5. Proses Terbentuknya ASI
a.
Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut offerent dibawa ke hipotalamus di
dasar otak, lalu memasuki hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi
berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi intensitas dan lamanya bayi mengisap.
b.
Refleks Aliran
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi pada saat menyusui selain mempengaruhi oleh hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitoksin. Dimana
setelah oksitoksin dilepas kedalam darah akan mengacuh otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli,
duktus sinus menuju puting susu. Refleks Let Down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi ataupun tanda-tanda lain dari Let
Down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaaan ibu Prasetyono, 2009.
6. Aspek-Aspek Keunggulan ASI
a. Aspek Gizi
Kolostum mengandung protein, vitamin A yang tinggi mengandung karbohidrat dan rendah lemak, sehingga sesuai kebutuhan gizi bayi pada hari-hari
pertama kelahiran. Kolostrum akan membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama bewarna hitam kehijauan.
Kolostrum memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari ASI matang atau matur. Tapi kandungan lemak dan laktosa gula darah lebih rendah dari ASI matur.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu kolostrum juga mengandung vitamin, seperti vitamin A, B6, B12, C, D dan K dan mineral, terutama zat besi dan kalsium. Komposisi seperti itu sangat tepat
untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi baru lahir. Sama halnya dengan ASI matur juga mengandung enzim-enzim pencernaan yang belum mampu diproduksi oleh
tubuh bayi, seperti protease untuk menguraikan protein, lipase untuk menguraikan karbohidrat. Ini membantu kolostrum mudah sekali dicerna oleh sistem pencernaan
bayi yang memang belum sempurna Prasetyono, 2009. b.
Aspek Psikologis Pemberian ASI pada bayi memberikan rasa percaya diri ibu untuk menyusui
dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui juga dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi sehingga meningkatkan produksi hormon,
terutama oksitoksin yang pada akhirnya akan meningatkan produksi ASI. Pertumbuhan dan perkembangan psikologis bayi tergantung pada kesatuan ibu dan
kasih sayang ibu pada bayi yang terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan
kulit skin to skin contact. Bayi akan merasa aman dan puas karena merasakan
kehangatan tubuh dan mendengar denyut ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih berada dalam rahim.
c. Aspek kecerdasan
Interaksi ibu dan bayi juga kandungan nilai gizi dalam ASI. Sangat diperlukan untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa Intelligent Questient IQ pada bayi yang diberi ASI adalah 4,3 poin lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 poin lebih tinggi pada usia tiga
tahun, dan 8,3 poin lebih tinggi usia 8,5 tahun dibanding bayi yang tidak diberi ASI.
Universitas Sumatera Utara
d. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap, dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
e. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, maka ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur empat bulan. Ibu bisa menghemat
pengeluaran rumah tangga karena tidak perlu membeli susu formula dan peralatannya.
f. Aspek Penundaan Kehamilan
Menyusui secara eksklusif bisa menunda haid dan kehamilan sehingga dapat digunakan sebagai kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai metode
amenorae laktasi Prasetyono, 2009.
7. Tanda bayi mendapat ASI dalam jumlah cukup