analisis Data ... 58

1. Deskripsi Data ... 58

2. Uji Persyaratan Analisis ... 63

3. Uji Hipotesis ... 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

1. Silabus pembelajaran ... 78

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 81

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 89

4. Lembar Kerja Siswa ... 96

5. SoalPre-Testdan Kunci Jawaban ... 97

6. SoalPost-Testdan Kunci Jawaban ... 102

7. Uji Validitas ... 108

8. Reliabilitas Tes ... 109

9. Tingkat kesukaran ... 110

10. Daya Pembeda ... 111

11. Uji NormalitasPretestdan uji NormalitasPosttest ... 112

12. Uji HomogenitasPretestdan Uji HomogenitasPosttest ... 113

13. Hasil Perhitungan Uji t ... 114

14. Dokumentasi Penelitian ... 115

15. Hasil Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 117


(7)

Tabel Halaman 1. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran

Geografi Kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandar Lampung

Tahun Ajaran 2014/2015... 3

2. Indikator Hasil Belajar ... 29

3. Desain Penelitian ... 35

4. Data Subyek Penelitian Siswa Kelas XI IPS 1 dan XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun ajaran 2014/2015 ... 39

5. Kisi-kisi Tes ... 42

6. Kriteria Interpretasi Validitas... 44

7. Hasil Uji Validitas Soal... 44

8. Kriteria Interpretasi Reliabilitas ... 45

9. Rekapitulasi Hasil Uji Reliaabilitas ... 45

10. Kriteria Taraf Kesukaran Soal ... 46

11. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal ... 47

12. Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 48

13. Hasil Uji Daya Pembeda Soal ... 48

14. InterpretasiEffect Size... 51

15. Daftar Nama Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Bandar Lampung ... 53

16. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 6 Bandar Lampung ... 56

17. Guru SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 57

18. Pegawai SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015... 58

19. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 59

20. Hasil Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 59

21. Uji Normalitas Data Nilai Pretes Geografi ... 64

22. Uji Normalitas Data Postes Hasil Belajar Geografi ... 65

23. Uji Homogenitas Data Nilai Pretes Geografi... 66

24. Uji Homogenitas Data Postes Hasil Belajar Geografi ... 66

25. Hasil Perhitungan Data Statistik Nilai Postes Hasil Belajar Geografi ... 68

26. TabelIndependent Samples Test... 68


(8)

(9)

(10)

Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.

(Hadits Riwayat Muslim)

Untuk mencapai tujuan akhirmu, kamu harus bersabar. (Obito)

Tidak perlu menggunakan nada yang keras untuk membuat orang lain mendengarkan kita.


(11)

Dengan selalu bersyukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karya kecil ku ini sebagai tanda kasih serta kerja keras ku kepada :

Ibu Ku Tersayang (MISINEM)

Tidak ada kasih sayang yang tulus dan ikhlas selain kasih sayang mulah, aku bisa menjadi seperti saat ini. Semogah kelak aku bisa membalas semua kebaikan Ibu dan membahagiakan mu, kebahagian Ibu adalah kebahagian untuk Adi selamanya.

Adi sayang ibu.

Bapak Ku Tersayang (ATOK PRANOTO)

Orang yang selalu berjuang untuk keluarga dan sosok pemimpin yang bijaksana jika dibandingkan perjuangan ku hingga saat ini masih belum bisa dibandingkan dengan mu, suatu saat nanti pasti Adi bisa membahagiakan bapak serta membuat

bapak untuk tidak bekerja lagi. Adi sayang bapak.

Kakak Ku Tersayang (ANTON SUBANDI)

Banyak masalah selama ini yang selalu kita buat tetapi jauh dari dalam hati adi selalu sayang kakak untuk sampai kapanpun, terimakasih kakak ku, kelak Adi bisa

membantu kakak untuk bisa lebih baik lagi.


(12)

Penulis dilahirkan di Panjang, pada tanggal 6 Januari 1993, anak kedua dari dua bersaudara buah hati pasangan Bapak Atok Pranoto dan Ibu Misinem. Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD MIN Panjang Bandar Lampung pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 30 Bandar Lampung pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandar Lampung pada tahun 2011.

Tahun 2011 Penulis diterima menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2014, Penulis menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di SMK Negeri 1 Pagar Dewa, Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 2 Juli sampai tanggal 17 September 2014.


(13)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, penulis masih diberi kesehatan sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching and learning) Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015”, dapat diselesaikan dengan segenap kemampuan dan keterbatasan yang ada.

Skripsi ini disusun berkat bimbingan Bapak Drs Hi. Buchori Asyik, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing Akademik (PA) yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat, Ibu Rahma Kurnia SU, S.Si, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar membimbing penulis untuk memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Serta kepada Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd., selaku Pembahas yang sudah memberikan bimbingan serta petunjuk demi terlaksananya penelitian hingga tersusun skripsi ini.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:


(14)

2. Bapak Wakil Dekan I, II dan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, terimakasih atas nasihat, kritik, saran, semangat serta izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, yang telah mendidik dan membimbing penulis dalam menyelesaikan studi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.

6. Bapak Mansurudin S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Bandar Lampung, yang telah memberikan izin untuk penelitian.

7. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Geografi 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan, doa serta kebersamaan selama ini.

8. Teman-teman UKM Rakanila 2011 victori, victoro, independen serta yang tidak dapat disebut satu persatu, terimakasih selama ini atas pertemanannya.


(15)

loyalitas kalian.

10. Sahabat dari sekolah dahulu Yuniar Ana Fitri (Ogan), Rinanda Adi Saputra (Pendek), Soviera Vietaloka (Kerempeng), Indah Permata Sari (Paloma), Yessy Yolanda (Menggala) telah banyak kisah kita telah jalani bersama walau sekarang kita jauh kalian tetap ada dihati.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini Angga Margianto serta kakak dan adik tingkat pendidikan Geografi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala disisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.Amin.

Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis,


(16)

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi sebagian besar orang berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget (1896) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain (Syaiful Sagala, 2013 : 1). Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah masih rendahnya mutu pendidikan, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Definisi pendidikan menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Indonesia sebagai negara berkembang harus terus meningkatkan kualitas pendidikannya.

Seorang guru memiliki peran penting dalam menyampaikan ilmu, informasi, dan membimbing belajar siswa sehingga guru dituntut memiliki kompetensi tertentu, agar


(18)

proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Adanya minat belajar tinggi serta model pembelajaran yang tepat dapat membuat siswa mudah dalam menerima ilmu dan informasi yang disampaikan oleh guru. Kemampuan dalam menjalankan proses belajar mengajar adalah kewajiban bagi para guru, selain menguasai model-model pembelajaran dan menguasai materi, seorang guru juga harus menguasai pengetahuan lain agar dapat menciptakan suasana belajar antara guru dan peserta didik mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi hingga tercapai tujuan pembelajaran.

Proses belajar mengajar yang monoton dan membosankan menjadi salah satu faktor penyebab kurang berhasil atau optimal proses pembelajaran, salah satu faktor keberhasilan proses pembelajaran dapat terlihat dari hasil yang dicapai oleh para siswa. Model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) yaitu suatu strategi pembelajaran untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat dalam menguasai materi pembelajaran, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata. Keunggulan model pembelajaran kontekstual (CTL) daripada model-model pembelajaran lainnya adalah karena model pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki kelebihan, dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002) dalam Rusman, (2011 : 190).


(19)

Mata pelajaran geografi memiliki peran yang strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang handal, unggul dan bermoral. Hambatan selama ini dalam pembelajaran geografi adalah kurang dikemasnya pembelajaran geografi yang menggunakan model-model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, itulah yang terjadi pada siswa-siswi SMA Negeri 6 Bandar Lampung, guru seringkali menyampaikan materi geografi dengan cara konvensional, sehingga pembelajaran geografi cenderung membosankan dan kurang menarik minat belajar siswa, pada akhirnya hasil belajar siswa kurang memuaskan. Mengetahui gambaran dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi dapat dilihat dari hasil pencapaian KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang dilihat dari hasil ujian tengah semester pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015, seperti pada tabel berikut:

Tabel 1. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015

Nilai Kelas XI Jumlah Presentase Keteran

gan IPS 1 IPS 2 IPS 3 IPS 4

≥ 75 12 4 11 5 32 26,89 % Tuntas

< 75 20 25 21 21 87 73,11 % Tidak

Tuntas Jum

lah

32 29 32 26 119 100 %

Sumber: Dokumentasi Guru Geografi SMA Negeri 6 Bandar Lampung tahun 2014.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pencapaian hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS belum semuanya maksimal, karena didapati 73,11% dari 119 siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Siswa yang memiliki


(20)

nilai lebih dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya sebanyak 25% dari 119 siswa. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi di SMA Negeri 6 Bandar Lampung masih rendah.

Hasil pembelajaran belum maksimal dikarenakan masih banyaknya penggunaan model pembelajaran oleh guru belum sepenuhnya maksimal, selain itu masih banyak guru geografi menggunakan model ceramah, sedangkan penyampaian materi dengan menggunakan model ceramah tidak dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa menjadi kurang semangat dalam proses belajar mengajar serta proses pembelajaran masih terpusat pada guru yang menyebabkan guru menjadi sangat dominan di dalam kelas. Hal ini dapat membuat siswa menjadi sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru, maka dalam proses pembelajaran geografi ini dibutuhkan pembaharuan bertujuan agar materi pembelajaran menjadi lebih mudah dimengerti oleh siswa dan dapat mencapai nilai sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan.

Berdasarkan hasil pra survey dan wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 6 Bandar lampung pada tanggal 2 Februari 2015 terhadap siswa kelas XI IPS dengan mengajukan pertanyaan tentang tata cara penyampaian materi pelajaran geografi. Berdasarkan hasil wawancara bebas terhadap siswa sebagian besar menyatakan bahwa selama ini model pembelajaran yang dipakai di SMA Negeri 6 Bandar Lampung khususnya kelas XI IPS dalam proses belajar mengajar dikelas adalah menggunakan model pembelajaran konvensional atau sering disebut dengan model pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dimana guru lebih banyak


(21)

menyampaikan materi pembelajaran sehingga membuat siswa menjadi pasif dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka diperlukan suatu kajian mengenai pengaruh model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) terhadap hasil belajar. Pendekatan selama ini yang digunakan oleh guru adalah pembelajaran konvensional, dalam penelitian ini mencoba mengkaji “Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching and learning)

terhadap hasil belajar pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini:

1. Hasil belajar pada mata pelajaran geografi khususnya kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung masih belum memuaskan.

2. Model pembelajaran kontekstual (CTL) belum pernah diterapkan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung.

3. Pengajar masih banyak yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dalam proses belajar mengajar.

4. Masih minimnya peran guru dalam mencoba mengguanakan model-model pembelajaran yang inovatif dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.


(22)

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah maka dibatasi masalah yang telah diidentifikasi, adapun pembatasan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kontekstual(contextual teaching and learning)dengan kelas control yang menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah).

2. Pengaruh model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)

terhadap rata-rata hasil belajar pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandar Lampung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional?

2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) terhadap rata-rata hasil belajar pada mata pelajaran Geografi kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015?


(23)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) terhadap rata-rata hasil belajar pada mata pelajaran Geografi kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai masukan tentang keefektifan model pembelajaran kontekstual (CTL) dalam pembelajaran geografi di SMA Negeri 6 Bandar Lampung.

b. Sebagai gambaran adanya model pembelajaran baru yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi di SMA Negeri 6 Bandar Lampung.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa


(24)

2. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. b. Bagi Guru

1. Sebagai acuan dan variasi bagi guru mengenai model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Sebagai panduan melakukan model pembelajaran kontekstual dikelas.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Sebagai ruang lingkup kajian penelitian ini adalah mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah hasil belajar geografi yang menggunakan variasi model pembelajaran kontekstual dan konvensional.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung. 3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 6 Bandar Lampung, dengan alamat Jl. Ki Agus Anang No 35 Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Bulan Mei Tahun Ajaran 2014/2015.

5. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah pembelajaran Geografi

Pembelajaran Geografi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari atau mengkaji bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya, seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara dan segala interaksinya (Sumarmi, 2012: 6).


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran a. Belajar

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1996: 7) dalam Syaiful Sagala, (2013 : 13) mengemukakan siswa adalah penemu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Menurut Gage (1984) dalam Syaiful Sagala, (2013 : 13) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.


(26)

Belajar menurut pandangan B. F. Skinner (1958) dalam Syaiful Sagala, (2013 : 14) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Belajar juga dipahami sebagai suatu prilaku, pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responnya menurun. Jadi belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon. Menurut Murphy (1997) dalam Ngalimun (2012 : 188) teori belajar konstruktivisme yaitu teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide, bahwa siswa membangun pengetahuannya sendiri dalam konteks pengalamannya sendiri.

Slameto (2003 : 2) mengemukakan, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Seseorang yang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, seseorang tersebut akan menjadi banyak tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti tingkah laku memiliki unsur rohani dan unsur jasmaniah.

Gagne dalam Slameto (2003 : 13) menyatakan pengertian belajar sebagai berikut: 1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaaan dan tingkah laku.

2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.


(27)

Dimyati dan Mudjiono (2006: 2) mengatakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja oleh individu yang ditandai dengan adanya perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap pada diri individu tersebut. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) serta perubahan yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar menurut Slameto (2003 : 3): 1) Perubahan terjadi secara sadar,

2) Perubahan dalam belajar bersifatcontinuedan fungsional, 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan negatif, 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, 5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah, 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diartikan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan secara sadar, bersifat kontinu dan positif baik dalam hal tingkah laku, ataupun pengetahuan sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar akan membawa perubahan dan akan menghasilkan hasil belajar pada individu yang belajar.

b. Pembelajaran

Pembelajaran menurut Degeng dalam Hamzah B. Uno (2011: 2) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pembelajaran siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Menurut Oemar Hamalik (2011: 57) “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang


(28)

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.

Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 14) menjelaskan bahwa pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut:

1) Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.

2) Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut.

3) Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.

4) Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan dan melakukan revisi.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa pembelajaran adalah jalan yang harus ditempuh oleh seorang pelajar, untuk mengerti suatu hal yang sebenarnya tidak diketahui. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan seperti dari tidak tahu menjadi tahu serta dari tidak mengerti menjadi mengerti.

2. Pembelajaran Geografi

Geografi berasal dari bahasa Yunani: geo berarti bumi dan graphein berarti tulisan. Jadi secara harfiah geografi berarti tulisan tentang bumi. Oleh karena itu geografi sering disebut dengan ilmu bumi, akan tetapi yang dipelajari dalam geografi bukan hanya mengenai permukaan bumi saja melainkan juga berbagai hal yang ada di permukaan bumi, di luar bumi, bahkan benda-benda di ruang angkasa pun turut menjadi objek kajian geografi. Dengan demikian definisi singkat di atas perlu diperluas dan dilengkapi sehingga mencakup semua hal yang dikaji dalam studi


(29)

geografi. Geografi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari atau mengkaji bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya, seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara dan segala interaksinya (Sumarmi, 2012: 6).

Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam seminar lokakarya Geografi tahun 1988 dalam Sumadi (2003: 4) bahwa Geografi yaitu ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena biosfer dilihat dari sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

3. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) a. Pengertian

Sejauh ini, pembelajaran masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta untuk dihapal. Pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa itu senantiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian, pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengkaitkannya biasa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi sesungguhnya, juga biasa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan lain sebagainnya yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata (Rusman, 2011 : 187).


(30)

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002) dalam Rusman (2011 : 189)

Elaine B. Johnson Riwayat (2008) dalam Rusman (2011 : 187) mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari. Jadi, pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengkaitkannya dengan dunia nyata.

b. Komponen Pembelajaran Kontekstual Komponen pembelajaran kontekstual meliputi:

1. Menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making meaningful conections). 2. Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing significant work).

3. Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning). 4. Mengadakan kaloborasi (collaborating).


(31)

6. Memberikan layanan secara individual (nurturing the individual).

7. Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards). 8. Menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment).

c. Prinsip Pembelajaran Kontekstual

CTL sebagai suatu model dalam implementasinya tentu saja memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep dan prinsip CTL. Setiap model pembelajaran, disamping memiliki unsur kesamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu. Hal ini karena setiap model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja berimplikasi pada adanya perbedaan tertentu pula dalam membuat desain yang disesuaikan dengan model yang akan diterapkan.

Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru yaitu:

a. Konstruktivisme(constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Batasan konstruktivisme di atas memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap


(32)

konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memeberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata.

b. Menemukan(Inquiry)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya yang menemukan, telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry dan discovery (mencari dan menemukan). Tentu saja unsur menemukan dari kedua pembelajaran (CTL daninquiryanddiscovery) secara prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama yaitu model atau sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing.

c. Bertanya(Questioning)

Unsur lain yang menjadi karekteristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan unsur bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. Seperti pada tahapan sebelumnya, berkembangnya kemampuan dan keinginan untuk bertanya sangat dipengaruhi oleh


(33)

suasana pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain, tugas bagi guru adalah membimbing siswa melalui pertanyaan yang diajukan untuk mencari dan menemukan kaitan antara konsep yang dipelajari dalam kaitan dengan kehidupan nyata.

d. Masyarakat Belajar(Learning Community)

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalamlearning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing). Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling memberi dan menerima, sifat ketergantungan yang positif dalamlearning communitydikembangkan.

e. Pemodelan(Modelling)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi serta tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beraneka ragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap dan ini yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, maka kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran


(34)

agar siswa bias memenuhi harapan siswa secara meneluruh dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.

f. Refleksi(Reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati dan melakukan dengan dirinya sendiri (learning to be).

g. Penilaian Sebenarnya(Authentic Assessment)

Tahap akhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian intergral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang biasa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lenngkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.


(35)

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual

1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik. 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Menciptakan masyarakat belajar.

5. Menghadirkan model sebagai contoh belajar. 6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.

7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

(Anonim.2013/05/29/model-pembelajaran-ctl-contextual-teaching-learning/ https://kurniawanbudi04.wordpress.com)

e. Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual

1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.

2. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif

3. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

4. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru. 5. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.


(36)

6. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

7. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok. (Anonim.2013/05/29/model-pembelajaran-ctl-contextual-teaching-learning/ https://kurniawanbudi04.wordpress.com)

f. Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual

1. Dalam pemilihan informasi atau materi didasarkan pada kebutuhan siswa padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa jadi tidak sama.

2. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses belajar mengajar.

3. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.

4. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.

5. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.


(37)

6. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuansoft skilldaripada kemampuan intelektualnya.

7. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata. 8. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru

hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.

(Anonim.2013/05/29/model-pembelajaran-ctl-contextual-teaching-learning/ https://kurniawanbudi04.wordpress.com)

4. Pembelajaran Konvensional (ceramah)

Menurut Ruseffendi (2005: 17), dalam metode konvensional, guru merupakan atau dianggap sebagai gudang ilmu, guru bertindak otoriter, guru mendominasi kelas. Guru mengajarkan ilmu, guru langsung membuktikan dalil-dalil, guru membuktikan contoh-contoh soal. Sedangkan murid harus duduk rapih mendengarkan, meniru pola-pola yang diberikan guru, mencontoh cara-cara si guru menyelesaikan soal. Murid bertidak pasif. Murid-murid yang kurang memahaminya terpaksa mendapat nilai kurang/jelek dan karena itu mungkin sebagian dari mereka tidak naik kelas.

Dalam pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Sejak dahulu guru dalam usaha


(38)

menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode konvensional adalah sebagai berikut (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2011 : 26):

a. Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dan memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang diajarkan

b. Guru memberikan motivasi

c. Guru menerangkan bahan ajar secara verbal d. Guru memberikan contoh-contoh

Metode ceramah dalam penerapannya di dalam proses belajar mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.

1. Kelebihan metode ceramah adalah sebagai berikut: a. Guru mudah menguasai kelas.

b. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas. c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. d. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. e. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.


(39)

f. Lebih ekonomis dalam hal waktu.

g. Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan.

h. Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas.

i. Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian. j. Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan meningkatkan

keinginan belajar siswa dalam bidang akademik.

k. Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain

2. Kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut:

a. Siswa yang bertipe visual menjadi rugi, dan hanya siswa yang bertipe auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.

b. Mudah membuat siswa menjadi jenuh

c. Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya. d. Siswa cenderung menjadi pasif dan guru yang menjadi aktif (teacher centered)

5. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2011: 152), hasil belajar adalah sebagai hasil atas kepandaiannya atau keterampilan yang dicapai oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungan.


(40)

Menurut Arifin dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:47), hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk mengungkapnya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru, seperti tes evaluasi.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan. Hasil belajar juga merupakan prestasi yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu untuk memperolehnya menggunakan standar sebagai pengukuran keberhasilan seseorang.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain, kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Aspek Kognitif

Aspek kognitif adalah bidang atau domain yang berkaitan dengan daya pikir, pengetahuan atau penalaran. Aspek kognitif terdiri dari enam bagian berturut-turut dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks adalah :

1. Pengetahuan

Evaluasi hasil belajar pengetahuan ini berkaitan dengan ingatan yaitu segala sesuatu yang terekam dan tersimpan dalam otak.

2. Pemahaman

Evaluasi hasil belajar pada bagian pemahaman ini berhubungan dengan inti dari sesuatu yaitu bentuk pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan


(41)

baku atau ide yang dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkan dengan bahan lain.

3. Penerapan

Evaluasi hasil belajar penerapan berhubungan dengan penggunaan abstraksi dalam situasi tertentu dan konkrit. Abstraksi itu dapat berupa teori, prinsip, aturan, prosedur, metode dan sebagainya.

4. Analisis

Evaluasi hasil belajar analisis dapat diartikan sebagai pemecahan atau pemisahan suatu komunikasi (peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur penyusunnya, sehingga ide relatif menjadi lebih jelas dan hubungan antara ide-ide menjadi lebih eksplisit.

5. Sintesis

Sintesis berkaitan dengan penyusunan bagian-bagian atau unsur-unsur sehingga membentuk keseluruhan yang sebelumnya tidak tampak jelas.

6. Evaluasi

Evaluasi berhubungan dengan penentuan secara kuantitatif dan kualitatif tentang nilai materi atau metode untuk sesuatu dengan maksud memenuhi tolak ukur tertentu.

b. Aspek Afektif

Aspek afektif berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, ini akan menolong seseorang untuk memilih yang disenangi dan


(42)

menjauhkan diri dari yang tidak disenangi. Aspek afektif sebagai tujuan peningkatan prestasi belajar terdiri dari lima bagian yaitu :

1. Penerimaan

Penerimaan mencakup kesediaan untuk memberi perhatian kepada fenomena atau stimulus.

2. Penanggapan

Penanggapan berkaitan dengan memberi tanggapan/respon terhadap suatu obyek (berperan aktif).

3. Penilaian

Penilaian berkaitan dengan pemilihan, penghargaan terhadap benda, fenomena atau tingkah laku.

4. Organisasi

Organisasi berkaitan dengan kemampuan mempersatukan nilai yang berbeda, menyelesaikan pertentangan antara nilai-nilai tersebut, dan mulai membina sistem nilai yang konsisten secara internal.

5. Pameran

Pada tingkat ini, nilai-nilai yang telah menerima tempat dalam hierarki nilai seseorang disusun menjadi semacam sistem yang mempunyai konsistensi internal yang mengendalikan tingkah laku manusia menurut pola tertentu.


(43)

c. Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor yaitu tujuan pembelajaran yang terutama berkaitan dengan keterampilan motorik atau keterampilan fisik, atau keterampilan tangan seseorang. Aspek ini terdiri dari tujuh bagian yaitu :

1. Persepsi

Persepsi yaitu menyadari suatu stimulus, menyeleksi stimulus terarah sampai menerjemahkannya dalam kaitan pengamatan stimulus yang terarah pada kegiatan yang ditampilkan.

2. Kesiapan

Kesiapan yaitu tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan tertentu termasuk kesiapan mental, fisik dan emosional.

3. Respons terpimpin

Yaitu tujuan pembelajaran yang mencakup misalnya menirukan gerakan, gerakan coba-coba, performasi yang memadai bertolak ukur tertentu.

4. Mekanisme

Mekanisme adalah tujuan pembelajaran dimana respons yang dipelajari telah menjadi kebiasaan, gerakan dilakukan dengan mantap, penuh keyakinan dan kemahiran.

5. Respon yang komplek

Yaitu tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan gerak motorik yang memerlukan pola gerakan yang kompleks.


(44)

6. Penyesuaian

Yaitu tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan pola gerakan yang telah berkembang dengan baik sehingga seseorang dapat mengubah pola gerakan agar sesuai dengan situasi yang dihadapi.

7. Mencipta

Yaitu tujuan pembelajaran dimana siswa mampu menciptakan pola-pola gerakan baru agar sesuai dengan situasi yang diharapkan dan merupakan keterampilan tingkat tinggi.

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Sehingga hasil belajar dapat dipandang sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

b. Indikator Hasil Belajar

Indikator adalah perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk menujukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan mata pelajaran. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Sedangkan dari


(45)

sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat penilaian. Kata-kata operasional yang dapat digunakan untuk indikator hasil belajar, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Tabel 2. Indikator Hasil Belajar

No. Aspek kompetensi Indikator hasil belajar

1. Kognitif Pengetahuan

Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Evaluasi Menyebutkan, menuliskan, menyatakan, mengurutkan, mengidentifikasi, mendefinisikan, mencocokkan, memberi nama, memberi label, melukiskan. Menerjemahkan, mengubah,

menggeneralisasikan, menguraikan, merumuskan kembali, merangkum, membedakan, mempertahankan, menyimpulkan, mengemukakan pendapat, dan menjelaskan. Mengoperasikan, menghasilkan, mengubah,mengatasi, menggunakan, menunjukkan, mempersiapkan, dan menghitung.

Menguraikan, membagi-bagi, memilih, dan membedakan. Merancang, merumuskan,

mengorganisasikan, menerapkan, memadukan, dan merencanakan. Mengkritisi, menafsirkan, mengadili dan memberikan evaluasi.


(46)

2. Afektif Penerimaan

Menanggapi

Penanaman nilai

Pengorganisasian

Karakterisasi

Mempercayai, memilih, mengikuti, bertanya dan mengalokasikan. Konfirmasi, menjawab, membaca, membantu, melaksanakan,

melaporkan, dan menampilkan. Menginisiasi, mengundang, melibatkan, mengusulkan dan melakukan.

Memverifikasi, menyusun,

menyatukan, menghubungkan dan mempengaruhi.

Menggunakan nilai-nilai sebagai pendangan hidup, mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini. 3. Psikomotorik Pengamatan

Peniruan

Pembiasaan

Penyesuaian

Mengamati proses, memberi perhatian pada tahap-tahap sebuah perbuatan, memberi perhatian pada setiap artikulasi.

Melatih, mengubah, membongkar sebuah struktur, membangun kembali sebuah struktur, dan menggunakan sebuah model.

Membiasakan perilaku yang sudah dibentuknya, mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten.

Menyesuaikan model, mengembangkan model, dan menerapkan model.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan pada penelitian ini dilakukan oleh Wulan Kristanti pada tahun 2010 berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar


(47)

IPS Geografi kelas VIII SMP Negeri 18 Balikpapan Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh metode pembelajaran CTL terhadap hasil belajar IPS-Geografi. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah independent sample t-test. Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut terbukti bahwa model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPS-Geografi.

C. Kerangka Pikir

Prestasi belajar yang diperoleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung belum sepenuhnya memuaskan. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran yang cocok untuk siswa.

Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan tidak menjadikan siswa menjadi objek pembelajaran serta guru sebagai sumber utama dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning). Dalam model ini guru mangaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Dalam penerapan proses pembelajaran pada penelitian ini, dimulai dengan menyampaikan materi geografi, kemudian guru memberikan tes awal (pretest) untuk


(48)

mengetahui kemampuan awal siswa pada kelas yang akan diberi perlakuan dengan model pembelajaran kontekstual dan konvensional. Selanjutnya guru memberikan materi pembelajaran geografi dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dan konvensional. Setelah itu diberikanlah tes akhir (posttest) pada kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dan konvensional.

Penerapan model pembelajaran kontekstual merupakan salah satu faktor yang diterapkan pada siswa sehingga membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan dapat diterima oleh siswa dengan baik. Adapun kerangka pikir dari uraian di atas adalah sebagai berikut.


(49)

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir diatas, maka dapat diajukan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pretest

Kelas A Kelas B

Kontekstual (contextual teaching

and learning) (X1)

Konvensional (X2)

Hasil Belajar (Y1)

Hasil Belajar (Y2)

Posttest

Perbedaan rata-rata hasil belajar Pengaruh


(50)

1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah).

2. Ada pengaruh model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) terhadap rata-rata hasil belajar pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (Quasi Experiment). Eksperimen semu adalah jenis komparasi yang membandingkan pengaruh pemberian suatu perlakuan (treatment) pada suatu objek (kelompok eksperimen) serta melihat besar pengaruh perlakuannya (Suharsimi Arikunto, 2012 : 12).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah menggunakan desain pretest posttest control group design yaitu dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 3. Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Kelas Eksperimen O1 X O2

Kelas Kontrol O3 O4


(52)

Keterangan

X : Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual. O1 :Pretestkelas eksperimen

O2 :Posttestkelas eksperimen O3 :Pretestkelas kontrol O4 :Posttestkelas kontrol

Dalam desain yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) pada kelas eksperimen sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah). Setelah itu diakhir penelitian masing-masing kelas diberikan posttest untuk mengukur tingkat keberhasilan perlakuan yang telah diberikan dan mengetahui pengaruh dari model pembelajaran yang telah diberikan.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan survey awal ke sekolah untuk mengetahui jumlah kelas dan siswa yang akan dijadikan subjek penelitian.

2. Menentukan kelas belajar yang akan dijadikan subjek penelitian. 3. Memberikanpretestpada awal sebelum diberikan perlakuan.

4. Memberikan posttest setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.

5. Membandingkan pretestdan posttestuntuk menentukan seberapa besar pengaruh yang timbul sebagai akibat dari digunakannya variabel bebas.


(53)

6. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik yang sesuai. 7. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

D. Rancangan Pembelajaran 1. Tahap Perencanaan

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bersama dengan guru mata pelajaran geografi.

b. Membuat soalpretesttentang materi geografi yang akan diberikan kepada siswa. c. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang materi Geografi yang akan

diberikan kepada siswa.

d. Membuat soal posttestuntuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan soalpretestkepada siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Prosedur pelaksanaan pembelajaran diberikan perlakuan dengan menggunakan

model pembelajaran kontekstual di kelas XI IPS 1.

c. Prosedur pelaksanaan pembelajaran diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dikelas XI IPS 3.

d. Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk melihat perbedaan nilai yang diperoleh.


(54)

3. Tahap Evaluasi

a. Mengambil nilai hasil sebelum diberikan perlakuan (pretest). b. Mengambil nilai hasil setelah diberikan perlakuan (posttest).

c. Menyimpulkan nilai untuk mengetahui perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

E. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung terletak di Jalan Ki Agus Anang No 35.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2014/2015.

F. Subyek Penelitian

Pengambilan subyek penelitian dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memilih 2 kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Subyek dipilih dengan melihat kemampuan kelas yang memiliki kemampuan hampir sama, dari masing kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandar Lampung dengan melihat dari masing-masing kelas sehingga diperoleh kelas XI IPS 1 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)


(55)

dan kelas XI IPS 3 sebagai kelas kontrol belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah).

Tabel 4. Data Subyek Penelitian Siswa Kelas XI IPS 1 dan XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.

Nilai Kelas XI Jumlah Persentase Keterangan

Berdasarkan KKM

IPS 1 IPS 3

>75 12 11 23 35,93% Tuntas

<75 20 21 41 64,06% Tidak tuntas

Jumlah 32 32 64 100%

Sumber : Dokumentasi Guru Data Siswa SMA Negeri 6 Bandar Lampung

G. Variabel Penelitian

Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981) dalam Sugiyono (2012 : 60). Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) yaitu model pembelajaran kontekstual (X1) dan model pembelajaran konvensional (X2).

2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas, disini yaitu hasil belajar siswa.


(56)

H. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu batasan yang memiliki sifat memudahkan peneliti untuk melakukan pengamatan (observasi) terhadap data yang dikumpulkan berdasarkan jenis variabel tersebut.

1. Model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)

Model pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran kooperatif, yang mengikut sertakan para siswa dalam mempelajari pengetahuan dan keahlian yang kompleks. Pada penelitian ini siswa akan diberi tugas berupa essay yang akan dikerjakan per kelompok beranggotakan 4-5 siswa, lalu akan diberi waktu untuk mengerjakannya.

Sistem penilaian essay dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir essay. Penilaian essay merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian essay dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

2. Model Pembelajaran Konvensional (ceramah)

Metode yang digunakan pada pembelajaran ini yaitu metode ceramah. Pada penelitian ini guru berperan aktif, karena guru lebih banyak menjelaskan materi dengan


(57)

menggunakan papan tulis dan siswa hanya mendengarkan materi yang di sampaikan. Lalu guru memberikan beberapa tugas soal dan siswa mengerjakan tugas tersebut secara individu.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam ranah kognitif. Bentuk tes yang diberikan berbentuk tes pilihan jamak dengan jumlah butir tes sebanyak 20 soal. Pada setiap jawaban benar akan mendapat skor 5 dan skor 0 untuk jawaban yang salah, jadi rentang nilai siswa yaitu 0-100.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu tes, definisi tes menurut Margono (2000 : 170) yaitu seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandar Lampung, yang dilakukan memberikan tes di awal proses pembelajaran (pretest) yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dan di akhir proses pembelajaran akan diberikan (posttest) untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilakukan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual.


(58)

Tabel 5. Kisi-kisi Tes

Standar kompetensi

Kompetensi Dasar

Materi Pokok Nomor Soal Jumlah

Soal

C1 C2 C3 C4

Menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup Menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan 1. Merumuskan konsep pelestarian lingkungan hidup 2. Menjelaskan pengertian pembangunan berkelanjutan 3. Memberi contoh tindakan-tindakan yang mencerminkan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan

5, 1, 7

8, 15 3, 6 16 2, 18 4 14 10, 19, 17 11 20, 12, 9, 13 7 4 9

J. Uji Persyaratan Instrumen

Instrumen pada penelitian ini adalah tes berupapre-testdanpost-test yang digunakan untuk mengukur kemampuan awal dan kemampuan akhir siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang diberikan perlakuan berupa model pembelajaran kontekstual (CTL) dan pembelajaran konvensional dengan ceramah. Instrumen dibuat sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator, kompetensi dasar pada materi lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan.


(59)

Pengujian persyaratan instrumen dilakukan diluar kelas penelitan, yaitu pada kelas XI IPS 4 dengan jumlah siswa 20 orang. Pengujian instrumen yang dilakukan dengan menggunakan tes adalah uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya beda

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kendala suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah (Suharsimi Arikunto, 2010:236). Untuk mengukur suatu instrumen digunakan rumus Korelasi

Product Momentyaitu sebagai berikut:

. ( )( ) . ( ) . ( )

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasiProduct Moment

n : Jumlah sampel ∑ X : Variabel bebas ∑ Y : Variabel terikat

Kriteria pengujian, apabila thitung>ttabel dengan taraf signifikan 0,05 maka instrumen

tersebut dinyatakan valid, sebaliknya jika hitung< ytabel maka instrumen tersebut

dinyatakan tidak valid.


(60)

Tabel 6. Kriteria Interpretasi Validitas

Nilai Interpretasi

0,800–1,00 Sangat tinggi

0,600–0,799 Tinggi

0,400–0,599 Cukup

0,200–0,399 Rendah

0,00–0,199 Sangat rendah

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 170)

Berdasarkan hasil uji coba tes diperoleh hasil perhitungan validitas tes menggunakan proses input data program ANATES V4.0.9. Hasil rekapitulasi hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Hasil Uji Validitas Soal.

No. Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal

1. Valid 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 24 dan 25.

20

2. Tidak valid 5, 9, 10, 19, dan 23. 5 Sumber : Hasil Perhitungan Anates V4.0.9.

Hasil perhitungan uji validitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 5 soal yang dinyatakan tidak valid, hal ini dikarenakan nilai rhitung< rtabel yaitu, item

pertanyaan nomor 5, 9, 10, 19 dan 23. Oleh karena itu, dalam penelitian ini soal yang tidak valid dibuang atau tidak digunakan.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:221), reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik.


(61)

Jadi, suatu alat ukur itu mempunyai realibilitas, jika hasil pengukuran dilakukan tidak berbeda walaupun diukur pada situasi lain. Untuk mengklasifikasikan tingkat reliabilitas digunakan rumus Alpha sebagai berikut:

=

1 1

Keterangan:

: Reliabilitas yang dicari n : Banyaknya butir soal

: Jumlah varians skor tiap-tiap item : Varians total

Berikut interpretasi nilai reliabilitas instrumen terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 8. Kriteria Interpretasi Reliabilitas

Nilai Interpretasi

0,08 - 1,00 Sangat tinggi

0,06 - 0,799 Tinggi

0,04 - 0,599 Cukup

0,02 - 0,399 Rendah

0,000 - 0,99 Sangat rendah

(Sumber: Suharsimi Arikunto, 2010:75).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan program komputer Anates V4.0.9 untuk perhitungan uji reliabilitas. Berdasarkan data perhitungan reliabilitas instrument, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas.

Tes Nilai Realibilitas Tingkat Reliabilitas Keputusan

Uji Tes 0,78 Tinggi Reliabel


(62)

Berdasarkan hasil realibilitas tes pada uji coba instrumen tes diperoleh hasil koefisien realibilitas tes dengan nilai 0,78 pada uji tes dengan hasil tes bahwa instrumen tes mendapatkan tingkat realibilitas dengan kriteria tinggi.

3. Taraf Kesukaran

Tingkat kesukaran butir tes adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk menguji tingkat kesukaran soal dalam penelitian ini akan digunakan rumus:

TK = Keterangan:

TK : Tingkat Kesukaran

: Banyaknya siswa yang menjawab item dengan benar N : Banyaknya siswa yang menjawab item

Tabel 10. Kriteria Taraf Kesukaran soal

No Indeks Kesukaran Tingkat Kesukaran

1 0,00–0,29 Sukar

2 0,30–0,69 Sedang

3 0,70–1,0 Mudah

(Suharsimi Arikunto, 2010 : 210)

Dalam penelitian ini untuk mengetahui taraf kesukaran soal menggunakan program ANATES V4.0.9. Berdasarkan hasil uji coba tes yang telah dilakukan, maka diperoleh perhitungan taraf kesukaran soal seperti pada Tabel 11.


(63)

Tabel 11. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal

No. Tingkat

Kesukaran

Nomor Soal Jumlah Soal

1. Sukar 12, 20 dan 24. 3 soal

2. Sedang 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 21, 22, 23 dan 25.

11 soal 3. Mudah 1, 2, 3, 8, 13, 14, 15, 16, 17, 18,

dan 19.

11 soal Sumber : Hasil Perhitungan Anantes V4.0.9..

Perhitungan taraf kesukaran pada 25 soal yang diujikan kepada sampel di luar kelas penelitian terdapat 3 butir soal bernilai sukar, 11 butir soal bernilai sedang, dan 11 butir soal bernilai mudah.

4. Uji Daya Pembeda Soal

Menurut Suharsimi Arikunto (2009 : 211) daya beda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya beda soal menurut Suharsimi Arikunto (2009 : 213) menggunakan rumus sebagai beikut:

D = Dimana

= =

Keterangan:

D : Indeks diskriminasi satu butir soal

PA : Proporsi kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir soal

yang diolah

PB : Proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir

soal yang diolah

BA : Banyaknya kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir soal


(64)

BB : Banyaknya kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir

soal yang diolah JA : Jumlah kelompok atas

JB: Jumlah kelompok bawah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 12. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Kurang dari 0,20 Buruk

0,21 - 0,40 Sedang

0,41 - 0,70 Baik

0,71- 1,00 Sangat Baik

Bertanda negatif Buruk sekali

Sumber: Suharsimi Arikunto (2008: 223).

Dari hasil perhitungan menggunakan Program ANATES V4.0.9 dapat diketahui hasil daya pembeda soal seperti pada tabel 13.

Tabel 13. Hasil Uji Daya Pembeda Soal

No. Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal

1. Sangat Buruk 5, 9, 10, 19 dan 23 5 soal

Buruk

-2. Sedang 14 dan 18. 2 soal

3. Baik 1, 2, 3, 6, 7, 8, 12, 13, 15, 16, 17, 20, 24 dan 25.

14 soal 4. Sangat Baik 4, 11, 22 dan 23. 4 soal Sumber : Hasil Perhitungan Anantes V4.0.9.

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa terdapat 14 butir soal yang memiliki daya beda yang baik, 2 butir soal yang memiliki daya beda yang cukup, 4 butir soal yang memiliki daya beda sangat baik, dan 5 butir soal memiliki daya beda yang sangat buruk.


(65)

K. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data sampel yang akan di analisis berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan uji

Liliefors dengan melihat nilai Kolmogorov Smirnov yang dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 20 for windows.Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa distribusi data tidak normal apabila nilai signifikansi (Sig) < 0,05 dan jika nilai signifikansi (Sig) > 0,05 maka distribusi data dinyatakan normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui homogenitas siswa. Uji Homogenitas merupakan uji kelompok siswa berasal dari varian yang sama (homogen) atau tidak. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 20 for windows.

2. Uji Hipotesis a. Uji t

Penggunaan uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil penelitian yang telah dilakukan. Berikut adalah rumus penghitungan uji t :


(66)

dengan = ( ) ( )

Keterangan:

= Perbedaaan dua rata-rata

= Rata-rata nilai siswa kelas eksperimen = Rata-rata nilai siswa kelas kontrol = Varians

= Jumlah Siswa Kelas eksperimen = Jumlah siswa kelas kontrol = Varians kelas eksperimen 5 = Varians Kelas kontrol (Sumber: Sudjana, 2005: 239)

Teknik yang digunakan untuk melihat perbedaan pembelajaran geografi dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual adalahindependent sample test dengan bantuan programStatistical Product and Service Solution(SPSS 20).

Untuk dapat menguji dengan uji beda mean(uji t) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data siswa masing-masing kelompok.

b. Menskor setiap data siswa sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat lebih dulu. Merangkum data siswa dalam bentuk tabel.

c. Menentukan skor rata-rata dan standar deviasi dari data yang diperoleh dari masing-masing kelompok dalam bentuk tabel.

d. Uji hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda

mean (uji t) dalam perhitungan digunakan program SPSS 20 dengan kriteria apabila nilai thitung> nilai ttabelmaka Ha diterima dan Ho ditolak, dan sebaliknya


(67)

b. UjiEffect Size

Effect size, yakni perbedaan kejadian efek antara kelompok eksperimental dan kelompok kontrol dalam meta-analisis merupakan gabunganeffect size masing-masing studi yang dilakukan dengan teknik statistika tertentu. Berikut adalah rumus

effect sizemenurut Cohen yang di adopsi Glass:

= Keterangan:

:Effect size

: Nilai rata-rata kelompok percobaan : Nilai rata-rata kelompok pembanding : Simpangan baku kelompok pembanding Tabel 14. InterpretasiEffect Size

NilaiEffect Size Interpretasi

0 < < 0,3 Efek Kecil

0,3 < < 0,5 Efek Sedang


(68)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan signifikan rata-rata hasil belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran geografi yang menggunakan model pembelajaran CTL dan yang menggunakan model konvensional pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung. Siswa yang mengikuti model pembelajaran CTL memiliki nilai rata-rata hasil belajar lebih tinggi siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

2. Ada pengaruh model pembelajaran CTL terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran Geografi, dikategorikan memiliki pengaruh yang sedang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penerapan model pembelajaran CTL dan konvensional maka saran yang dapat dikemukakan yaitu :


(69)

1. Bagi Guru

Guru dapat menggunakan model pembelajaran CTL untuk menjadikan alternatif dalam meningkatkan hasil belajar geografi siswa, dengan memahami bahwa penerapan model pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajar memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.

2. Bagi siswa

Siswa dapat lebih aktif dalam belajar dengan menggunakan model CTL dalam pelajaran sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif, karena dapat menarik siswa untuk dapat memahami materi pelajaran sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.

3. Bagi kepala sekolah

Kepala sekolah diharapkan memotivasi dan memberikan saran kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran CTL dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa.


(70)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011.Pedoman Kuliah Microteching Jurusan/Prodi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamzah B. Uno. 2011.Perencanaan Pembelajaran. PT Bumi Aksara : Jakarta. Juliansyah Noor. 2013.Metodelogi Penelitian. Kencana prenada media group.

Jakarta.

Margono. 2000.Metodelogi Penelitian Pendidikan. PT. Rineka Citra. Jakarta. Ngalimun. 2012.Strategi dan model pembelajaran. Aswaja Pressindo.

Yogyakarta.

Oemar Hamalik. 2011.Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. PT BumiAksara. Jakarta.

Ruseffendi, E. T. 2005. Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru Edisi 5. Tarsito. Bandung.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Slameto, 2003.Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Bandung; Tarsito Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.


(71)

Suharsimi Arikunto. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Sumadi. 2003. Filsafat Geografi.Buku Ajar.FKIP Universitas Lampung. Program Studi Pendidikan Geografi. Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila. Bandar Lampung

Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Aditya Media Publishing. Yogyakarta.

Syaiful Sagala. 2013.Konsep Dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Yatim Riyanto. 2009.Paragdima Baru Pembelajaran. kencana cipta. Jakarta.

Sumber Internet

Anonim. 2013/05/29/model-pembelajaran-ctl-contextual-teaching-learning/ https://kurniawanbudi04.wordpress.com (Diakses pada 8 Maret 2015, Pada Pukul 20 : 30 WIB).

Anonim. Pendekatan-Pembelajaran-Konvensional/ http://www.pusattesis.com (diakses pada tanggal 1 April 2015 pukul 09 : 00 WIB).


(1)

dengan = ( ) ( ) Keterangan:

= Perbedaaan dua rata-rata

= Rata-rata nilai siswa kelas eksperimen = Rata-rata nilai siswa kelas kontrol = Varians

= Jumlah Siswa Kelas eksperimen = Jumlah siswa kelas kontrol = Varians kelas eksperimen 5 = Varians Kelas kontrol (Sumber: Sudjana, 2005: 239)

Teknik yang digunakan untuk melihat perbedaan pembelajaran geografi dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual adalahindependent sample test dengan bantuan programStatistical Product and Service Solution(SPSS 20).

Untuk dapat menguji dengan uji beda mean(uji t) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data siswa masing-masing kelompok.

b. Menskor setiap data siswa sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat lebih dulu. Merangkum data siswa dalam bentuk tabel.

c. Menentukan skor rata-rata dan standar deviasi dari data yang diperoleh dari masing-masing kelompok dalam bentuk tabel.

d. Uji hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda

mean (uji t) dalam perhitungan digunakan program SPSS 20 dengan kriteria apabila nilai thitung> nilai ttabelmaka Ha diterima dan Ho ditolak, dan sebaliknya jika thitung< nilai ttabelmaka Ha tolak dan Ho diterima.


(2)

Effect size, yakni perbedaan kejadian efek antara kelompok eksperimental dan kelompok kontrol dalam meta-analisis merupakan gabunganeffect size masing-masing studi yang dilakukan dengan teknik statistika tertentu. Berikut adalah rumus

effect sizemenurut Cohen yang di adopsi Glass: = Keterangan:

:Effect size

: Nilai rata-rata kelompok percobaan : Nilai rata-rata kelompok pembanding : Simpangan baku kelompok pembanding Tabel 14. InterpretasiEffect Size

NilaiEffect Size Interpretasi

0 < < 0,3 Efek Kecil

0,3 < < 0,5 Efek Sedang


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan signifikan rata-rata hasil belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran geografi yang menggunakan model pembelajaran CTL dan yang menggunakan model konvensional pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandar Lampung. Siswa yang mengikuti model pembelajaran CTL memiliki nilai rata-rata hasil belajar lebih tinggi siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

2. Ada pengaruh model pembelajaran CTL terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran Geografi, dikategorikan memiliki pengaruh yang sedang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penerapan model pembelajaran CTL dan konvensional maka saran yang dapat dikemukakan yaitu :


(4)

Guru dapat menggunakan model pembelajaran CTL untuk menjadikan alternatif dalam meningkatkan hasil belajar geografi siswa, dengan memahami bahwa penerapan model pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajar memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.

2. Bagi siswa

Siswa dapat lebih aktif dalam belajar dengan menggunakan model CTL dalam pelajaran sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif, karena dapat menarik siswa untuk dapat memahami materi pelajaran sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.

3. Bagi kepala sekolah

Kepala sekolah diharapkan memotivasi dan memberikan saran kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran CTL dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011.Pedoman Kuliah Microteching Jurusan/Prodi Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan (FTK). UIN Sunan Gunung Djati

Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamzah B. Uno. 2011.Perencanaan Pembelajaran. PT Bumi Aksara : Jakarta. Juliansyah Noor. 2013.Metodelogi Penelitian. Kencana prenada media group.

Jakarta.

Margono. 2000.Metodelogi Penelitian Pendidikan. PT. Rineka Citra. Jakarta. Ngalimun. 2012.Strategi dan model pembelajaran. Aswaja Pressindo.

Yogyakarta.

Oemar Hamalik. 2011.Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. PT BumiAksara. Jakarta.

Ruseffendi, E. T. 2005. Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru Edisi 5. Tarsito. Bandung.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Slameto, 2003.Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Bandung; Tarsito Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.


(6)

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Sumadi. 2003. Filsafat Geografi.Buku Ajar.FKIP Universitas Lampung. Program Studi Pendidikan Geografi. Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila. Bandar Lampung

Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Aditya Media Publishing. Yogyakarta.

Syaiful Sagala. 2013.Konsep Dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Yatim Riyanto. 2009.Paragdima Baru Pembelajaran. kencana cipta. Jakarta.

Sumber Internet

Anonim. 2013/05/29/model-pembelajaran-ctl-contextual-teaching-learning/ https://kurniawanbudi04.wordpress.com (Diakses pada 8 Maret 2015, Pada Pukul 20 : 30 WIB).

Anonim. Pendekatan-Pembelajaran-Konvensional/ http://www.pusattesis.com (diakses pada tanggal 1 April 2015 pukul 09 : 00 WIB).


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS SMA NEGERI 16 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 5 70

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU, MOTIVASI BELAJAR DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 76

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 71

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII A SMP NEGERI 3 TUMIJAJAR TAHUN AJARAN 2014/2015

3 16 60

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KALIREJO

0 5 53

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 58

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG

2 17 74

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X SMK GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

0 5 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 8 51

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN AJARAN 2013/2014

3 16 92