2.3.3 Peran Perawat Dalam Melapor Kepada Dokter Jika Ada Tanda dan Gejala Infeksi
Infeksi nosokomial dapat terjadi secara sisitemik dan lokal. Tanda dan gejala infeksi dapat berupa adanya merah dan bengkak pada daerah yang terinfeksi, nyeri
dan ada drainase atau lesi. Pada saat mengkaji perawat menggunakan sarung tangan. Infeksi sistemik terjadi setelah pengobatan infeksi lokal gagal. Infeksi sisitemik
menimbulkan gejala yang lebih besar lagi misalnya pembengkakan kelenjar limfe, hilangnya nafsu makan. mual dan muntah Potter Perry, 2005.
Perawat melakukan pengkajian terhadap tanda dan gejala infeksi nosokomial yang terjadi pada pasien. Bila ditemukan tanda dan gejala infeksi atau masalah-
masalah lain yang berkaitan dengan status kesehatan pasien, perawat melaporkan hal– hal tersebut kepada dokter Potter Perry, 2005.
Bila proses penyakit atau organisme penyebab penyakit sudah teridentifikasi, dokter dapat lebih efektif meresepkan pengobatan terhadap situasi tersebut, misalnya
dengan pemberian antibiotik yang spesifik untuk mikroorganisme penyebab infeksi. Sehingga masalah-masalah atau tanda dan gejala infeksi pasien dapat teratasi atau
diminimalkan Potter Perry, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Peran Perawat Dalam Melakukan Isolasi Terhadap Pasien Dengan Penyakit Menular.
Pasien tertentu mungkin memerlukan tindakan pencegahan khusus untuk membatasi penularan organisme yang berpotensi menginfeksi kepada pasien lain.
Kewaspadaan isolasi direkomendasikan tergantung pada cara penularannya. Penularan infeksi menurut WHO 2002, dapat melalui:
a Airborne infeksi: infeksi biasanya terjadi melalui saluran pernapasan, dengan agen ini dalam aerosol ukuran partikel 5 µm.
b Infeksi droplet: droplet yang menular ukuran partikel 5 µm. c Infeksi melalui kontak langsung atau tidak langsung: infeksi terjadi melalui
kontak langsung antara sumber infeksi dan kontak tidak langsung melalui terkontaminasi benda.
Menurut WHO 2002, isolasi dan pencegahan penularan infeksi berdasarkan pada standar yang ada, meliputi:
a Standar rutin tindakan pencegahan yang harus diikuti perawat untuk merawat semua pasien.
Standar rutin tindakan pencegahan diterapkan untuk perawatan semua pasien. ini termasuk membatasi perawat kontak dengan sekret atau
cairan biologis, lesi kulit, mukosa membran, dan darah atau cairan tubuh. Perawat harus memakai sarung tangan, masker, dan gaun setiap kontak yang
dapat menyebabkan kontaminasi.
Universitas Sumatera Utara
Standar tindakan pencegahan terhadap semua pasien menurut WHO
2002 :
1 Cuci tangan segera setelah kontak dengan materi infeksi. 2 Teknik meminimalkan sentuhan dengan materi infeksi.
3 Pakailah sarung tangan ketika kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, membran mukosa dan barang-barang yang terkontaminasi.
4 Cuci tangan segera setelah melepas sarung tangan. 5 Semua benda tajam harus ditangani dengan sangat hati-hati.
6 Bersihkan segera tumpahan bahan infeksi. 7 Pastikan bahwa peralatan perawatan pasien, perlengkapan dan linen yang
terkontaminasi dengan bahan infektif dibuang, atau didesinfeksi atau disterilisasi pada setiap penggunaan kepada pasien.
8 Pastikan penanganan limbah yang baik. 9 Jika tidak ada mesin cuci yang tersedia untuk linen kotor dengan materi
infektif, linen dapat direbus. Pertimbangan untuk pakaian pelindung meliputi:
1 Gaun: harus dari bahan yang bisa dicuci, dapat di kancing atau diikat di belakang, jika perlu dengan celemek plastic.
2 Sarung tangan: sarung tangan plastik yang tersedia dan biasanya cukup. 3 Masker: masker bedah yang terbuat dari kain atau kertas dapat digunakan
untuk melindungi dari percikan.
Universitas Sumatera Utara
b Standar tindakan pencegahan untuk pasien tertentu. 1 Tindakan pencegahan berikut digunakan untuk pasien selain yang
dijelaskan di atas: Tindakan pencegahan melalui udara ukuran partikel5 µm misalnya TBC, cacar air, campak. Berikut ini diperlukan:
- ruangan perawatan dengan ventilasi yang cukup, pintu ditutup,
setidaknya pertukaran udara per jam. -
perawat mengenakan masker di ruangan pasien. -
pasien tetap berada di dalam ruangan perawatan. 2 Tindakan pencegahan terhadap droplet ukuran droplet 5 pm misalnya
bakteri meningitis, difteri, virus saluran pernapasan. Prosedur berikut diperlukan:
- Ruangan perawatan sendiri untuk pasien, jika tersedia.
- Masker bagi pekerja perawatan kesehatan.
- Sirkulasi terbatas bagi pasien, pasien memakai masker bedah jika
meninggalkan ruangan. 3 Tindakan pencegahan untuk pasien dengan infeksi enterik dan diare yang
tidak dapat dikendalikan, atau lesi kulit yang tidak dapat diatasi. Prosedur berikut diperlukan :
- Pasien ditempatkan pada ruang perawatan sendiri jika tersedia;
penggabungan pasien jika memungkinkan.
Universitas Sumatera Utara
- Perawat memakai sarung tangan saat memasuki ruangan; gaun
pelindung khusus untuk merawat pasien yang beresiko terkontaminasi.
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, dan
meninggalkan ruangan. -
Membatasi gerakan pasien di luar ruangan. -
Pembersihan lingkungan san peralatan, disinfeksi, dan sterilisasi. 4 Isolasi dibutuhkan untuk merawat pasien dengan risiko infeksi yang
sangat berbahaya dimana dapat menularkan melalui berbagai cara. Prosedur meliputi :
- Pasien ditempatkan ruang isolasi jika memungkinkan.
- Masker, sarung tangan, gaun pelindung, topi, mata perlindungan
bagi semua memasuki ruangan. -
Cuci tangan saat masuk dan keluar dari ruangan pembakaran jarum, jarum suntik.
- Desinfeksi instrumen medis.
- Pembersigan kotoran, cairan tubuh, sekresi cairan tubuh.
- Desinfeksi linen.
- Membatasi pengunjung dan staf.
- Desinfeksi harian dan desinfeksi terminal.
- Menggunakan peralatan sekali pakai.
Universitas Sumatera Utara
- Pengambilan spesimen pasien dan carlabor pengiriman ke
laboratorium Menurut Potter dan Perry 2005, bila ruangan isolasi tidak tersedia
tempatkan pasien dalam satu kamar dengan pasien yang menderita infeksi dengan mikroorganisme yang sama. Bila ruangan tidak tersedia dan
pengelompokkan tidak mungkin, pertahankan pemisahan minimal dengan jarak 1 meter antara pasien yang terinfeksi dan pasien-pasien lain dan juga
dengan pengunjung. Jika pasien yang diketahui dan diduga terkena infeksi saluran pernafasan harus menggunakan masker pada saat keluar dari
kamar.
2.3.5 Peran Perawat Dalam Membatasi Paparan Pasien Terhadap Infeksi yang Berasal Dari Pengujung Dan Peralatan Diagnosis
Sumber infeksi nosokomial mungkin pasien, petugas rumah sakit, atau bisa juga tamu. Mereka mungkin sudah terkena penyakit, berada dalam masa inkubasi
tidak ada gejala, atau dapat juga berupa karier kronis Tietjen, 2004. Sasaran penjamu yang sensitif adalah pasien, petugas rumah sakit, dan bisa
juga tamu yang dating membawa infeksi. Daya tahan tubuh masing-masing berbeda, ada yang kebal, ada yang menjadi karier tanpa gejala, ada yang langsung terkena
infeksi dan sakit Tietjen, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Pengunjung harus menggunakan alat pelindung ketika memasuki ruang perawatan khusus seperti masker, gaun pelindung, sarung tangan untuk mencegah
penularan infeksi. Salah satu cara lain adalah dengan membatasi jumlah pengunjung. Dengan membatasi jumlah pengunjung berarti mengurangi resiko terjadinya
penularan infeksi Tietjen, 2004.
2.3.6 Peran Perawat Dalam Mempertahankan Keamanan Peralatan dan Perlengkapan Perawatan Dari Penularan Infeksi Nosokomial.
Pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi yang tepat terhadap alat-alat yang terkontaminasi dapat mengurangi bahkan memusnahkan mikroorganisme. Di sentral
perawatan kesehatan dilakukan desinfeksi dan mensucikan barang-barang yang dapat digunakan kembali.
a Pembersihan Pembersihan dilakukan untuk membuang semua material asing seperti
kotoran dan materi organik dari suatu objek Rutala, dalam Potter Perry, 2005. Biasanya pembersihan dilakukan dengan menggunakan air dan cara
mekanis dengan atau tanpa detergen. Objek menjadi terkontaminasi bila kontak dengan sumber infeksi, maka bila objek tersebut merupakan objek
sekali pakai, objek tersebut langsung dibuang. Sedangkan untuk objek yang dapat digunakan kembali harus dibersihkan, didesinfeksi atau disterilisasi
sebelum digunakan kembali Potter Perry, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan peralatan dan perlengkapan perawatan pasien seperti stetoskop, sfigmomanometer, termometer yang dipakai bersama oleh pasien
harus dibersihkan dan didesinfeksi sebelum digunakan oleh pasien yang lainnya Potter Perry, 2005.
Bila membersihkan darah, materi fekal, mucus atau pus, perawat menggunakan masker, kacamata pelindung dan sarung tangan sebagai
pelindung terhadap organisme infeksi. Sikat berbulu padat dan deterjen atau sabun dibutuhkan untuk pembersihan Potter Perry, 2005.
Langkah berikut ini menjamin bahwa suatu objek disebut bersih: 1 Cuci objek atau benda yang terkontaminasi dengan air dingin yang
mengalir untuk membuang materi organik. Jangan menggunakan air panas karena dapat menyebabkan materi organik berkoagulasi dan menempel
pada objek, sehingga sulit untuk dibuang. 2 Setelah dibilas, cuci objek dengan sabun dan air hangat. Sabun dan
detergen memiliki kandungan desinfektan yang dapat membunuh kuman patogen pada objek. Gunakan sikat untuk membuang kotoran atau materi
pada objek yang susah dibersihkan sehingga kotoran mudah dibuang. 3 Bilas objek dengan air hangat.
4 Keringkan objek kemudian lakukan desinfeksi dan sterilisasi. 5 Bersihkan sarung tangan dan bak tempat objek diletakkan untuk
desinfeksi dan sterilisasi.
Universitas Sumatera Utara
b Disenfeksi
Disenfeksi merupakan proses yang digunakan untuk memusnahkan
semua mikroorganisme pada suatu objekbenda, tanpa membunuh spora bakteri Rutala, dalam Potter Perry, 2005. Biasanya dilakukan dengan
mengguanakan desinfeksi kimia atau pasteurisasi basah digunakan untuk peralatan terapi pernafasan. Contoh desinfektan adalah alcohol, klorin,
glutaraldehid, dan fenol. Desinfeksi biasanya dilakukan pada pakaian, linen, tempat tidur, pispot, benda yang tidak dapat disterilkan dengan menggunakan
campuran zat kimia cair atau pasteurisasi basah Potter Perry, 2005. c Sterilisasi
Sterilisasi merupakan proses yang dipakai untuk memusnahkan seluruh mikroorganisme beserta sporanya Potter Perry, 2005. Sterilisasi
dapat dilakukan dengan cara fisika ataupun kimia dengan cara pemanasan, pemberian zat kimia , radiasi atau filtrasi penyaringan. Di rumah sakit alat
dan bahan yang sering digunakan adalah autoklaf uap dibawah tekanan, gas etilon oksida EO, dan cairan kimia. Sterilisasi panas dapat dipakai untuk
mensterilakan alat-alat bedah, dan perlengkapan dari kain. Sebelum disterilkan terlebih dahulu dicuci hingga bersih. Sterilisasi panas dapat
dilakukan dengan memakai udara kering, uap air, atau air panas. Otoklaf adalah salah satu alat yang dipakai dalam sterilisasi panas. Sterilisasi dengan
menggunakan air panas dengan cara merebus alat-alat operasi dapat dilakukan bila otoklaf tidak ada Potter Perry, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Acuan dasar metode sterilisasi menurut WHO 2002 meliputi : 1 Sterilisasi dengan pemanasan
- Sterilisasi basah: rebus dengan air pada suhu 121
o
C selama 30 menit, atau suhu 134
o
C selama 13 menit dalam autoklaf; suhu 132
o
C selama 18 menit untuk prion. -
Sterilisasi kering: panaskan di suhu 160
o
C selama 120 menit, atau di suhu 170
C selama 60 menit; proses sterilisasi ini sering dianggap kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan sterilisasi
basah, khususnya untuk perangkat medis yang berongga. 2 Sterilisasi dengan bahan kimia
- Sterilisasi dengan Etilen oksida dan formaldehid sudah tidak
dipakai di banyak negara kerena karena menyimpan dan mengandung emisi gas rumah kaca.
- Asam perasetik banyak digunakan di Amerika Serikat dan negara-
negara lain dalam sistem pengendalian otomatis.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peran perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial. Dalam gambar ini terlihat bahwa peran perawat
dalam pengendalian infeksi nosokomial dikategorikan baik, cukup, dan kurang. Maka dapat digambarkan sebagai berikut :
Skema 3.1 Kerangka penelitian peran perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial
Peran perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial :
- Menjaga kebersihan rumah sakit;
- Pemantauan teknik aseptik dan
Baik penggunaan alat pelindung diri;
- Melaporkan kepada dokter jika
Cukup ada tanda dan gejala infeksi;
- Melakukan isolasi pasien dengan
Kurang penyakit menular
- Membatasi paparan pasien terhadap
infeksi yang berasal dari pengunjung, staf, pasien dan peralatan;
- Mempertahankan keamanan
peralatan terhadap infeksi nosokomial WHO, 2002
Universitas Sumatera Utara