Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”. 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Apakah perputaran modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari perputaran modal kerja yang terdiri dari
perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Bagi penulis
Menambah wawasan penulis tentang pengaruh antara perputaran modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
b. Bagi pihak lain
Sebagai bahan informasi, referensi, perbandingan dalam kegiatan selanjutnya mengenai modal kerja dan pengaruhnya terhadap
profitabilitas. c.
Bagi Investor dan Masyarakat Sebagai sumber informasi dan dapat membantu investor dan
masyarakat dalam melakukan kegiatan investasi di sektor
pertambangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1. Pengertian Modal Kerja
Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan
baku, membayar gaji pegawai, membayar upah tenaga kerja langsung, membayar hutang dan lain-lain. Keunggulan uang tunai kas akan menyebabkan perusahaan
tidak mampu membayar kewajiban jangka pendek, sedangkan kekurangan persediaan akan menyebabkan perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan
karena calon pembeli tidak jadi membeli produk perusahaan. Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi
manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan Syahyunan 2004:36. Manajemen modal kerja yang efektif menjadi sangat
penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan
meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang
cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah: a.
Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih
Universitas Sumatera Utara
besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
b. Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva
lancar. c.
Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber hutang, perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban
keuangannya pada saat jatuh tempo. Modal kerja mengandung dua pengertian, yaitu gross working capital
yang merupaka keseluruhan dari aktiva lancar, dan net working capital yang merupakan selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Berkaitan dengan
pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan beberapa konsep, yaitu: a.
Konsep Kuantitatif Modal kerja menurut konsep kuantitatif didasarkan pada kuantitas dana
yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, sekali berputar akan kembali ke dalam bentuk semula dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto gross working capital.
b. Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan
tanpa menunggu likuiditasnya, yaitu merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut
modal kerja neto net working capital.
Universitas Sumatera Utara
c. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep fungsional berdasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam
periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan pada periode tersebut dan ada sebagian dana lainnya yang
digunakan selama periode tersebut namun tidak seluruhnya digunakan dalam menghasilkan pendapatan pada periode berikutnya. Dalam konsep
ini dikenal modal kerja potensial, yaitu modal kerja yang menghasilkan pendapatan dari perusahaan yang bersangkutan.
2.1.2 Elemen Modal Kerja
Adapun elemen-elemen pembentuk modal kerja adalah meliputi kas, piutang dan persediaan Van Horne, 2005:313.
a. Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya yang berarti semakin besar jumlah yang
dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Tetapi suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena
adanya kas dalam jumlah yang banyak mencerminkan adanya overinvestment dalam kas atau banyak uang yang menganggur dan berarti bahwa perusahaan
kurang efisien dalam pengelolaan kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh profit yang lebih besar namun suatu perusahaan yang hanya mengejar
keuntungan tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Universitas Sumatera Utara
b. Piutang
Dalam rangka usaha memperbesar volume penjualannya kebanyakan perusahaan menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera
menghasilkan penerimaan kas tetapi menimbulkan piutang langganan dan baru kemudian pada hari jatuh temponyaterjadi aliran kas masuk cash inflows yang
berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian maka piutang receivables merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul akibat dari
pelaksanaan politik penjualan kredit Riyanto, 2008: 85. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya
dengan kredit. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang serta evaluasi
terhadap politik kredit yang dijalankan oleh perusahaan. c.
Persediaan Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja
merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar dimana secara terus- menerus mengalami perubahan Riyanto, 2008: 69. Masalah investasi dalam
inventory merupakan masalah pembelanjaan aktif seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya. Masalah penentuan besarnya investasi atau lokasi modal
dalam inventory berpengaruh langsung terhadap profitabilitas pada perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory persediaan akan
menekan keuntungan. Adanya investasi dalam persediaan yang terlalu besar dibandingkan
dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya
Universitas Sumatera Utara
penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian akibat kerusakan dan turunnya kualitas sehingga semua itu akan memperkecil
profitabilitas. Demikian juga sebaliknya adanya investasi yang terlalu kecil dalam persediaan akan berakibat menekan profitabilitas karena persediaan.
2.1.3 Perputaran Modal Kerja
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Perputaran modal
kerja dimulai pada saat arus keluar dana diinvestasikan ke dalam unsur-unsur modal kerja sampai masuk kembali menjadi kas berikutnya. Periode perputaran
modal kerja adalah rata-rata dana terikat dalam modal kerja selama satu proses produksi. Periode terikatnya modal kerja tergantung tingkat perputaran modal
kerja dan periode perputaran modal kerja merupakan salah satu faktor untuk menentukan besarnya kebutuhan modal kerja perusahaan. Semakin pendek waktu
perputaran modal kerja berarti semakin cepat perputaran modal kerja. Sebaliknya semakin panjang waktu perputaran modal kerja berarti semakin lambat perputaran
modal kerja.
2.1.4 Rasio Modal Kerja
Menurut Sawir 2005: 144, rasio-rasio modal kerja terdiri dari: a.
Kecukupan Aktiva Lancar 1.
Rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar current ratio Current Ratio =
Rasio yang rendah merupakan indikasi bahwa perusahaan mungkin tidak dapat membayar tagihan-tagihannya pada masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Rasio yang tinggi mungkin mengindikasikan jumlah aktiva lancar yang berlebihan.
2. Rasio aktiva lancar terhadap total aktiva
Current Assets to Total Assets Ratio = Rasio yang rendah mungkin menunjukkan kurangnya penjualan kredit
piutang yang rendah atau kurangnya dukungan untuk produksi dengan persediaan yang cukup. Rasio yang tinggi mungkin
mengindikasikan kebijakan pengumpulan piutang yang buruk atau persediaan yang besar.
3. Rasio aktiva lancar terhadap penjualan
Quick Assets to Revenue Ratio = b.
Kecukupan Quick Assets 1.
Rasio quick assets terhadap kewajiban lancar quick ratio Quick Ratio =
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar tagihan tanpa bergantung pada penjualan persediaannya.
2. Rasio quick assets terhadap total aktiva
Quick Assets to Total Assets Ratio = Rasio ini menunjukkan besar kas dan piutang dalam bauran total
aktivanya.
Universitas Sumatera Utara
3. Rasio quick assets terhadap penjualan
Quick Assets to Revenues Ratio = Rasio ini memperlihatkan kecukupan kas dan piutang apabila
penjualan meningkat. Rasio ini juga menunjukkan kas dan piutang yang berlebihan bila penjualan menurun.
c. Kecukupan Kas
1. Rasio kas terhadap kewajiban lancar cash ratio
Cash Ratio = Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi
utang-utang tepat pada waktunya. 2.
Rasio kas terhadap total aktiva Cash to Total Assets =
Rasio ini merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap.
3. Rasio kas terhadap penjualan
Cash to Revenues Ratio = Rasio ini mengukur kecuupan kas dibandingkan dengan kegiatan
operasinya. d.
Arus Dana Dari Persediaan 1.
Perputaran persediaan dalam kas inventory turnover in cash Inventory Turnover in Cash =
Universitas Sumatera Utara
Rasio ini mengukur berapa kali dalam 1 tahun sebuah perusahaan menghasilkan penjualan yang sama dengan saldo persediaannya.
Perputaran 12:1 berarti penjualan 1 bulan sama dengan saldo persediaan.
2. Perputaran persediaan dalam unit inventory turnover in units
Inventory Turnover in Units = Rasio ini mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan
berputar dalam suatu periode tertentu. e.
Exposure Dari Kewajiban Lancar 1.
Rasio total aktiva terhadap kewajiban lancar total assets to current liabilities ratio
Total Assets to Current Liabilities Ratio = Rasio ini mengukur porsi dari aktiva yang didanai oleh utang jangka
pendek. 2.
Rasio Ekuitas terhadap kewajiban lancar Total Equity to Current Liabilities Ratio =
3. Rasio HPP terhadap utang dagang COGS to accounts payable ratio
COGS to Account Payables Ratio = f.
Kecukupan Modal Kerja 1.
Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih Total Assets to Net Working Capital Ratio =
Universitas Sumatera Utara
Rasio yang tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas, sedangkan rasio yang rendah mengindikasikan tingkat likuiditas yang
tinggi. 2.
Rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih Current Liabilities to Net Working Capital Ratio
=
Rasio ini merupakan ekspresi alternatif dari current ratio. Bila current ratio rendah, rasio ini akan tinggi, mengindikasikan likuiditas rendah.
Bila rasio ini rendah, current ratio akan tinggi, mengindikasikan likuiditas tinggi.
3. Perputaran modal kerja revenues to net working capital ratio
Working Capital Turnover = Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar
atas kewajiban lancar. Rasio yang tinggi mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional, sedangkan rasio yang
rendah menunjukkan likuiditas yang tinggi.
2.1.5 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan
perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan
Universitas Sumatera Utara
antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting
yang perlu mendapatkan perhatian penganalisa di dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan modal kerja dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang dipergunakan dalam operasi. Oleh karena itu keuntungan
yang besar tidak menjamin atau bukan merupaka ukuran bahwa perusahaan profitable, karena bagi manajemen atau pihak lain profitabilitas yang tinggi lebih
penting daripada keuntungan yang besar.
2.1.6 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh
manajemen. Rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah Syahyunan, 2004:83:
a. Gross Profit Margin
Mengukur efesiensi pengendalian harga pokok biaya produksi, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara
efisien. b.
Operating Profit Margin Mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjualan.
Universitas Sumatera Utara
c. Net Profit Margin
Mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan.
d. Return on Investment
Menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.
e. Return on Equity
Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Siswanto 2001 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur PMA
dan PMDN yang Go-Publik di Bursa Efek Jakarta”. Berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap model yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa
terdapat perbedaan tingkat profitabilitas, cash turnover, leverage ratio, working capital turnover dan current ratio antara perusahaan PMA dan PMDN. Di
samping itu diperoleh juga hasil bahwa perputaran piutang dan perputaran persediaan terbukti tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik. Dari hasil
analisis melalui persamaan regresi yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa enam variabel independen yang diduga mempengaruhi tingkat
profitabilitas perusahaan-perusahaan public industri manufaktur selama tahun 1999, ternyata secara simultan berpengaruh signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Dari keenam parameter variabel independen yang dimasukkan model ternyata hanya leverage ratio yang signifikan untuk sampel perusahaan PMA dan
PMDN. Hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen perusahaan mengutamakan jumlah proporsi hutang dan struktur modalnya, karena dengan
jumlah hutang yang besar diharapkan akan memperoleh tingkat pengembalian keuntungan yang besar pula. Tiga variabel bebas cash turnover, current ratio,
dan leverage ratio ditemukan berhubungan dengan tingkat profitabilitas perusahaan, walaupun untuk variabel cash turnover dan current ratio tidak cukup
tinggi tingkat hubungannya dengan r = 0,333 dan 0,439. Hal ini memperkuat makna bahwa hanya tingkat hutang yang lebih diutamakan oleh perusahaan PMA
maupun PMDN. Dari semua temuan yang didapat pihak manajemen perusahaan PMA dan
PMDN sama-sama lebih mengutamakan modal dari luar dalam rangka mencapai tingkat keuntungan yang diinginkan, tetapi perusahaan PMA mampu lebih efisien
dalam kas sehingga mempunyai tingkat likuiditas lebih tinggi. Terbukti dengan mean rank cash turnover dan current ratio 33,04 dan 34,16 yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan PMDN 23,96 dan 22,84. Firnady 2007 melakukan penelitian dengan judul penelitian “Analisis
Hubungan Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada PT Pola Indah Gas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian hipotesis terhadap variabel working
capital turnover, total assets turnover, current ratio membuktikan bahwa variabel ini memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kemampuan
memperoleh laba pada PT Pola Indah Gas. Dengan demikian maka dapat diambil
Universitas Sumatera Utara
kesimpulan bahwa bila kemampulabaan PT Pola Indah Gas meningkat, maka working capital turnover, total assets turnover, current ratio juga akan
meningkat. Pengujian hipotesis terhadap variabel receivables turnover, membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan terhadap kemampuan
memperoleh laba pada PT Pola Indah Gas. Koefisien korelasi dari rasio ini bertanda negatif artinya setiap ada kenaikan dari receivables turnover akan
mengakibatkan turunnya kemampuan memperoleh laba pada PT Pola Indah Gas dan sebaliknya jika receivables turnover turun, maka ROI akan mengalami
kenaikan pada PT Pola Indah Gas.
2.3 Kerangka Konseptual