Dengan hasil tersebut diketahui bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu yang terdiri dari variable harga saham BNI L_BNI, harga
saham BMRI L_BMRI, harga saham BRI L_BRI, tingkat inflasi INF, nilai tukar riil terhadap dolar Amerika L_KURS, suku bunga SBI IR, dan jumlah
uang yang beredar L_MS stasioner pada tingkat level. Terlihat dari secara mutlak, nilai ADF dari seluruh variabel pada tingkat level lebih kecil dari nilai
kritis MC. Kinnon pada taraf nyata 1 persen.
5.2. Bank Negara Indonesia BNI
5.2.1. Uji Normalitas
Menurut Sarwoko 2005, uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah error term
terdistribusi secara normal atau tidak. Uji ini disebut Jarque-Bera Test dilakukan jika sampel yang digunakan dalam penelitian kurang dari 30. Dengan
rumus Jarque-Bera: JB = [N6] [S
2
+ K-3
2
4 ] ......................................8
dimana :
N = jumlah sample S
2
= skewness kemencengan K = kurtosis kelantipan
Dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : error term terdistribusi normal,
H1 : error term tidak terdistribusi normal,
jika statistik Jarque-Bera χ
2
dengan derajat kebebasan 2, dapat disimpulkan bahwa error term terdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan
diketahui bahwa nilai statistik Jarque-Bera adalah sebesar 0,577297 lebih kecil dari nilai Chi-Square sebesar 9,21, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan
tingkat keyakinan 99 persen maka dapat dikatakan error term untuk persamaan ini terdistribusi normal Lampiran 3.
5.2.2. Kriteria Ekonometrika
Multikolinearitas adalah suatu hubungan linear yang kuat antara variabel- variabel independen Sarwoko, 2005. Uji multikolinearitas dilakukan dengan
melihat correlation matrix, jika korelasi antar variabel independen dalam persamaan regresi kurang dari 0,8 rule of tumbs 0.8, dapat dikatakan bahwa
dalam model tidak terdapat gejala multikolinearitas. Berdasarkan uji yang dilakukan terlihat bahwa tidak ada gejala multikolinearitas Tabel 6.
Tabel 6. Uji Multikolinearitas, Autokorelasi, dan Heteroskedastisitas BNI
L_BNI INF
L KURS IR
L MS L BNI
1.000000 -0.290059
-0.152312 -0.767537
-0.679619 INF
-0.290059 1.000000
-0.085867 0.361611
0.360178 L
KURS -0.152312 -0.085867 1.000000 -0.211749
0.251732 IR
-0.767537 0.361611
-0.211749 1.000000
0.797537 L MS
-0.679619 0.360178
0.251732 0.797537
1.000000 Prob. ObsR-squared
LM Test 0.044612
Prob. ObsR-squared White Heteroskedasticity
0.407364 Sumber : Hasil Olahan
Autokorelasi merupakan pelonggaran asumsi klasik yang menyatakan bahwa dalam pengamatan-pengamatan yang berbeda tidak terdapat korelasi antar
error term Sarwoko, 2005. Untuk mendeteksi adanya serial correlation, dilakukan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test, dengan prosedur
sebagai berikut: H0 : tidak ada serial correlation,
H1 : ada serial correlation, jika probability P-Value
α, artinya tidak ada serial correlation. Pada taraf nyata satu persen, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengalami gejala
autokorelasi, hal ini disebabkan karena persamaan indeks harga saham BNI memiliki nilai probabilitas ObsR-Squared sebesar 0,04.
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi berganda terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Dari hasil analisa dideteksi persaman indeks harga saham BNI memiliki nilai probabilitas ObsR-Squared sebesar 0,40,
artinya pada taraf nyata satu persen persamaan ini tidak mengalami heteroskedastisitas.
Berdasarkan kriteria ekonometrika, dapat disimpulkan bahwa persamaan pertama dimana indeks harga saham BNI digunakan sebagai variabel dependen
dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi BLUE Best Linear Unbiased Estimator
atau tidak ada pelanggaran asumsi OLS, baik multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
5.2.3. Kriteria Statistik