Beberapa Pengertian dalam Program Linier

Solusi optimum untuk kasus diatas adalah pada titik C perpotongan antara kendala 2 dan kendala 3. 20 � 1 + 16 � 2 = 1600 × 6 120 � 1 + 96 � 2 = 9600 24 � 1 + 30 � 2 = 2400 × 5 120 � 1 + 150 � 2 = 1200 -54 � 2 = −2400 � 2 = 4009 20 � 1 + 16 ∙ 4009 = 1600 � 1 = 4009 Z=1704009+19040090=16000

2.6.1 Beberapa Pengertian dalam Program Linier

a. Feasible Solution Feasible Solution adalah suatu solusi yang memenuhi seluruh pembatas yang ada pada persoalan tersebut. b. In Feasible Solution In Feasible Solution berarti tidak ada titik-titik yang secara serentak memenuhi semua kendala dalam masalah tersebut. Contoh: : = 10 � 1 + 8 � 2 Dengan kendala: 8 � 1 + 10 � 2 40 2 � 1 12 � 2 5 � 1 , � 2 Model di atas dapat ditunjukkan dengan grafik pada gambar 2.6 Universitas Sumatera Utara � 2 6 2 5 3 4 3 2 1 1 � 1 1 2 3 4 5 6 Gambar 2.7 Grafik In Feasible Solution Daerah yang diarsir merupakan daerah hasil. Berdasarkan gambar terlihat bahwa tidak ada daerah yang tidak melanggar salah satu dari tiga batasan tersebut. Sehingga tidak ada daerah yang layak. c. Optimal Solution Optimal Solution adalah feasible solution yang memberikan nilai terbaik bagi fungsi tujuannya. Terbaik diartikan sebagai nilai terbesar apabila fungsi tujuannya maksimasi, dan diartikan sebagai nilai terkecil apabila fungsi tujuannya minimasi. Pada gambar 2.5 titik C memberikan nilai terbesar dibandingkan titik O, A, B dan C. d. Multiple Optimal Solution Multiple Operation Solution terjadi jika fungsi tujuan pada lebih satu titik optimal. Misalnya bila contoh pada Gambar 2.5 fungsi tujuannya semula : = 170 � 1 + 190 � 2 berubah menjadi = 100 � 1 + 80 � 2 , maka akan terdapat Multiple Optimal Solution yang akan ditunjukkan oleh grafik pada gambar 2.7. Universitas Sumatera Utara � 2 120 100 F 80 E A B G 1 60 C 40 20 2 3 D H 20 40 60 80 100 � 1 Gambar 2.8 Grafik Multiple Optimal Solution Daerah feasible dan optimal berimpit dengan batasan dua. Hal ini berarti bahwa titik B dan titik C serta titik-titik yang ada di sepanjang garis tersebut mempunyai nilai Z yang sama dan optimal. Multiple optimal solution akan memberikan keluwesan dalam memilih solusi bagi pengambil keputusan. e. Boundary Equation Boundary Equation terjadi apabila ada kendala dengan tanda sama dengan. f. Corner Point Feasible Solution Corner Point Feasible Solution adalah solusi layak yang terletak pada perpotongan antara dua garis. Pada gambar 2.5 titik tersebut adalah titik O, A, B, C dan D. g. Corner Point Infeasible Solution Corner Point Infeasible Solution adalah titik pada perpotongan dua garis diluar daerah layak. Pada gambar 2.5 titik tersebut adalah E, F, G dan H. h. No Optimal Solution No Optimal Solution terjadi apabila suatu masalah tidak mempunyai penyelesaian optimal. Universitas Sumatera Utara Hal tersebut disebabkan oleh : 1. Tidak ada feasible solution lihat gambar 2.6. 2. Ada batasan yang tidak membatasi besar nilai Z. Contoh yang disebabkan faktor ke-2 adalah sebagai berikut: : = 10 � 1 + 8 � 2 Dengan kendala � 1 4 2 � 1 10 � 1 , � 2 Batasan tersebut dapat ditunjukkan dengan grafik berikut: � 1 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 Gambar 2.9 Grafik No Optimal Solution Pengambilan waktu percepatan crash yang optimal dengan pendekatan Program Linier. Jika � = waktu untuk kejadian i � = waktu untuk kejadian j � = waktu untuk kejadian pada simpul terakhir m = waktu normal untuk aktivitas → = waktu chrashing aktivitas → � = kemungkinan maksimum pengurangan waktu untuk aktivitas → karena crashing maksimum Universitas Sumatera Utara = biaya untuk aktivitas normal → = untuk aktivitas normal → dengan crashing = slope biaya untuk aktivitas → Model umum program linier untuk jaringan ini adalah = � . Untuk kendala yang menjelaskan struktur jaringan dimulai dari event i dengan asumsi bahwa � = 0. Untuk event berikutnya � − � + � � − � + � � − � + � −1 Selanjutnya dengan menggunakan metode simpleks dapat diperoleh jawaban optimalnya. Pendekatan program linier terhadap jaringan kerja dapat dimodelkan kedalam bentuk program linier. Jika dianggap � adalah waktu kejadian simpul terakhir dalam jaringan diatas, yaitu pada simpul m, maka fungsi objektif dapat dinyatakan sebagai Min Z = � . Selanjutnya dikembangkan hambatan model tersebut. Maka ditentukan waktu untuk aktivitas → sebagai . Kumpulan hambatan yang menyatakan kondisi ini adalah � − � . Maka model umum program linier untuk jaringan ini dapat dirangkum sebagai = � . Dengan kendala: � − � untuk seluruh aktivitas → � , � Diketahui: � = waktu kejadian pada simpul i � = waktu kejadian pada simpul j = waktu aktivitas → = simpul terakhir dalam jaringan Universitas Sumatera Utara 2.5.2 Metode Simpleks Apabila suatu masalah program linier hanya mengandung dua kegiatan variabel- variabel keputusan saja, maka dapat diselesaikan dengan metode grafik. Bila terdapat lebih dari dua variabel maka metode grafik tidak dapat digunakan lagi, sehingga diperlukan metode simpleks. Metode ini lazim dipakai untuk menentukan kombinasi dari tiga variabel atau lebih. Masalah program linier yang melibatkan banyak variabel keputusan dapat dengan cepat dipecahkan dengan bantuan komputer. Bila variabel keputusan yang dikandung tidak terlalu banyak, masalah tersebut dapat diselesaikan dengan suatu algoritma yang biasanya sering disebut metode tabel simpleks. Disebut demikian karena kombinasi variabel keputusan yang optimal dicari dengan menggunakan tabel- tabel. Tabel 2.2 Bentuk Tabel Simpleks 1 … … Jawab Basis Variabel Basis Harga Basis � 1 … � … � � 1 1 11 … 1 … 1 1 � 1 … … � 1 … … − = imbalan 1 − 1 … − … − Sebelum menyelesaikan suatu tabel simpleks terlebih dahulu menginisialisasikan dan merumuskan suatu persoalan keputusan ke dalam model matematika persamaan linier, dengan cara mengkonversikan semua ketidaksamaan menjadi persamaan. Agar persamaan garis memenuhi persyaratan pada daerah kelayakan feasible maka untuk model program linier diubah menjadi suatu model yang sama dengan menambahkan variabel slack, surplus dan variabel buatan Universitas Sumatera Utara artificial variable pada tiap batasan constraint serta member harga nol pada setiap koefisien c. Batasan dapat dimodifikasi sebagai berikut: 1. Untuk batasan bernotasi dapat dimodifikasikan pada bentuk persamaan dengan menambahkan variabel slack kedalamnya. 2. Untuk batasan bernotasi dapat dimodifikasikan pada bentuk persamaan dengan mengurangi variabel suplus dan kemudian menambahkan variabel buatan artificial variable kedalamnya. 3. Untuk batasan bernotasi = diselesaikan dengan menambahkan variabel buatan artificial variable kedalamnya. Dengan penambahan variabel buatan ini akan merusak sistem batasan, hal ini dapat diatasi dengan membuat suatu bilangan besar M sebagai harga dari variabel buatan dalam fungsi tujuan. Jika persoalan maksimasi maka dibuat –M sebagai harga, dan jika persoalan minimasi dibuat +M sebagai harga dari variabel buatan. Cara pendekatan ini dikenal dengan metode M besar Big M Method. Perhatikan contoh di bawah ini. Bentuk umum . = 7 � 1 + 3 � 2 Kendala: 4 � 1 + 6 � 2 36 7 � 1 + 5 � 2 = 35 8 � 1 + 4 � 2 32 � 1 , � 2 Bentuk standar persoalan di atas menjadi: . = 7 � 1 + 3 � 2 Kendala: 4 � 1 + 6 � 2 + 1 = 36 7 � 1 + 5 � 2 + 1 = 35 8 � 1 + 4 � 2 − 2 + 2 = 32 � 1 , � 2 Dengan teknik M persamaan di atas menjadi . = 7 � 1 + 3 � 2 + 1 + 2 Kendala: 4 � 1 + 6 � 2 + 1 = 36 Universitas Sumatera Utara 7 � 1 + 5 � 2 + 1 = 35 8 � 1 + 4 � 2 − 2 + 2 = 32 � 1 , � 2 , 1 , 2 , 1 , 2 1. Nilai 1 digantikan dari fungsi kendala kedua. 1 = 35 − 7� 1 − 5� 2 1 berubah menjadi 35 − 7� 1 − 5� 2 = 35 − 7 � 1 − 5 � 2 2. Nilai 2 digantikan dari fungsi kendala kedua. 2 = 32 −8� 1 − 4� 2 + 2 2 berubah menjadi 32−8� 1 − 4� 2 + 2 = 32 − 8 � 1 − 4 � 2 + 2 3. Fungsi tujuan berubah menjadi . = 7 � 1 + 3 � 2 + 35 − 7 � 1 − 5 � 2 + 32 − 8 � 1 − 4 � 2 + 2 = 7 − 15 � 1 + 3 − 9 � 2 + 2 + 67 Lakukan langkah-langkah penyelesaian dengan metode simpleks. Tabel awal hingga tabel optimal persoalan dapat dilihat pada tabel berikut: Fungsi tujuan berubah menjadi bentuk implisit dengan jalan menggeser semua � kekiri. = 7 − 15 � 1 + 3 − 9 � 2 + 2 + 67 berubah menjadi − 7 − 15 � 1 − 3 − 9 � 2 − 1 = 67 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Simpleks Awal Basis Z � 1 � 2 1 1 2 2 Solusi Z 1 15M-7 9M-3 -M 67M 1 4 6 1 36 1 7 5 1 35 2 8 4 -1 1 32 Untuk persoalan dengan fungsi maksimasi, nilai Z dapat diperbaiki dengan meningkatkan nilai � 1 dan � 2 pada persamaan Z menjadi tidak negatif. Untuk itu pilih kolom pada baris fungsi tujuan yang mempunyai nilai negatif terbesar, gunakan kolom ini sebagai entering variabel. Jika ditemukan lebih dari satu nilai negatif angka terbesar pilihlah salah satu, sebaliknya jika tidak ditemukan nilai negatif berarti solusi sudah optimal. Sebaliknya untuk kasus minimasi, pilihlah kolom pada baris fungsi tujuan yang nilainya positif terbesar. Jika tidak ditemukan nilai positif berarti solusi telah optimal. Leaving variable dipilih dari rasio yang nilainya positif terkecil. Rasio diperoleh dengan cara membagi nilai solusi dengan koefisien pada entering variabel yang sebaris. = Jika tidak ada elemen yang nilainya positif dalam kolom kunci, maka persoalan tidak memiliki pemecahan. Tabel 2.4 Iterasi 0 Entering Coloumn Basis Z � 2 1 1 2 2 Solusi Rasio Z 1 15M-7 9M-3 -M 67M - 1 4 6 1 36 9 1 7 5 1 35 7 8 4 -1 1 32 4 Persamaan pivot Elemen Pivot Universitas Sumatera Utara Kolom pada entering variable dinamakan entering coloumn dan baris yang berhubungan dengan leaving variable dinamakan persamaan pivot. Elemen pada perpotongan entering coloumn dan persamaan pivot dinamakan element pivot. Persamaan pivot baru = persamaan pivot lama : elemen pivot Karena leaving variablenya 2 dan entering variablenya � 1 , maka gantilah basis 2 dengan � 1 . Persamaan baru = persamaan lama – koefisien kolom entering × persamaan pivot baru. Persamaan dapat diperoleh sebagai berikut: Tabel 2.5 Iterasi 1 Basis Z � 1 1 1 2 2 Solusi Rasio Z 1 3M+12 7M-78 -15M-78 7M+28 - 1 4 1 ½ -12 20 3 32 1 78 -78 7 65 � 1 1 ½ -18 18 4 95 Langkah selanjutnya dapat dilakukan seperti di atas hingga diperoleh hasil optimal. Tabel 2.6 Iterasi 2 Basis Z � 1 � 2 1 1 2 2 Solusi Rasio Z 1 -M-13 -76 -M+76 773 - 1 1 -83 -116 116 43 253 � 2 1 23 712 712 143 - � 2 1 -13 -512 512 53 1 Pada iterasi 2 nilai Z telah tercapai kondisi optimal karena nilai pada garis fungsi tujuan tidak ada yang negatif. Diperoleh nilai � 1 = 5 3 ; � 2 = 14 3 ; 1 = 4 3 = 773 Universitas Sumatera Utara

2.5.3 LINDO