BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan sumber daya manusia SDM yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan pembangunan
nasional untuk menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur. Kualitas SDM diukur dari kecerdasan, kematangan emosi, kemampuan berkomunikasi, serta
keyakinan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Roesli, 2000. Setiap wanita dilengkapi dengan kodrat yang dimulai dari masa akil balig
yaitu menstruasi, beranjak dewasa dan menikah. Wanita juga dilengkapi dengan kemampuan untuk mengandung, melahirkan serta diberi kemampuan untuk dapat
menyusui sampai mengalami menopause. Banyak hal yang membuat kita kagum terhadap-Nya, dikarenakan sebuah keunikan tiada tara mulai dari sifat, perilaku,
bahkan siklus metabolisme Aulia, 2009. Kodrat yang diberikan kepada wanita ini ditandai oleh perangkat reproduksi
yang dimillikinya, yakni rahim dan semua bagiannya untuk tempat tumbuh kembang janin selama di dalam kandungan dan payudara untuk dapat menyusui bayinya
ketika sudah dilahirkan. Artinya semua wanita berpotensi untuk menyusui bayinya, sama dengan potensinya untuk dapat mengandung dan melahirkan Perinasia, 2004.
Menyusui merupakan kewajiban bagi setiap ibu yang telah melahirkan seorang bayi. Menyusui merupakan wujud kasih sayang yang diberikan seorang ibu
kepada bayinya. Dengan menyusui, berarti ibu sudah memberikan hal yang sangat berharga kepada bayinya Prasetyono, 2010.
Universitas Sumatera Utara
ASI adalah nutrisi sempurna untuk bayi dan mendekatkan hubungan emosi antara ibu dan bayi. ASI juga memberikan perlindungan karena ASI bermanfaat
memperkuat imunitas alami bayi yang baru lahir. Hasil penelitian menunjukan bahwa bayi yang diberi ASI secara khusus akan terlindungi dari serangan penyakit
sistem pernapasan dan pencernaan. Hal ini zat-zat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan langsung untuk melawan serangan penyakit Novianti,
2009. ASI memiliki khasiat yang besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau
yang bersedia memberikan ASI selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia WHO. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan indonesia
pada tahun 2007, diketahui bahwa angka pemberian ASI turun dari 40 mejadi 39, sedangkan penggunaan susu formula meningkat 3 kali lipat. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa alasan. Antara lain karna pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tata laksana rumah sakit yang salah dalam hal teknik
menyusui Roesli, 2000. Pemberian ASI serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang
dapat diandalkan untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Selain ibu akan mendapatkan proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan
perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupanya Roesli, 2000.
Teknik menyusui merupakan cara dimana ibu memberikan ASI kepada bayinya. Teknik menyusui ini berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam
memberikan ASI. Keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis, yang dilakukan sejak masa kehamilan. Persiapan ini sangat berarti karena keputusan atau
sikap ibu yang positif terhadap pemberian ASI harus sudah terjadi saat kehamilan
Universitas Sumatera Utara
atau bahkan jauh sebelumnya. Sikap ibu terhadap pemberian ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adat, kebiasaan, kepercayaan tentang menyusui di daerah
masing-masing Perinasia, 2004. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemberian ASI di tempat pelayanan ibu
bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter. Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan
penyusuan dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu
mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini Perinasia, 2004. Berdasarkan hasil penelitian Sri M 2006, di Bidan praktek swasta Desa
Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang dengan jumlah penelitian 45 responden. Sampel diambil dari total populasi dengan desain yang digunakan adalah
cross sectional survey. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar cukup baik, untuk sikap ibu tentang cara
menyusui yang benar sebagian besar positif. Dari hasil uji Chi-Square ada hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui yang benar dan nilai uji
tersebut 0,000 nilai ini α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
yang dapat diartikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
Hasil penelitian Dhames Angsuko 2009, di BPS Yuda Yulia Klaten dengan jumlah responden 50 orang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan
antara pengetahuan dengan pelaksanaan menyusui dalam pemberian ASI. Dari dasil uji Spearman rank didapat hasil koefisien korelasi sebesar 0,544. Dimana nilai t
hitung t table 4,4922,021 . Karena nilai koefisien korelasi bertanda positif maka
Universitas Sumatera Utara
ada hubungan yang positif yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang cara menyusui semakin baik pula pelaksanaan pemberian ASI.
Apabila teknik menyusui tidak benar, dapat menyebabkan putting lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi akan jarang menyusu. Bila bayi jarang
menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Namun seringkali ibu-ibu kurang
mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan teknik menyusui yang benar Roesli, 2005.
Berdasarkan uraian diatas sebagai upaya untuk lebih mengetahui dan lebih memahami tingkat pemberian ASI yang diberikan ibu pada bayinya. Maka peneliti
mencoba membahasnya dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul Hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI
di Klinik bersalin Niar Medan Tahun 2013.
1.2 Perumusan Masalah