Inflasi Nilai Tukar Sektor Ekonomi Makro

4.1.1. Inflasi

Stabilnya nilai tukar rupiah menjadi pendukung utama kecenderungan penurunan inflasi tahun 2002 dan 2003. Laju inflasi tahun 2003 tercatat sebesar 5,1 persen, lebih rendah dibanding tahun 2002 sebesar 10 persen. Ditinjau dari faktor yang mempengaruhinya, trend penurunan laju inflasi antara lain lebih disebabkan oleh kecenderungan menurunnya harga-harga dunia yang tercermin dari terjadinya deflasi dan relatif rendahnya tingkat inflasi beberapa negara mitra dagang utama, seperti Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, dan Taiwan Lampiran 4 merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi rendahnya laju inflasi. Sedangkan dari sisi internal, penurunan inflasi dikarenakan oleh relatif stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dengan kecenderungan yang semakin menguat, cukup terkendalinya jumlah uang beredar, serta tidak adanya gangguan yang cukup berarti di sisi penawaran barang dan jasa di dalam negeri . Pada tahun 2004 hingga 2005 terjadi kenaikan laju inflasi, hal ini disebabkan karena adanya langkah-langkah pemerintah dan Bank Indonesia baik di bidang moneter, fiskal, maupun kebijakan sektor riil. Kenaikan laju inflasi pada tahun 2004-2005 terutama disebabkan kenaikan harga BBM sebagai dampak dari kenaikan harga minyak dunia dan besarnya defisit anggaran yang harus ditanggung oleh pemerintah. Kenaikan BBM pada akhirnya berdampak pada kenaikan harga di semua sektor terutama sektor transportasi Laporan bulanan ekonomi, moneter dan perbankan, Juni 2005. Tingkat Inflasi 2 9,3 12,6 10 5,1 6,4 17,11 5 10 15 20 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Gambar 11. Perkembangan inflasi Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005

4.1.2. Nilai Tukar

Perkembangan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menunjukkan kecenderungan menguat selama tahun 2002 dan 2003. Faktor utama yang mendorong menguatnya nilai tukar rupiah adalah aliran dana masuk dari luar negeri berupa divestasi aset-aset pemerintah dan pembelian obligasi dalam negeri oleh asing. Faktor lain yang mendukung penguatan rupiah adalah menariknya suku bunga riil dalam negeri yang lebih tinggi dibandingkan suku bunga luar negeri. Terjadi pelemahan nilai tukar pada tahun 2004 hingga 2005, dipicu oleh faktor internal dan eksternal. Di sisi internal, pelemahan rupiah tidak terlepas dari kondisi defisit neraca pembayaran yang semakin membesar. Peningkatan defisit tersebut disebabkan antara lain oleh peningkatan permintaan valuta asing valas domestik guna memenuhi kebutuhan impor maupun pembayaran utang luar negeri yang belum dapat diimbangi oleh peningkatan pasokan valas dari hasil ekspor dan Foreign Direct Investment . Di sisi eksternal, meningkatnya laju inflasi Amerika mendorong penguatan mata uang US dollar secara global rupiah terdepresiasi. Selain itu, meningkatnya harga minyak dunia Lampiran 4 turut memberi dampak negatif terhadap mata uang negara-negara net-oil importer termasuk Indonesia Laporan bulanan ekonomi, moneter, dan perbankan, Juni 2005. Gambar 12. Pertumbuhan nilai tukar kurs Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005

4.1.3. Suku Bunga SBI