Olahraga dan politik studi kasus peran pemerintah dalam konflik persatuan sepakbola seluruh Indonesia(PSSI)

(1)

OLAHRAGA DAN POLITIK

STUDI KASUS PERAN PEMERINTAH DALAM KONFLIK PERSATUAN SEPAKBOLA SELURUH INDONESIA (PSSI)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

AGAM DLIYA ULHAQ NIM :106033201157

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H / 2013 M


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

ABSTRAKSI

Skripsi yang berjudul Olahraga dan Politik, Studi Kasus Peran Pemerintah dalam Konflik PSSI, diangkat dari pengamatan penulis terhadap fenomena yang terjadi dalam kekisruhan organisasi PSSI yang terjadi mulai tahun 2010- 2013 yang membuat masyarakat pecinta sepakbola dan pelaku sepakbola cemas dengan keberadaan konflik tersebut, karena melibatkan beberapa tokoh politik, pengusaha dan lain-lain. Konflik semakin berkembang yang akhirnya mengorbankan prestasi Indonesia, kekalahan demi kekalahan dialami tim nasional Indonesia dan Indonesia pada saat itu berada di urutan 170 rangking FIFA. Pemerintah mengambil beberapa kebijakan dalam mengatasi konflik PSSI namun ada hambatan antara lain Statuta FIFA yang melarang keterlibatan pihak luar dalam mengatasi urusan assosiasi. Disisi lain pemerintah juga mempunyai aturan dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang mengatur peran pemerintah dalam dunia keolahragaan. Sikap kurang kooperatif PSSI dengan pemerintah menjadikan konflik semakin tajam dan banyak pihak-pihak yang akhirnya tidak puas dengan kepengurusan PSSI membuat kompetisi tandingan PSSI yaitu LPI yang dibentuk oleh pengusaha Arifin Panigoro,berlanjut dengan kisruh pemilihan ketua umum PSSI, konflik KPSI dan PSSI.

Konflik yang berkepanjangan dan berlarut-larut dan ancaman sanksi FIFA semakin dekat membuat pemerintah melakukan tindakan intervensi secara langsung yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik PSSI. Banyak langkah yang dilakukan pemerintah mulai dari pembekuan fasilitas pemerintah kepada PSSI pada periode Nurdin Halid. Proses abritasi oleh Komite Normalisasi dan Komite Banding PSSI yang melibatkan pemerintah. Terakhir konflik PSSI versus KPSI yang berakhir tanggal 17 maret dalam KLB (Kongres Luar Biasa) PSSI yang diinsiasi oleh Menteri Pemuda dan Olahraga.Skripsi ini menggunakan teori konflik karena teori tersebut berkaitan dengan fokus masalah yaitu peran pemerintah dalam konflik PSSI. Penulis menggunakan metode penelitian kulaitatif dan analisis deskripstif.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang selalu mencurahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada para hamba yang serius

dalam urusan dunia dan akhiratnya. Dialah source of all my power dalam penulisan

skripsi ini. Sholawat dan salam tetap terlimpahkan untuk junjungan Nabi agung

Muhammad SAW sebagai penebar cinta dan kasih sayang pada semua makhluk yang dinantikan syafa’atnya di hari kiamat nanti.

Rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis berikan untuk kedua

orang tua penulis Abdul Wahib dan Dra. Nihlatin Nisa, kakek penulis KH. Multazam, bapak Anwar, paman dan bibi penulis Anisatin Nufus, Lailatin Na’ma dan Ahmad Chotib, yang tak pernah lelah mendoakan dan memotivasi penulis

selama ini dan seterusnya yang selalu sabar merawat dan membimbing penulis,

semoga Allah SWT selalu menurunkan segala rahmat, ampunan dan syurga-nya

untuk mereka di sini (dunia) dan di sana nanti (akhirat). Saudara penulis Dzihan

Khilmi Ayu Firdausi, Ghulam Zaki NF, Rizkia Dinul Ulya F, Aulia Ulfiana F, Ath’aul Malikul Haq yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim yaitu menuntut

ilmu.

Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. DR. Komarudin Hidayat.

MA

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(7)

vi

3. Bapak. Dr. Ali Munhanif selaku Ketua Prodi Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak M. Zaki Mubarak, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Dosen Pembimbing Bapak Dr. Ali Munhanif atas bimbingannya dalam

penyelesaian skripsi ini.

6. Dosen Penguji Skripsi Bapak Zaki Mubarak dan Ibu Suryani, yang memberi

banyak masukan tentang skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis. Staf Akademik Fakultas

yang selalu siap membantu mahasiswa.

8. Staf kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga bapak Ardiansyah Nico yang membantu penulis dalam mengembangkan skripsi.

9. Seluruh teman-teman yang tak pernah lelah untuk membantu dan memotivasi dalam meneyelasikan skrpisi (M. Thoriq, Fikri Adrian, Ridho Abdi Winahyu S.Sos, Ihwanuddin S. Sos, Mayang Widya Putri, Syifa Resky F, Silmi NF, Lina S. S.Sos)

10.Keluarga Taekwondo Modus Club. Baik pengurus pelatih, atlit, senior, junior dan siswa keluarga Modus Club. Keluarga besar M-Academy para Pelatih (Sabeum Nim Ardiansyah Nico, Sabeum Nim Iptu. Ali Musofa.ST.MM, Sabeum Nim Novian Alim), orang tua dan atlit M-Academy (Ibu Rennisa, Ibu Asnaria Hutapea, Rizki Adimas, Raja Naliansyah, Okki Setiawan, Gunawan, Syahril Akmal, Rizkia, Rouline, Aulia, Annisa, Bagas, Meiditha dan lain-lain). Keluarga besar Teater El-Na’ma. Keluarga Besar Taekwondo UTI Pro Bangka


(8)

Belitung. Dan yang terakhir semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga segala bentuk bantuan dan kontribusi yang diberikan dinilai ibadah oleh Allah SWT, Jazakumullahu Khairal Jaza. Amiin

Jakarta, 03 Desember 2013


(9)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Tinjauan Pustaka ... 10

E. Metodologi Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

Teori Konflik ... 14

A. Definisi Konflik ... 15

B. Jenis Konflik ... 21

C. Karakteristik Konflik ... 24

D. Penyebab dan Pendukung Terjadinya Konflik ... 24


(10)

F. Penanganan Konflik ... 28

BAB III PROFIL ASSOSIASI SEPAKBOLA DAN KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA ... 36

A. Sejarah Sepakbola ... 37

1. Sejarah Sepakbola Dunia ... 37

2. Sejarah Sepakbola Indonesia ... 39

B. Profil FIFA (Federation International Football Assosiation) 41

1. Sejarah FIFA... 42

2. Assosiasi ... 43

3. Wewenang FIFA... 44

C. Profil PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) ... 48

1. Sejarah PSSI ... 48

2. Perkembangan PSSI ... 51

3. Kontroversi PSSI ... 53

D. Profil Kementerian Pemuda dan Olahraga ... 58

1. Sejarah Kementerian Pemuda dan Olahraga ... 58

2. Wewenang Kementerian Pemuda dan Olahraga ... 59

BAB IV KRONOLOGI KONFLIK DAN PERAN PEMERINTAH DALAM KONFLIK PSSI ... 62

A. Periode Nurdin Halid (2003-2011) ... 67

B. Periode Komite Normalisasi (2011) ... 83


(11)

x

D. Proses Penyelesaian Konflik PSSI dan KPSI ... 93

E. Babak Akhir Konflik PSSI dan KPSI ... 100

BAB V PENUTUP ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 106


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang

Dalam sistem demokrasi sebuah bangsa selalu dihadapkan oleh

peristiwa-peristiwa politik dan kepentingan yang akhirnya berbuah menjadi konflik. Adapun

peristiwa tersebut seringkali berdampak pada perkembangan masyarakat, tidak

terkecuali dalam dunia olahraga salah satunya adalah sepakbola. Alasan sepakbola

sarat kepentingan karena saat ini sepakbola menjadi sebuah kekuatan yang sangat

dahsyat. Sepakbola bukan hanya sekedar permainan saja tetapi sudah mulai

merasuk ke bidang politik, ekonomi, teknologi informasi dan hiburan. Sepakbola

adalah olahraga yang paling digemari masyarakat dunia, hampir setiap

pertandingan euforia penggemar terhadap tim yang dibelanya sangat terlihat.

Dikarenakan banyak kepentingan kemudian memancing konflik yang terjadi di

dalam olahraga paling digemari di dunia tersebut.

Di Indonesia menjadi sebuah headline di berita tentang konflik yang terjadi

dalam kubu PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) baik konflik yang

berasal dari dalam atau luar organisasi PSSI. PSSI yang sejatinya sebagai

pemegang amanah tertinggi sepakbola Indonesia dan organisasi kemasyarakatan

dan independen yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan yang

berlaku di Indonesia dan berdasarkan statuta FIFA yang bersifat internasional,

bertugas mengembangkan dan mempromosikan sepakbola secara terus menerus,


(13)

2

Indonesia dengan semangat fair play. Pada kenyataanya berkembang menjadi

konflik yang sarat kepentingan berbagai pihak baik secara politik, bisnis ataupun

kekuasaan dan mempengaruh prestasi Indonesia anjlok bahkan kalah 10-0

melawan Bahrain dalam pertandingan Pra Piala Dunia.1 Perkembangan konflik

sepakbola menjadikan Indonensia sebagai satu-satunya negara di dunia yang

memiliki dua tim nasional dan dua Liga sepakbola yang membuat konflik semakin

berkepanjangan prestasi timnas merosot tajam. Banyaknya tekanan masyarakat dan

pecinta sepakbola akhirnya memaksa pemerintah turun tangan mengatasi dan

memediasi konflik yang berkepanjangan tersebut. Namun, hal tersebut

dihalang-halangi oleh PSSI karena berlawanan terhadap statuta FIFA yang mengakibatkan

PSSI akan di hukum FIFA karena keterlibatan pihak luar termasuk pemerintah

dalam urusan rumah tangga PSSI. Sikap tidak kooperatif PSSI dengan pemerintah

menyebabkan memanasnya hubungan kedua belah pihak.

FIFA (Federation International Football Assosiation) memiliki aturan

tersendiri dalam mengatur organisasinya. Pada Statuta FIFA pasal 13 tentang

kewajiban anggota, huruf G disebutkan bahwa seluruh anggota FIFA harus selalu

melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi secara independen, dan wajib

memastikan bahwa seluruh aktivitas organisasi tidak diintervensi atau bebas dari

campur tangan pihak ketiga. To manage their affairs independently and ensure that

their own affairs are not influenced by any third parties.2 Kewajiban menjaga

independensi organisasi itu kembali ditekankan pada statuta FIFA pasal 17 ayat

1

Lihat, http://sport.detik.com/sepakbola/read/2012/ 0 /29/203916/1854953/76/indonesia-dipermalukan-bahrain-0-10 (diakses tanggal 7 Mei 2013) pukul 18.00 WIB.

2


(14)

dua tentang independensi anggota FIFA. Pada ayat ini diatur bahwa Setiap

anggota harus mengelola semua urusannya secara independen dan tanpa pengaruh

dari pihak ketiga. “Each Member shall manage its affairs independently and with no influence from third parties”.3

Berdasarkan statuta FIFA tentu bertolak belakang dengan apa yang terjadi

di dalam konflik di tubuh PSSI. Pihak ketiga atau pihak di luar organisasi PSSI

sangat terlihat perannya di dalam saga PSSI. Pemerintah terlibat dan berperan

sentral dalam konflik PSSI. Periode Andi Malarangeng dan Roy Suryo menjabat

sebagai Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga) yang aktif melibatkan diri dalam

konflik PSSI. Berdasarkan statuta FIFA maupun electoral code FIFA, intervensi

pemerintah terhadap proses pelaksanaan kongres PSSI maupun permasalahan di

dalam PSSI dapat menyebabkan FIFA menjatuhkan sanksi pembekuan

keanggotaan. Sebab, sesuai pasal-pasal tersebut, intervensi itu telah mengakibatkan

terganggunya independensi PSSI. Dalam electoral code FIFA pada bagian prinsip,

kewajiban dan hak-hak pihak, campur tangan pemerintah.

Karena adanya pelanggaran atas azas independensi itulah, maka

berdasarkan statuta FIFA, PSSI dapat dihukum pembekuan sementara keanggotan

FIFA. Pada pasal 14 ayat satu Statuta FIFA disebutkan bahwa, Kongres FIFA

bertanggung jawab untuk membekukan status keanggotaan. Komite Eksekutif

FIFA dapat membekukan anggota yang melanggar kewajiban secara serius dan

berulang-ulang dengan sanksi pembekuan segera berlaku efektif. “The congress is responsible for suspending a Member. The Executive Committee may, however,

3


(15)

4

suspend a Member that seriously and repeatedly violates its obligations as a Member with immediate effect”.4

Dampak bagi PSSI bila status keanggotannya dibekukan oleh FIFA adalah

Berdasarkan Statuta FIFA pasal 14 ayat tiga ditentukan bahwa anggota FIFA yang

telah dibekukan akan kehilangan hak-hak keanggotaannya. Selain itu, anggota

FIFA yang lainnya dilarang melakukan hubungan olahraga maupun kompetisi

dengan anggota yang sedang dibekukan keanggotaannya. Komite Disiplin FIFA

dapat mengenakan sanksi lebih lanjut terhadap anggota yang dibekukan maupun

anggota lain yang melakukan hubungan olahraga atau kompetisi dengan anggota

tersebut. “A suspended Member shall lose its membership rights. Other Members may not entertain sporting contact with a suspended Member. The Disciplinary Committee may impose further sanctions”.5

Jika status keanggotannya dibekukan, otomatis PSSI tidak dapat mengikuti

agenda-agenda kompetisi resmi yang dilaksanakan sesuai kalender yang diakui

atau dilaksanakan oleh FIFA. Pembekuan tersebut berlaku sampai PSSI telah dapat

memenuhi kewajiban mereka. “Members which do not participate in at least two of all FIFA competitions over a period of four consecutive years shall be suspended from violating at the Congress until they have fulfilled their obligations in this respect”.

Di sisi lain pemerintah Indonesia mempunyai landasan tersendiri dalam

terlibat dalam kisruh organisasi PSSI dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005

4

Statuta FIFA pasal 14 ayat 1. 5


(16)

menjelaskan bahwa peran pemerintah dan kewajiban pemerintah dalam sistem

keolahragaan nasional seperti yang disebutkan pada Pasal 13 ayat 1: Pemerintah

mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina, mengembangkan,

melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan secara nasional.

Undang-undang tersebut bersebrangan dengan Statuta FIFA karena wakil FIFA di

negara bukanlah pemerintah melainkan Assosiasi Sepakbola, di Indonesia diwakili

oleh PSSI. Nurdin Halid menggunakan statuta FIFA untuk membatasi peran

pemerintah terlibat dalam konflik PSSI yang menyebabkan berlarut-larutnya

proses penyelesaian kisruh PSSI. Pemerintah beranggapan bahwa, pemerintah

harus ikut terlibat karena dalam program kerja PSSI masih menggunakan fasilitas

negara dan menggunakan APBN dan APBD.

Konflik yang berkepanjangan memaksa pemerintah turun tangan mengatasi

konflik tersebut, walaupun dalam statuta FIFA pemerintah tidak diperkenankan

pihak selain organisasi untuk ikut campur dan mengintervensi PSSI. Menpora Andi

Malarangeng dan Roy Suryo memberanikan diri dalam mengatasi konflik karena

bependapat kalau tidak diselesaikan maka PSSI pun akan dibekukan dan hanya

menunggu waktu lebih baik pemerintah intervensi langsung dan mencari solusi

terbaik untuk mengatasi konflik PSSI.6

FIFA mengetatkan peraturan tersebut karena sepakbola dianggap menjadi

olahraga dunia dan di penjuru dunia sepakbola merupakan olahraga tradisional

walalupun akhirnya Inggris diklaim menjadi negara asal sepakbola. Menghindari

6

Lihat, http://makassar .tribunnews.com /2013/01/11/menpora-sebut-dua-pengusaha- besar-penyebab-konflik-pssi (diakses tanggla 5 mei 2013) pukul 15.30 WIB.


(17)

6

politisasi olahraga dan menjunjung tinggi sportifitas merupakan alasan utama FIFA

untuk menegakkan peraturan tersebut. Statuta tersebut tentu sulit dijalankan

dijalankan oleh negara dunia ketiga seperti Indonesia dan negara yang lain berbeda

dengan negara-negara di Eropa. Indonesia merupakan negara yang berkembang

dan baru terlepas dari bayang-bayang Orde Baru. Contoh kasus Nurdin Halid yang

mampu memimpin PSSI dalam beberapa periode walaupun terjerat hukum yang

berlanjut menjadi konflik besar PSSI yang menyebabkan merosotnya prestasi Tim

Nasional merupakan contoh bahwa di Indonesia Assosiasi sepakbola Indonesia

belum bisa mandiri, maka diperlukan peran pemerintah didalamnya dalam

mengawasi peran PSSI. PSSI dan klub di Indonesia juga masih menggunakan dana

APBN dan APBD dalam menjalankan kompetisi berbeda dengan negara-negara

Eropa yang mengelola sepakbola secara professional tanpa menggunakan dana dan

fasilitas pemerintah.

Dari beberapa pemaparan di atas dijelaskan membuktikan bahwa konflik

PSSI bukan hanya konflik internal PSSI, tapi melibatkan banyak tokoh nasional.

Pertanyaan yang timbul adalah mengapa banyak pihak yang mempunyai obesesi

kuat untuk menguasai PSSI? Apakah pihak yang berkonflik bertujuan untuk

perkembangan sepakbola Indonesia untuk berprestasi di tingkat internasional atau

ada udang di balik batu perlu dipertanyakan. Ternyata di sepakbola juga sama

dengan politik, praktik korupsi dan politisasi juga terjadi di dalam PSSI jadi

semakin tinggi oknum yang berkepentingan memimpin PSSI semakin mudah


(18)

Berbeda dengan korupsi politik, korupsi sepakbola mecakup beberapa

faktor seperti judi bola melalui pengaturan skor akhir, permainan terkait transfer

pemain ke klub lain, di tingkat internasional melalui cara suap tuan rumah

kompetisi sepakbola atau pemilihan ketua FIFA dan perangkat dibawahnya dan

pemilihan tuan rumah kompetisi internasional, suap perangkat pertandingan seperti

wasit dan badan pengawas pertandingan. Dalam praktek politik terjadi seperti

halnya pemilik PSM Makassar yang menyebrang dari LSI (Liga Super Indonesia)

ke LPI (Liga Premier Indonesia) karena pihak yang bersangkutan pindah dari

partai Golongan Karya ke partai Demokrat. Pernyataan Nurdin Halid yang

mengatakan keberhasilan Timnas Indonesia di Piala AFF karena jasa Partai

Golongan Karya, dan banyak contoh yang lain. Di internasional politisasi

digunakan beberapa penguasa diktator untuk pencitraan dirinya. Piala dunia 1978

di Argentina yang pada saat itu terjadi pro kontra pemilihan Argentina sebagai tuan

rumah karena terjadinya kudeta politik yang dilakukan oleh militer terhadap

presiden Isabel Martina de Peron. Pada saat itu dinyatakan 30.000 aktivis

dinyatakan tewas di tangan Jendral Jorge Rafael Videla dan banyak contoh yang

lain.Untuk mengetahui dan memahami lebih jelas apa yang terjadi dalam konflik

PSSI di atas dan seberapa besar pengaruh, peran pemerintah dan campur tangan

pemerintah dalam konflik PSSI dengan ketatnya peraturan FIFA tentang peran

pemerintah atau pihak ketiga untuk terlibat dalam asosiasi, namun pemerintah tetap

dapat terlibat dan berperan dalam menyelesaikan konflik PSSI yang merupakan

langkah yang beresiko bagi persepakbolaan Indonesia. Namun, disisi lain FIFA


(19)

8

mengancam akan menghukum PSSI bila masalah tersebut tidak terselesaikan

sampai batas waktu yang ditentukan. Pemerintah yakin kebijakan intervensi

adalah yang terbaik bagi masa depan sepakbola Indonesia dengan berbagai cara

dan agenda untuk menyelesaikan konflik. Untuk lebih memperdalam pembahasan

di atas seperti peran pemerintah dalam mengatasi kasus dan beberapa kronologi

konflik yang terjadi dalam kubu PSSI maka penulis menulis skripsi dengan judul:

Olahraga dan Politik studi kasus Peran Pemerintah dalam Konflik PSSI. B. Perumusan Masalah

Pada perkembangan persepakbolaan Indonesia penulis melihat banyaknya

masalah dan kejadian yang terjadi dalam dunia persepakbolaan di Indonesia

kepengurusan badan induk sepakbola yaitu Persatuan Sepakbola Seluruh

Indonesia. Karena banyaknya masalah dalam persepakbolaan di Indonesia penulis

mengambil fokus hanya pada peran dan pengaruh pemerintah serta manuver yang

dilakukan pemerintah dalam mengatasi konflik di PSSI.

Berdasarkan dari penjelasan diatas, maka penulis merumuskan masalah

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana keterlibatan pemerintah dalam konflik PSSI pada masa periode Nurdin

Halid (2003-2011) dan Djohar Arifin (2011- Sekarang) ?

2. Bagaimana metode penyeleasian konflik yang dilakukan Menpora (Menteri

Pemuda dan Olahraga) Andi Malarangeng, Agung Laksono dan KRMT Roy Suryo


(20)

C. Tujuan dan manfaat penelitian

Dari perumusan di atas maka yang jadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Bertujuan untuk mengetahui fenomena-fenoma politik dalam perkembangan

PSSI.

2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan, tindakan dan sikap pemerintah,

DPR RI, Komite olahraga serta FIFA sebagai badan sepakbola tertinggi di

dunia dalam menanggapi isu pergolakan di dalam kubu PSSI ?

3. Untuk mengetahui bagaimana dan apa saja proses-proses mediasi yang

dilakukan walaupun itu berasal dari dalam PSSI sendiri ataupun d iluar badan

PSSI seperti pemerintah dan FIFA.

Manfaat penelitian dalam konflik PSSI adalah :

1. Memberikan sumbangan pada dunia akademik dan kepada masyarakat

umum berupa pemahaman yang komprehensif tentang perpolitikan yang

terjadi dalam dunia sepakbola di Indonesia.

2. Memberikan sumbangan kepada masyarakat pelaku sepakbola, baik

pemilik, pengurus, pemain maupun penggemar berupa penjelasan yang

komprehensif tentang konflik dalam tubuh PSSI dan fenomena-fenomena

yang terjadi di dalam kekisruhan sepakbola Indonesia serta peran

pemerintah dalam mengatasi konflik dan campur tangan pemerintah.

3. Secara umum manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah PSSI,

kepentingan Politik di dalam tubuh PSSI dan tokoh-tokoh yang terlibat


(21)

10

4. Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk menambah ilmu penegetahuan

terkait dengan politik dan bisnis, politik dan kepentingan serta negara dan

pemerintah dalam persepakbolaan di Indonesia.

5. Secara praktis untuk menambah pengetahuan politik tentang hubungan

olahraga, politik dan negara dalam fenomena persepakbolaan di Indonesia

6. Manfaat bagi penulis, penelitian ini bermanfaat mengembangkan potensi

dalam penulisan karya ilmian yang sistematis.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam pembahasan kasus konflik PSSI penulis menemukan pembahasan

yang sangat jelas mengenai konflik PSSI karya ketua komite banding PSSI Prof.

DR. Tjipta Lesmana M.A yang mencabut wewenang Nurdin Halid Nirwan Bakrie

serta pasangan Arifin Panigoro dan George Toisuta sebagai calon ketua PSSI

Periode 2011-2016.

Dalam bola politik, Tjipta bercerita bagaimana situasi menjelang kongres

untuk memilih kepengurusan baru di PSSI tahun 2011. Tjipta juga berbagi

pengalamannya sebagai ketua Komite Banding yang ia sebut selama bekerja

timnya terus menerus mendapatkan intimidasi.Tjipta mengecam pihak-pihak yang

ngotot menyuarakan kepentingannya sendiri dalam perebutan kursi PSSI-1 tahun

2011, secara khusus kepada GT-AP dan kelompok pendukungnya K78 yang begitu

ngotot memaksakan jagoannya untuk maju, padahal sudah ditolak oleh Komite

Banding. Tjipta menyebut bahwa sikap ngotot tersebut adalah keliru, karena K78


(22)

olahraga yang unik, karena segala peraturan harus tunduk pada FIFA. Tjipta juga

membahas kekuatan-kekuatan siapa saja yang berada di balik kubu GT-AP,

termasuk pandangan bahwa adanya campur tangan oknum-oknum tentara.7

Tjipta menyampaikan kritik cukup pedas terhadap kubu GT-AP, termasuk

kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI). Ia menyebut LPI yang digagas oleh AP

sejak awal tidak diakui atau ditentang oleh FIFA, dituding sebagai breakaway

league atau runaway league.8 Tjipta selanjutnya mengkritik kepengurusan PSSI di

bawah Djohar Arifin Husin mulai dari masalah pemecatan Alfred Riedl,

melahirkan klub kembar kontroversi pengangkatan Bernhard Limbong,

kontroversi Persipura Jayapura terkait keikut sertaan "Mutiara Hitam" di ajang

kompetisi Asia, dan pemecatan empat anggota Exco.

E. Metodologi Penelitian.

Untuk menyempurnakan penelitian penulis mengumpulkan data-data yang

telah diperoleh dari teknik penelitian kualitatif kemudian diolah menggunakan

analisis kualitatif dan analisis deskriptif. Dalam penelitian kualitatif, para peneliti

tidak mencari kebenaran tentang moralistas tetapi dengan upaya mencari

pemahaman. Sedangkan analisis deskriptif penulis penulis menggambarkan seatu

fenomena permasalahan yang terjadi secara tepat, jelas, akurat dan sistematis

berdasarkan data yang diperoleh. Dengan menggunakan teknik deskriptif analisis

penulis berharap dapat mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara

7

Tjipta Lesmana, Bola Politik dan Politik Bola,Kemana Arah tendangannya? (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013)hal .245

8


(23)

12

olahraga dan politik, khususnya pada fenomena nuansa politik dalam konflik PSSI

dan peran pemerintah di dalamnya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dokumentasi. Untuk

tindakan pengumpulan data lebih detail, penulis dapat menganalisi data yang sudah

ada melalui tekhnik dokumentasi. Dokumentasi berasal dari dokumen yang artinya

barang-barang tertulis. Penulis juga menggunakan data pokok yaitu buku dan data

penunjang seperti jurnal ilmiah. Dikarenakan fenomena pergolakan politik ini

bersifat postulat yaitu pembicaraan masyarakat dan pemberitaan media lebih

banyak, dan sangat mencuri perhatian banyak masyarakat Indonesia serta media

massa, maka penulis lebih banyak menggunakan artikel media massa, media

elekronik dan juga media internet sebagai sumber data.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menyusun pembahasan menjadi

beberapa bagian dari sistematika penulisan sebagai berikut :

1. Bab I : Pendahuluan, pada bab ini penulis berusaha menguraikan

permasalahan yang melatar belakangi penulisan dengan pembahasan dan

perumusan masalah serta tujuan terkait dalam penelitian peran pemerintah

dalam konflik PSSI yang berdasarkan pada metode penelitian kualitatif.

2. Bab II : Pada bab ini berisi mengenai teori-teori sebagai pendekatan yang

menjelaskan pokok permasalahan skripsi ini yaitu peran pemerintah dalam


(24)

3. Bab III : Pada bab ini penulis membahas sekilas tentang biografi dan profil

dari Assosiasi sepakbola internasoinal yaitu FIFA dan nasional yaitu PSSI

profil kementerian pemuda dan olahraga. Bab III juga menjelaskan

kewenangan FIFA dan pemerintah dan beberapa kontroversi yang terjadi di

dalam PSSI.

4. Bab IV : Pada bab ini merupakan bagian terpenting dari penulisan skripsi,

karena berisikan tentang permasalahan yang penulis angkat. Penulis akan

menjelaskan Kronrologi konflik PSSI dari isu awal sampai berakhirnya

konflik akbar PSSI dan peran dan keterlibatan pemerintah dalam konflik

PSSI.

5. Bab V : Pada bab ini penulis berupaya untuk menyimpulkan pembahasan

mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan

peran pemerintah dan keterlibatan pemerintah dalam konflik PSSI. Dan


(25)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori Konflik

Teori konflik dapat dihubungkan dengan dinamika yang terjadi dalam

konflik di persepakbolaan Indonesia. Banyaknya kepentingan dan konflik yang

berbau politik yang terjadi di Indonesia menyebabkan PSSI menjadi objek dalam

kepentingan politik bagai para elite di tubuh organisasi PSSI. Teori ini dipaparkan

dalam rangka untuk memahami dinamika yang terjadi di dalam konflik di kubu

PSSI. Dengan adanya kepentingan politik dan kekuasaan dapat membangkitkan

konflik di masyarakat. Kelompok-kelompok kepentingan yang berbeda dalam

sistem sosial akan saling mengejar tujuan yang berbeda dan saling bertanding. Hal

ini sesuai dengan pandangan Lock Wood, bahwa kekuatan–kekuatan yang saling berlomba dalam mengejar kepentingannya akan melahirkan mekanisme

ketidakteraturan sosial.9

Besarnya organisasi PSSI melahirkan berbagai masalah dan kepentingan

berbagai pihak, mengingat sepakbola adalah olahraga paling digemari di dunia

yang mencakupi banyak aspek baik bisnis dan lain-lain. Semakin besar ukuran

suatu organisasi semakin cenderung menjadi kompleks keadaannya. Kompleksitas

ini menyangkut berbagai hal seperti kompleksitas alur informasi, kompleksitas

9

Maergareth M Poloma, ,Sosiologi Kotemporer, (Jakarta: PT Raja Grafrindo Persada1994) hal.117.


(26)

komunikasi, kompleksitas pembuat keputusan, kompleksitas pendelegasian

wewenang dan sebagainya yang membuat organisasi PSSI sensitif dengan konflik.

Kompleksitas lain adalah sehubungan dengan sumber daya manusia.

Sehubungan dengan sumber daya manusia dapat diidentifikasi pula berbagai

kompleksitas seperti kompleksitas jabatan, kompleksitas tugas, kompleksitas

kedudukan dan status, kompleksitas hak dan wewenang dan lain-lain.

Kompleksitas ini dapat merupakan sumber potensial untuk timbulnya konflik

dalam organisasi, terutama konflik yang berasal dari sumber daya manusia dan

kelompok kepentingan yang sebagian berada dalam kepengurusan PSSI. Pelaku

konflik PSSI bukanlah pelaku sepakbola atau mantan atlit tetapi para tokoh politik,

dimana dengan berbagai latar belakang yang berbeda tentu mempunyai tujuan

yang berbeda pula dalam tujuan dan motivasi mereka dalam bekerja.

A. Definisi Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling

memukul.10 Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara

dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha

menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak

berdaya.11 Stephen P Robbins menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses

interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut

pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif

10

Sefean Husein Dkk, Pentadbiran dalam Pembangunan Pendidikan (Pahang:Fakultas pendidikan Universitas Malaya, 2005) hal. 280.

11


(27)

16

maupun pengaruh negatif. Sedangkan menurut Luthans konflik ini bersumber

pada keinginan manusia. Istilah konflik sendiri diterjemahkan dalam beberapa

istilah yaitu perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan.12

Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena

konflik bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti

konflik. Persaingan sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam

persaingan beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang

mungkin mendapatkannya. Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah

menjurus ke arah konflik, terutama bila ada persaingan yang menggunakan

cara-cara yang bertentengan dengan aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah

konflik karena orang yang terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa

permusuhan.Sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada

dalam keadaan konflik.13

Konflik politik merupakan bagian dari demokrasi, karena ciri dari

demokrasi adalah adanya peluang dari kemerdekann pemikiran, konsensus, dan

perbedaan pendapat, serta partisipasi politik dan manajemen konflik secara damai

serta luasnya kepercayaan dan loyalitas terhadap pemerintah yang konstitusional

dan demokratis.14

12

Stephen P Robbins, Perilaku Organisasi ,(Jakarta:Salemba Empat, 2008 ) hal.173. 13

Muslim Mufti,teori-Teori Politik.(bandung:CV pustaka Setia,2013) hal.159 14

Ronald.H.Chilcote.Teori Perbandingan Politik.Penelusuran Paradigma.(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2003) hal. 475


(28)

Beberapa pengertian Konflik

1. Hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling

tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.

2. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk interaktif yang

terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada

tingkatan organisasi. Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang

sangat dekat hubungannya dengan stres.

3. Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang

satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh

perbedaan tujuan.

4. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu

pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau,

satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan

menyerang secara negatif.

5. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu

lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam

pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau

lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami.

6. Konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam

berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,


(29)

18

berterusan. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama,

yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat.

Dari beberapa pengertian di atas dari para ahli disimpulkan konflik dibagi

menjadi beberapa faktor dan pengertian.

Ramlan Subakti menjelaskan tentang pegertian konflik politik terdapat lima

penjelasan mengenai konflik politik yaitu sebagai berikut:15

1. Konflik politik adalah konflik yang berhubungan tentang pertentangan

kepentingan publik.

2. Konflik politik yang berkenaan dengan penyelenggaraan negara dan

pemerintah. Secara verikal konflik dapat terjadi karena antara pemerintah

dan rakyat, secara horizontal terjadi antara masyarakat pendukung

penguasa dan masyarakat yang ingin berganti penguasa.

3. Konflik politik merupakan konflik yang terjadi akibat dari adanya

perebutan kekuasaan. Dalam arti luas pencakup memepertahankan

kekuasaan, mencari dan menjalankan kekuasaan.

4. Politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan umum. dapat dicontohkan sebagai kebijakan PSSI yang menuai

banyak kritik semasa zaman kepemimpinan Nurdin Halid dan Djohar

Arifin seperti format pertandingan larangan kompetisi dan sanksi bagi

pengikut organisasi atau pengurus yang dianggap tidak sah.

15

Ramalan Subakti,menahami Politik (Jakarta:Gramedia Mediasarana Indonesia ,1992)hal.1-2


(30)

5. Politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan mempertahankan

sumber-sumber yang dianggap penting. Sumber yang dianggap penting

dapat dicontohkan seperti materi pengaruh dan koneksi.

Penjelasan Ramlan Subakti di atas mewakili beberapa nilai-nilai yang ada

dalam konflik PSSI. Konflik antar pengurus PSSI, ketidakpercayaan masyarakat

dengan Nurdih Halid serta dampak yang terjadi setelah konflik PSSI menjadikan

konflik di PSSI semakin luas yang akhirnya memaksa pemerintah turun tangan

serta FIFA membentuk Komite Normalisasi yang bertujuan untuk mengatasi

konflik PSSI dan komite banding PSSI yang akhirnya hanya meredam sementara

konflik PSSI.

Robbins berpendapat adanya perkembangan pemikiran tentang konflik ada

yang berpendapat bahwa konflik adalah sesuatu yang harus dihindari Karena

konflik menunjukkan adanya hal yang tidak terjadi dalam suatu kelompok.

Robbins menyebut pemikiran ini sebagai pandangan Tradisional. Aliran pemikiran

lainnya adalah pandangan hubungan manusia, berpendapat konflik adalah gejala

ilmiah yang tidak terhindarkan dalam suatu kelompok manapun konflik tidak

selalu jahat tetapi konflik berpotensi sebagai daya positif untuk mendonrong

sebuah kinerja. Pandangan ketiga dan yang paling modern menyatakan bahwa

konflik tidak hanya menimbulkan daya positif tetapi secara eksplisit berpendapat


(31)

20

secara efektif. Robbins melabeli ketiga aliran ini sebagai pandangan Interaksionis.

Penulis menjelaskan lebih dekat masalah masing pandangan tersebut : 16

1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan

bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan

harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah kekerasan, kerusakan

dan irasionalistis. Dari definisi tersebut konflik sudah sangat berbahaya dan

harus dihindari. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat

komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajemen. Pandangan bahwa semua konflik buruk

merupakan pandangan yang sederhana dan kini banyak para ahli

menganggap konflik tidak serta merta buruk tetapi banyak diantara kita

masih mengevaluasi situasi konflik dengan standar yang masih using kini.

2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View). Pandangan ini

menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar

terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai

sesuatu yang tidak dapat dihapuskan karena di dalam kelompok atau

organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota.

Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat

guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik

harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan

di dalam tubuh kelompok atau organisasi dan menguntungkan kinerja

16


(32)

kelompok.pandangan ini mendominasi teori konflik dari akhir tahun

1940-1970.

3. Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini

cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik.

Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan

serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif.

Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada

tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam

kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif. Pandangan ini tidak serta merta mengatakan bahwa setiap konflik adalah baik, beberapa

konflik memang bisa mendukukng pencapaian tujuan kelompok dan

memperbaiki kinerja yaitu bentuk konflik yang fungsional selain itu juga

terdapat konflik yang disfungsional.

B. Jenis Konflik

Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis

konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu

dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.

1. Konflik Intrapersonal (inter individu)

Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri.

Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang


(33)

22

Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal

sebagai berikut:

a. Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing

b. Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan

kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.

c. Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan

dan tujuan.

d. Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi

tujuan-tujuan yang diinginkan.

Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya

seringkali menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan

keadaan yang tidak menyenangkan.

Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :

a. Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua

pilihan yang sama-sama menarik.

b. Konflik pendekatan–penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.

c. Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada

satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.

2. Konflik Interpersonal

Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang


(34)

dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik

interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku

organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari

beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses

pencapaian tujuan organisasi tersebut.

3. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok

Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi

tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh

kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu

dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai

norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.

4. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama

Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam

organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja - manajemen

merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok. Konflik sepakbola antara

PSSI dan KPSI adalah buah dari ketidakpuasan beberapa orang atas kinerja PSSI

yang kemudian membentuk kelompok tandingan yang gunanya sebagai alat untuk

menuntut keadilan.

5. Konflik antara organisasi

Contoh seperti di bidang olahraga di Indonesia negara-negara lain dianggap


(35)

24

Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya

pengembangan kualitas atlit, manajemen dan program latihan, prestasi dan kontrak

yang tinggi dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.

C. Karakteristik Konflik

Kejadian dapat disebut sebuah konflik ketika memiliki beebrapa

karkteristik , Ted Robert Gurr membatasi konflik mempunyai empat karakteristik

yaitu :

1. Kedua pihak saling menentang.

2. Melibatkan dua pihak atau lebih.

3. Kedua pihak melakukan tindakan pemaksaan yang di arahkan untuk

menghancurkan melukai, merintangi dan untuk mengontol lawan-lawannya.

4. Interaksi dilakukan secara terang-terangan sehingga tindakan mereka dapat

mudah dideteksi dan disepakati oleh pihak-pihak dan pengamat independen.17

D. Penyebab Konflik dan Kondisi yang medukung terjadinya Konflik

Entah menampakkan gejala atau tidak kebanyakan konflik tidak tejadi

tanpa ada kondisi yang mendukungnya dan kondisi tersebut merupakan

benih-benih timbulnya konflik. Faktor yang mndukung terjadinya konflik antara lain

adalah18 :

1. Antara pihak-pihak yang berkonflik telah memiliki sejarah berkonflik.

2. Terciptanya suasana persaingan dalam situasi ini sudah barang tentu setiap

orang akan saling mengunggli satu sama lain bahkan saling menjatuhkan.

17

Muslim Mufti,teori-Teori Politik.(bandung:CV pustaka Setia,2013) hal.162. 18


(36)

3. Keterbatasan sumber tenaga, dan fasilitas.

4. Peraturan tata tertib yang terlalu ketat dan cenderung kaku.

5. Perbedaan personalitas atau kepribadian.

6. Kecenderungan manusia untuk mencapai keberhasilan, kedudukan,

pangkat, dan mendapatkan imbalan serta fasilitas hidup. Kecenderungan ini

dapat menciptakan tujuan dan kepentingan yang berlawanan, rasa cemburu

dan iri merupakan sumber konflik.

7. Berbagai halangan berkomunikasi sehingga tidak tercapai saling pengertian

anatara pihak yang satu kepada pihak yang lain19.

Konflik dapat terjadi karena berbagai faktor berikut dijelaskan beberapa

faktor secara umum yang menyebabkan konflik terjadi adalah:20

1. Salah pengertian atau salah paham karena kegagalan komunikasi.

2. Perbedaan tujuan dan kepentingan karena perbedaan nilai hidup yang di

pegang.

3. Persaingan untuk hal atau sumber-sumber yang terbatas seperti fasilitas

koneksi dan lain-lain.

4. Masalah wewenang dan tanggung jawab, ketika setiap kelompok atau

individu memilik wewenang yang berdekatan.

5. Penafsiran yang bebeda akan suatu hal, perkara dan peristiwa yang

sama.karena penafsiran yang berbeda individu saling bedebat kemudian

lahirlah hubungan yang tidak baik yang akhirnya berujung terhadap

konflik.

19

Ibid, hal 26.

20


(37)

26

6. Kurangnya kerja sama dan kekompakan.

7. Tidak mentaati tata tertib atau peraturan.

8. Perbedaan pendirian dan permasalahan individu.

9. Perbedan latar belakang kebudayaan sehingga seseorang akan terpengaruh

oleh pola pikir dan pendirian kelompok.

10.Perbahan nilai yang cepat dan medadak sehingga membuat culture shock

dalam masyarakat.

11.Adanya usaha untuk menguasai dan merugikan dan tentu saja pihak yang

merasa ingin dikuasai atau dirugikan akan melakukan perlawanan dan

kemudian terjadilah konflik.

12.Perubahan dalam sasaran perosedur kerja dalam suatu kelompok sehingga

individu merasa memiliki harapan yang tidak jelas.

E. Akibat Dari Konflik

Berbagai pandangan mengenai konflik dalam organisasi. Pandangan

tradisional yang telah disebutkan di atas mengatakan bahwa konflik hanyalah

merupakan gejala abnormal yang mempunyai akibat-akibat negatif sehingga perlu

dihindari. Pendapat tradisional ini dapat diuraikan sebagai berikut21 :

1. Konflik hanya merugikan organisasi, karena itu harus dihindarkan dan

ditiadakan.

21

Bagja waluya, Sosioligi, Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat (Bandung: PT Setia Purna Inves, 2004) hal. 40.


(38)

2. Konflik ditimbulkan karena perbedaan kepribadian dan karena kegagalan

dalam kepemimpinan.

3. Konflik dapat menimbukan keretakan suatu kelompok dikarenakan

pertentangan antar anggota dalam suatu kelompok.

4. Konflik meneyebabkan perubahan kepribadian individu karena

pertentangan-pertentangan di dalam kelompok atau antar kelompok yang

menyebabkan individu tertentu merasa tertekan.

5. Dominasi dan takluknya salah atu pihak. hal ini terjadi bila kekuatan pihak

yang berkonflik tidak seimbang.

6. Konflik diselesaikan melalui pemisahan fisik atau dengan intervensi

manajemen tingkat yang lebih tinggi bahkan pemisahan kelompok dan

menimbulkan kelompok-kelompok baru yang berpecah.

7. Banyaknya kerugian, harta benda maupun jiwa akibat kekerasan yang

ditonjolkan dalam penyelesaian konflik.

Sedangkan pandangan yang lebih maju menganggap bahwa konflik dapat

berakibat baik maupun buruk. Usaha penanganannya harus berupaya untuk

menarik hal-hal yang baik dan mengurangi hal-hal yang buruk. Pandangan ini

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Konflik adalah suatu akibat yang tidak dapat dihindarkan dari interaksi

organisasional dan dapat diatasi dengan mengenali sumber-sumber konflik.


(39)

28

3. Konflik diselesaikan dengan cara pengenalan sebab dan pemecahan

masalah. Konflik dapat merupakan kekuatan untuk pengubahan positif di

dalam suatu organisasi.

4. Konflik dapat membangkitkan solidaritas di antara anggota kelompok.

5. Konflik merupakan alat perubahan sosial.

6. Munculnya pribadi-pribadi dan msyarakat yang tahan uji dalam

menghadapi setiap tantangan dan permasalahan yang dihaapi sehingga

dapat lebih mendewasakan masyarakat.

7. Dalam diskusi ilmiah, perbedaan pendapat justru diharapkan untuk melihat

kelemahan suatu pendapat sehingga dapat ditemukan pilihan dan

pemecahan suatu masalah.

F. Penanganan Konflik

Untuk menyelesaikan koflik diperlukan konsesnsus. Konflik dan konsensus

merupakan gejala sosial yang selalu ada dalam masyarakat. Selama masyarakat ada

selama itu pula konflik dan konsensus ada dalam masyarakat. Hal ini berkaitan

dengan pandangan pendekatan konflik dan ilmu sosial, bahwa setiap masyarakat

mengandung konflik dalam dirinya,atau konflik merupakan gejala yang melekat di

setiap masyarakat. Konsensus diartikan sebagai penyelesaian konflik yaitu melalui

proses interaksi pihak-pihak yang terlibat konflik untuk tercapainya titik temu atau

kesepakatan bersama sehingga yang ada di dalamnya sama-sama mendapatkan

manfaat dan keuntungan yang wajar. Konsesus dapat dilakukan secara tidak

langsung atau melalui perantara (mediator) dan secara langsung, yang dilakukuan


(40)

menyediakan berbagai berbagai kemungkinan alternatif atau koersif dengan

pendekatan paksa baik berupa ancaman atau kekerasan fisik.

Menurut Maswadi Rauf ada empat model konsensus atau penanganan konflik

sebagai berikut:22

1. Menggabungkan butir-butir yang terdapat dari pihak yang terlibat konflik.

Model ini disebut konsensus internal yang dilakukuan secara persuasif

melalui butir-butir atau pendapat pihak-pihak yang berkonflik dan para

pihak yang berkonflik saling menawar dari butir-butir yang tersedia yang

akhirnya mencapai kesepakatan bersama.

2. Karena konflik terlalu tajam, salah satu pihak yang berkonflik mengambil

butir-butir pendapat dominan untuk menjadi konsensus.

3. konsensus dibentuk dari pendapat pihak luar, karena sulit mendapat

konsesnsus dari pihak yang berkonflik baik secara mediator maupun bukan

mediator.

4. Konsensus gabungan yaitu menggunakan butir-butir pendapat dari

pihak-pihak yang berkonflik dan butir-butir pendapat dari pihak-pihak yang tidak

terlibat konflik, apabila tidak mencapai konsensus, konflik dapat

diselesaikan melalui proses hukum di pengadilan. Selain itu konsensus

dapat dilakukan melalui pemungutan suara (voting). Jika satu pihak

memperoleh suara terbanyak pendapat itu akan menjadi hasil dari

penyelesaian konflik.

22

Maswardi Rauf, Konsensus Politik :Sebuah penjajakan Teoretis, (Jakarta: Dirjen pendidikan Tinggi DEPDIKNAS,2000) hal.2


(41)

30

Bagja waluya menegaskan penanganan konflik di dalam konflik memiliki

dua kepntingan yang berbeda dan utama yaitu23 :

1. Kepentingan untuk mencapai tujuan pribadi.

2. Kepentingan untuk menjcapai hubungan baik dengan kelompok lain.

Pada dasarnya manusia selalu ingin menjaga keharmonisan terhadap orang

lain atau kelompok namun dalam beberapa kesempatan setiap pihak memiliki

keinginan pibadi. pihak yang berkonflik mempunyai tujuan yang berbeda dengan

kelompok yang lain yang kemudian perbedaan keinginan inilah yang membuat

pergesekan atau konflik terjadi.

Adanya dua kepentingan yang berbeda dapat memepengaruhi seseorang

bertindak dalam suatu konflik. Dengan melihat dua perbedaan tersebut terdapat

lima cara dalam menangani konflik yaitu:24

1. Menghindar. Cara ini seolah-olah seperti kura-kura yang menarik kedalam

tempurungnya untuk menghindari konflik. Tipe ini mengorbankan

kepentingan pribadi dan hubungan antara orang lain karena tidak ada

gunanya untuk berkonflik dan berusaha untuk menyelsaikan konflik. Dia

memilih menghindari konflik dan orang yang bertentangan dengannya.

2. Memaksakan kehendak atau mendominasi (mendahulukan kemauan

sendiri). Cara ini digunakan untuk menguasai lawan-lawannya dengan cara

memaksa untuk menerima tawaran untuk menyelesaikan konlik seperti

23

Bagja waluya, Sosiologi, Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat (Bandung: PT Setia Purna Inves, 2004) hal. 41.

24


(42)

yang diinginkan. Kebutuhan pribadi dianggap sangat penting jadi menomor

duakan kebutuhan dan kepentingan bersama. Tipe ini tidak membutuhkan

pendapat orang lain, dia menganggap bahwa konflik harus diselesaikan

dengan cara satu pihak menang dan pihak lain kalah. Ia berusaha untuk

menang untuk menguasai, mengatasi dan mengintimidasi pihak yang kalah

dan sebaliknya pihak yang kalah akan merasa lemah dan tidak berdaya.

3. Menyesuaikan dengan keinginan orang lain atau placticing. Pada metode

ini hubungan dengan orang lain sangatlah penting. Orang tipe ini ingin

diterima dan disukai orang lain. Ia merasa konflik harus di hindari untuk

menjaga keharmonisan dan ia yakin bahwa konflik tidak apat dibicarakan

jika merusak hubungan baik. Ia mengorbankan hubugan pribadi untuk

mempertahankan hubungan dengan orang lain.orang yang menggunakan

cara ini seolah-olah mengatakan: aku mengorbankan tujuanku dan

membiarkanmu mendapatkan apa yang kau inginkan agar kau menyukai

diriku. Orang ini berusaha memperhalus situasi konflik yang terjadi.

4. Tawar menawar. Tawar menawar cukup memperhatikan tujuan bersama

dan tujuan pribadi. Metode ini biasanya mencari kompromi yang

mengorbnkan sebagian tujuan pribadi dan membujuk pihak lain yang

berkonflik dengan dirinya agar ikut berkorban juga. Metode ini mencari

penyelesaian terhadap konflik yang menempatkan kedua belah pihak

memperoleh sesuatu. Ia ingin mengorbankan sebgaian tujuan pribadinya

dan sebagian hubungan dengan orang lain untuk mencapai persetujuan


(43)

32

5. Kolaborasi. Metode ini menghargai tujuan pribadi dan hubungannya

dengan orang lain. Ia memandang konflik sebagai permasalahan yang harus

diselesaikan. Metode ini memandang bahwa konflik untuk meningkatkan

hubungan dengan cara mengurangi ketegangan kedua belah pihak. ia tidak

puas sampai menemukan suatu penyelesaian yang dapat mencapai tujuan

pribadinya dan tujuan orang lain, ia juga tidak puas sampai ketegangan dan

perasaan negatif sepenuhnya selesai.

Dari kelima metode tersebut semuanya dapat dijalankan tergantung situasi

dan kondisi. Adakalanya bila kebutuhan pribadi tidak begitu penting dan tidak

perlu menjaga keharmonisan dengan orang lain lebih baik menghindar seperti

masalah yang terjadi di tempat umum dengan menghindari permusuhan dengan

orang yang tidak kita kenal. Ketika kebutuhan pribadi sangat penting metode

pemaksaan dilakukan karena dapat merugikan kepentingan pribadi, seperti

tindakan perventif yang dilakukan PSSI yang melarang para pemain liga yang

tidak diakui oleh PSSI untuk mengikuti timnas dan pencekalan. Metode yang lain

seperti tawar-menawar dan kolaborasi dilakukan oleh pemerintah dan FIFA dalam

penanganan kasus PSSI dengan dibentuknya Komite Normalisasi yang dipimpin

Agum Gumelar yang bertugas mengatasi konflik PSSI yang kemudian dibetuknya

komite banding PSSI yamg bertugas mengiring konflik PSSI kearah kesepakatan

yang bertujuan untuk kepentingan bangsa dan negara serta peran pemerintah yang

terjun langsung dalam mengatasi konflik PSSI yang di lain pihak melanggar statuta

FIFA tetapi pemerintah bersikukuh untuk intervensi langsung proses mediasi PSSI


(44)

Dalam penenyelesaian konflik dapat dibantu pihak ketiga untuk

menyelesaikan konflik. Dibentuk tim intervensi dapat disebut mediator, arbitrator,

konsiliator dan konsultan, yang yang bersikap netral dalam mengtasi konflik dan

tidak terlibat konflik. Tim intervensi dapat memainkan peran negosiasi, mediasi

dan arbitrari.

Robbins dalam buku perilaku organisasi menjelaskan tentang mediator,

arbitrator, konsiliator dan konsultan.25

1. Mediator adalah pihak ketiga yang bersifat netral yang memfasilitasi

negosiasi solusi dengan menggunakan penalaran dan persuasi yang

menyodorkan alternatif dan semacamnya.

2. Arbitrator adalah pihak ketiga yang memiliki wewenang untuk

menentukan kesepakatan. Kelebihan abritrasi adalah selelu

menghasilkan peneyelesaian walaupun hasil kesepakatan berdampak

negatif maupun positif.

3. Konsiliator adalah pihak ketiga yang dipercaya untuk membangun

relasi komunikasi informal antara perunding dengan lawannya dalam

praktiknya, konsiliator bertindak lebih dari sekedar saluran komunikasi,

tetapi mereka terlibat dalam pencarian fakta, penafsiran pesan dan

usaha untuk membujuk pihak-pihak yang berkonflik untuk membentuk

kesepakatan.

4. Konsultan adalah pihak ketiga yang terlatih dan tidak berpihak yang

berupaya memfasilitasi pemecahan masalah melalui komunikasi dan

25


(45)

34

analisis, dengan dibantu oleh pengetahuan mereka menegenai

manajemen konflik. Berbeda dengan peran-peran sebelumnya, peran

konsultan bukanlah penyelesaian persoalan, melainkan memperbaiki

hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik sehingga mereka dapat

mencapai penyelesaian sendiri. Alih-alih menawarkan solusi-solusi

yang spesifik, konsultan membantu para pihak yang berkonflik saling

belajar memahami dan bekerjasama.

Taktik yang perlu dipertimbangkan dalam penyelesaian konflik melalui

pihak ketiga dijelaskan Peg Pickering dalam buku How to Manage Conflict

menjelaskan metode yang dilakukan pihak ketiga antara lain:26

1. Negoisasi, dengan cara meminta pihak-pihak yang terlibat duduk

berhadap-hadapan dan berupaya bersama-sama mencari pemecahan dengan

disaksikan pihak luar.

2. Mediasi ,dengan cara kedua tim membeberkan persoalan kepada tim

intervensi. Metode ini akan mendorong diskusi dan mengusahakan agar

pihak-pihak yang bertikai terus berupaya mencari jalan keluar yang

disepakati bersama. Dalam proses mediasi biasanya pihak-pihak yang

bertikai bertanggung jawab mencari landasan yang sama dan jalan

keluarnya.

3. Arbirtari, metode ini menggunakan cara setiap pihak membeberkan

argumen terbaik tim abitrase memenangkan salah satu pihak. taktik ini jelas

membawa kerugian besar terhadap kedua belah pihak. namun, konflik

26


(46)

tahap tinggi dapat diselesaikan. Arbitrasi, terutama yang mengikat harus

ditegakkan. Semua pihak harus mematuhi dan menerima keputusan tim

arbitrasi.

Beberapa metode di atas dapat digunankan dalam mengatasi konflik

sebagaimana proses penyelesaian konflik PSSI yang menggunakan pihak ketiga

yaitu dibentuknya Komite Normalisasi yang dipimpin Agum Gumelar karena PSSI

dianggap oleh FIFA tidak bisa mengatasi persepakbolaan di Indonesia.dan juga

Banding yang memutuskan dijegalnya Arifin Panigoro George Toisuta dan


(47)

36

BAB III

PROFIL ASSOSIASI SEPAKBOLA DAN KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

Pertandingan sepak bola selalu menyedot perhatian banyak orang, dari

kelas bawah sampai atas, dari pedagang sampai politisi. Pertandingan sepak bola

profesional yang dikelola dengan baik dapat menjadi sarana memajukan

kesejahteraan umum. Karena itu, negara kerap tergoda untuk melakukan intervensi

atas sepak bola dengan menerapkan hukum nasionalnya. Negara, dan para pihak

yang berkepentingan, lupa bahwa sepakbola itu milik FIFA, sama sekali bukan

milik negara. Jika negara mengintervensi, FIFA bisa dan berhak melarang

sepakbola dipertandingakan di negara itu. Intervensi negara bisa membuat

sepakbola tidak pernah ada di negara tersebut. Sepak bola adalah permainan yang

dikuasai dan dikontrol FIFA secara penuh dan berdaulat, maka kompetisi sepak

bola pun dikelola dan dimiliki oleh FIFA. Tetapi karena pertandingan sepak bola

membutuhkan lapangan yang merupakan milik dan ada di bawah kedaulatan

sebuah negara, maka tak ada pertandingan sepak bola tanpa izin negara27.Di

Indonesia perjalan sepakbola melaui pasang surut karena banyaknya pengaruh

yang terjadi dalam organisasi PSSI ataupun dalam kompetisi itu sendiri. Dalam

bab III penulis memfokuskan pada profil dan sejarah sepak bola dan perilaku yang

terjadi dalam perkembangan sepakbola internasional yaitu FIFA asosiasi

27

Dr.Hinca Ip Pandjaitan XII, SH.MH.ACCS, Kedaulatan Negara Vs Kedaulatan FIFA,(Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2011) back cover.


(48)

perwakilannya di Indonesia yaitu PSSI, serta pemerintah yakni Kementrian

Pemuda dan Olahraga yang melibatkan diri dan berperan dalam mengatasi konflik

PSSI .

A. Sejarah Sepakbola

1. Sejarah sepakbola dunia.

Awal mula sejarah munculnya olahraga sepakbola masih mengundang

perdebatan. Beberapa dokumen menjelaskan bahwa sepakbola lahir sejak masa

Romawi, sebagian lagi menjelaskan bahwa sepak bola berasal dari Tiongkok.

FIFA sebagai badan sepak bola dunia secara resmi menyatakan bahwa sepak bola

lahir dari daratan Cina yaitu berawal dari permainan masyarakat Cina abad ke-2

sampai dengan ke-3 SM. Olah raga ini saat itu dikenal dengan sebutan “tsu chu “.28 Dalam salah satu dokumen militer menyebutkan, pada tahun 206 SM, pada

masa pemerintahan Dinasti Tsin dan Han, masyarakat Cina telah memainkan bola

yang disebut tsu chu. Tsu sendiri artinya menerjang bola dengan kaki. sedangkan

chu, berarti “bola dari kulit dan ada isinya. Permainan bola saat itu menggunakan bola yang terbuat dari kulit binatang, dengan aturan menendang dan menggiring

dan memasukkanya ke sebuah jaring yang dibentangkan diantara dua tiang.29

Versi sejarah kuno tentang sepak bola yang lain datangnya dari negara

Jepang, sejak abad ke-8, masyarakat disana telah mengenal permainan bola.

Masyarakat disana menyebutnya dengan Kemari. Sedangkan bola yang

28

Lihat, http://www.sportsknowhow.com/soccer/history/soccer-history.shtml (diakses tanggal 21 Agustur 2013) pukul 17.51wib

29 ibid


(49)

38

dipergunakan adalah kulit kijang namun ditengahnya sudah lubang dan berisi

udara.

Menurut Bill Muray, salah seorang sejarawan sepakbola, dalam bukunya

The World Game: A History of Soccer, permainan sepakbola sudah dikenal sejak awal Masehi. Pada saat itu, masyarakat Mesir Kuno sudah mengenal teknik

membawa dan menendang bola yang terbuat dari buntalan kain linen. Sisi sejarah

yang lain adalah di Yunani Purba juga mengenal sebuah permainan yang disebut

episcuro yang tidak lain adalah permainan menggunakan bola.30 Bukti sejarah ini

tergambar pada relief-relief museum yang melukiskan anak muda memegang bola

dan memainkannya dengan pahanya.31

Di Inggris konon seribu tahun yang lalu awal mula sepakbola berasal dari

kepala manusia dari para perompak yang tewas dibunuh masyarakat Britania

kemudian kepalanya dipenggal dan dimainkan dengan kaki.32 Di Inggris

dinamakan sepakbola karena menendang bola dengan kaki. Pada tahun 1600-an

para pelajar bermain sepakbola melawan pelajar lainnya dan peraturannya

berbeda-beda bahkan dalam satu sekolah memeperbolehkan setiap pemain saling

menendang satu sama lain. Peraturan dibuat ketika beberapa pemain mulai

mengguanakan tangannya untuk menangkap bola. Akhirnya pdaa tahun 1846

30

Bill Murray,The Worlds Game,A History Of soccer,(Illions: university of illions,1996) hal, 21.

31

Irwnsyah,Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan,(Jakarta:Grafindo, 2006) hal. 2. 32

Diana stall helmer,Sports Throughout History,History of Soccer,(New York:Rosen Publicy Group,2000) hal.5.


(50)

kelompok sepakbola Camabridge University setuju untuk memberikan peraturan

dalam permainan sepakbola.33

2. Sejarah sepakbola Indonesia

Di Indonesia sepakbola barawal dari pemainan anak-anak jawa untuk

meramaikan pasar malam dan ajang judi bagi para belanda dan meraup keuntungan

dari sepakbola Lapangan banteng menjadi saksi dimana orang-orang belanda

melaksananakan pertandingan. Sepakbola menjadi daya tarik ekonomi karenanya

para penonton mulai diwajibkan membeli karcis saat pertandingan-pertandingan

digelar. Reklame-reklame iklan dari berbagai macam toko pun mulai dipasang di

sekeliling lapangan. Hasil dari bisnis sepakbola ternyata cukup menggiurkan.

Meskipun dompet tipis, para penggemar bola ternyata tak sungkan mengeluarkan

uangnya untuk sekedar menyaksikan hiburan bola.

Dalam pertandingan ujicoba persahabatan di Bandung Tahun 1922,

Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) berhasil meraup untung 12.425 Gulden dari 12.559 orang yang hadir di lapangan pertandingan. Jumlah ini

sangatlah besar di zamannya. Berbeda dengan NIVB yang mengksploitasi

sepakbola untuk keuntungan bisnis, hasil penjualan karcis pertandingan tim-tim

pribumi semuanya diberikan untuk kegiatan sosial dan pendidikan.

Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB) berhasil menggalang dana Rp 32.000 dari turnamen sepakbola yang digelar untuk memeriahkan pasar malam untuk pelajar

tahun 1924. Di tempat yang sama, tahun 1927, Muhammadiyah menggelar

33


(51)

40

pertandingan yang hasil keuntungan diserahkan kepada pedagang korban

kebakaran di Pasar Baru.

Di Indonesia klub sepak bola awal benama NIVB (Nederlandsch Indische

Voetbal Bond) yang merupakan klub sepakbola milik belanda serta organisasi sepakbola masyarakat pribumi yaitu Midle Javasche Voetbal Bond (MJVB) dan

Javasche Voetbal Bond (JVB) di Surakarta walaupun kandas karena tidak ada resopn dari bond-bond diluar Surakarta kemudian membubarkan diri. Selang 3

tahun kemudian, 2 Oktober 1927, di Surabaya berdiri organisasi baru yang dinamai

Indonesische Voetbal Bond (IVB) yang bermarkas di Surabaya, organisasi ini diinisiasi Soebroto, R.T Tjidarboemi, A.Soeroto dan Soedarboemi. Keempat orang

ini merupakan perwakilan dari empat persatuan sepakbola, yaitu Soerabaja

Indonesische Voetbal Bond (SIVB), Vorsterlansche Voetbal Bond (VVB),

Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) dan PS Hizboel Wathan (Jogja). Kondisi akurnya organisasi IVB dengan organisasi belanda membuat IVB

melenceng dari tujuan semula yaitu perjuangan bangsa Indonesia.

Dalam sejarah Indonesia pernah terpilih sebagai peserta putaran final piala

dunia tahun 1938. Pada saat itu Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Tapi

pada saat itu NIVU (Nederlandsh Indische Voetbal Unie) ditunjuk FIFA sebagai

satu-satunya induk organisasi sepakbola di Indonesia. Karena menurt peraturan

FIFA hanya boleh ada satu induk olahraga Sepakbola dalam satu negara. NIVU

dan PSSI sebenarnya sepakat tentang penyeleksian anggota tim yang ikut ke Piala

Dunia tetapi NIVU melanggarnya dan hanya menggunakan tim dari NIVU yang


(52)

Tim-Tim dari PSSI yang turun akan menambah semangat perjuangan bangsa Indonesia

dan mengangkat pamor PSSI karena para pemain sepakboal binaan PSSI juga

mempunyai kualitas yang bagus karena pada pertandingan persahabatan pada

tauhn 1938 PSSI mampu menahan Men Hua yaitu tim yang sangat disegani di Asia

pada masanya.34 Bagi NIVU, memberikan celah PSSI untuk tampil di Piala Dunia

sama saja menaruh bom waktu. Masuknya aktifis pergerakan ke dalam kegiatan

sepakbola di lingkungan PSSI, Otto Iskandardinata, MH Thamrin dan Ki Hajar

Dewantoro bisa membuat sepakbola semakin kental aspek politisnya. NIVU sangat

mengerti, jika kesempatan FIFA itu diberikan kepada PSSI, sebagai alat

pergerakan nasional, nama PSSI tentunya akan terus melambung, terlebih

pemain-pemain PSSI yang berkualitas. Satu-satunya jalan dengan meninggalkan PSSI

dalam ajang empat tahunan tersebut. Pada zaman jepang sepakbola dilarang oleh

jepang . Pada masa kemerdekaan barulah sepakbola kembali dimainkan di

Indonesia.

B. Profil FIFA (Federation International Football Assosiation)

FIFA (Federation International Football Assosiation) Merupakan badan

sepak bola tertinggi di Dunia yang bermarkas di Zurich Swiss yang kini anggota

FIFA sebanyak 209 negara anggota FIFA yang kini dipimpin oleh Sepp Blatter.

FIFA adalah organisasi pusat pengatur kompetisi dan keorganisasian sepakbola di

dunia.

34

Arief Natakusumah, Drama Itu Bernama Sepakbola, (Jakarta :Elexmedia Komputindo,2008)hal, 88.


(53)

42

1. Sejarah FIFA

Pertandingan pertama yang dilaksanakan antar Negara adalah pertandingan

antara Inggris Menghadapi Skotlandia pada tahun 1872, hal itu kemudian diikuti

oleh terciptanya badan sepakbola nasional kedua di dunia yaitu Scootish Football

Assosiation pada tahun 1873. Sebelumnya asosiasi sepakbola telah tumbuh di

Inggris. Karena penyebaran sepakbola telah berkembang ke berbagai negara dan

jumlah pertandingan antar negara meningkat kebutuhan akan badan sepakbola

internasional muncul. Awalnya inggris berniat untuk mengatur peraturan

persepakbolaan global dan menunjukkan peran inggris dalam sejarah sepakbola.

Keinginan tersebut ditolak oleh berbagai negara dan dipimpin oleh presiden

sepakbola Lord Kinnaird, yang akhirnya negara-negara benua Eropa membentuk

kelompok sendiri yang akhirnya disebut FIFA yang lahir di Paris pdada tanggal 21

mei 1904.35 Untuk menyatukan Asosiasi sepakbola Prancis, Belgia, Denmark,

Belanda, Spanyol, Swedia, dan Swiss.36

Statuta pertama FIFA adalah :

1. Hanya Asosiasi Nasional diwakili akan diakui.

2. Klub dan pemain hanya bisa bermain untuk dua Assosiasi sepakbola

nasional.

3. Pertandingan itu akan dimainkan sesuai dengan Laws of the Game of the

Football Association.

35

Joseph s. Blatter, All About FIFA ,Develope Game,Touch the future, (Zurich: FIFA, 2010) hal,15.

36

Lihat,http://www.fifa.com/aboutfifa/officialdocuments/doclists/aboutfifa.html. (diakses tanggal 22 agustus 2013) pukul 16.14WIB


(54)

4. Setiap assosiasi Negara membayar biaya tahunan sebesar 50 Franc.

5. Hanya FIFA bisa mengatur Pertandingan Internasional.37

Kongres FIFA pertama diadakan pada tanggal 23 Mei 1904 Robert Guérin

terpilih menjadi Presiden, Victor E. Schneider dari Swiss dan Carl Wilhelm Anton

Hirschmann dari Belanda menjadi Wakil Presiden, dan Louis Muhlinghaus Belgia

ditunjuk sebagai Sekretaris dan Bendahara dengan bantuan Ludvig Sylow dari

Denmark. Upaya awal melaksanakan pertandingan internasional tanpa Inggris

gagal, walaupun pada akhirnya Inggris bergabung dengan FIFA pada tanggal 14

April 1905. Pada tahun 1906, Daniel Burley Woolfall didapuk sebagai presiden

FIFA dan menyeragamkan peraturan sepakbola di seluruh dunia.38

2. Assosiasi

Badan ini berfungsi bersama dengan asosiasi-asosiasi regional yang

memantau perkembangan sepak bola di berbagai belahan dunia. Keenam

konfederasi yang membentuk FIFA (dan wilayah yang di bawah pengawasan

mereka) adalah:39

 AFC - (Asia)

 CAF - (Afrika)

 CONMEBOL - (Amerika Selatan)

 CONCACAF - (Amerika Utara, Tengah dan Karibia)

37

Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/FIFA. (diakses tanggal 22 agustus 2013) pukul 16.14 WIB.

38

Ibid. 39

Dr. Hinca Ip Pandjaitan XII, SH.MH.ACCS, Kedaulatan Negara Vs Kedaulatan FIFA,(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2011) hal.


(55)

44  OFC - (oceania)

 UEFA - (Eropa)

Jika digambarkan secara sederhana, maka bentuk kelembagaan struktur

organisasi. Jadi pondasi sepakbola yang sesungguhnya adalah pemain sepakbola

itu sendiri sepakbola berbentuk piramida, dimana FIFA berada di bagian paling

atas lalu diikuti dengan enam konfederasi di bagian tengah dan di bagian paling

bawah adalah 208 asosiasi sepakbola. Namun demikian, piramida itu belum

berhenti sampai pada level asosiasi sepakbola di masing-masing negara, sebab

setiap klub-klub sepakbola baik, klub sepakbola amatir maupun klub sepakbola

professional merupakan bagian dari FIFA dan merupakan pondasi dasar dari

FIFA.

3. Wewenang FIFA

FIFA merupakan badan hukum organisasi internasional yang berbadan

hukum Swiss yang memiliki dan mengelola sepakbola professional secara tunggal

di dunia, yang didirikan berdasarkan ketentuan Pasal 60 Swiss Civil Code. Dan

diakui keberadaannya oleh negara-negara di dunia. Jumlah keanggotaan FIFA

sebanyak 20940 lebih besar dibandingkan dengan keanggotaan Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) yang hanya 192 negara.

Pasal 60 Swiss Civil Code mengatur FIFA adalah sebuah organisasi yang

status badan hukumnya sebagai federasi sepakbola internasional tunggal yang

didirikan tanggal 21 Mei 1904 di Paris, Prancis dan didaftarkan berdasarkan Pasal

40

Lihat, http://www.fifa.com/aboutfifa/officialdocuments/doclists/aboutfifa.html (diakses pada tanggal 22 Agustus 2013).pukul 19.23 WIB.


(56)

60 Swiss Civil code.41 FIFA berkantor di Zurich, Swiss, dimana lokasi Kantor

FIFA ini dapat dipindahkan ke tempat lain berdasarkan keputusan kongres FIFA

yang khusus dibuat untuk itu.42 Dengan demikian FIFA berbadan hukum Swiss.

tentang pendirian sebuah society sebagai berikut : “Associations which have a political, religius, scientific, artistic, charitable, social, or any other than an industrial object, acquire the status of a person as soon as they show by their constitution their intention to have a corporate existence. They constitution must be drawn up in writing and state object, the capital and the organization of the society”.43

Keanggotaan FIFA bukanlah negara melainkan asosiasi sepakbola swasta

tunggal yang dibentuk oleh sekelompok orang yang mengelola klub sepakbola

yang berbadan hukum di negara yang bersangkutan sesuai dengan mekanisme dan

sistem aturan yang ditetapkan Pasal 10 ayat (1) Statuta FIFA yang berbunyi : “Any Association Which is responsible for organizing and supervising football in its

country may become a member of FIFA. In this context, the expression “country”

shall refer to an independent state recognized by the international community. Subject to par. 5 and par. 6 below, only one Association shall be recognized in each country”.44 Di Indonesia, organisasi yang resmi dan satu-satunya yang memiliki kewenangan dan karenanya berdaulat penuh mengelola penyelenggaraan

sepakbola adalah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

41

Lihat pasal 1 ayat 1 ststuta FIFA 42

Lihat pasal 1 ayat 2 statuta FIFA 43

Swiss civil code pasal 60. 44


(1)

Daftar Pustaka

Bambang dan Sugianto. Pendidikan Kewarganegaraan. Surakarta: Penerbit Grahadi, 2007.

Blatter, Joseph s. All About FIFA,Develope Game,Touch the future. Zurich: FIFA, 2010.

Chilcote, Ronald.H. Teori Perbandaingan Politik.Penelusuran Paradigma. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Dr. Pandjaitan, Hinca Ip XII, SH.MH.ACCS, Kedaulatan Negara Vs Kedaulatan FIFA. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2011.

Erwiyantoro, Dosa-Dosa nurdin Halid. Yogyakarta: Galang Press Yogyakarta, 2011.

Halid, Nurdin, Membangun Sepakbola Indonesia Modern.Menuju Industri Sepakbola dan Pentas Dunia. Jakarta: PSSI, 2010.

Hardjana, Agus M. Konflik di Tempat kerja. Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Helmer, Diana stall. Sports Throughout History,History of Soccer. New York: Rosen Publicy Group, 2000.

Husein, Sefean. Pentadbiran dalam Pembangunan Pendidikan. Pahang: Fakultas pendidikan Universitas Malaya, 2005.


(2)

Lesmana,Tjipta. Bola Politik dan Politik Bola, Kemana Arah tendangannya? Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013

Mufti, Muslim. Teori-Teori Politik. Bandung: CV pustaka Setia, 2013.

Murray, Bill. The Worlds Game, A History Of soccer.Illions: university of illions, 1996.

Natakusumah, Arief. Drama Itu Bernama Sepakbola.Jakarta: Elexmedia Komputindo, 2008.

Pickering, Peg. How To Manage Conflict. Jakarta: Erlangga, 2006.

Poloma, Maergareth M. Sosiologi Kotemporer. Jakarta: PT Raja Grafrindo Persada 1994.

Pudjiastuti, Pauline. Sosiologi. Jakarta: Grasindo Gramedia, 2008.

Rauf, Maswardi. Konsensus Politik: Sebuah penjajakan Teoretis, Jakarta: Dirjen pendidikan Tinggi DEPDIKNAS, 2000.

Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Subakti, Ramalan. Menahami Politik. Jakarta: Gramedia Mediasarana Indonesia, 1992.

Statuta FIFA (Federation International Football Assosiation)

Surat MoU antara PSSI,ISL dan KPSI.


(3)

Wahab, Dimas. 70 tahun PSSI,Mengarungi Millenium Baru 1930-2000. Jakarta: PSSI, 2000.

Waluya, Bagdja. Sosioligi, Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Bandung: PT Setia Purna Inves, 2004.

Wahyudin. Manajemen Konflik Dalam Organisasi. Jakarta : Al Fabeta, 2008.

Wibowo, Eddi dkk. Ilmu Politik Kontemporer. Yogyakarta: YPAPI, 2004.

Internet

http://bola.inilah.com/read/detail/1271522/komite-banding-akui-diintimidasi-pe merinta h /#.UiSRsdI0 (diakses tanggal 15 Oktober 2013) pukul 14.30 WIB.

http://bola.inilah.com/read/detail/1696742/inilah-alasan-pssi-pecat-riedl#.UifolN I0W uI,(diakses tanggal 5 Agustus 2013) pukul 09.15 WIB.

http://bola.kompas.com/read/2012/03/27/10541234/Kisruh.PSSI.Dibawa.ke.Rapat .Exco.FIFA (diakses tanggal 28 Agustus 2013) pukul 13.33 WIB.

http://bola.liputan6.com/read/322341/nurdin-tuding-pemerintah-intervensi-pssi (diakses, 28 Agustus 2013) pukul 18.46 WIB.

http://bola.viva.co.id/news/read/212678-dpr-akan-panggil-menpora-terkait-pssi (diakse s tanggal 5 Mei 2013) pukul 11.14WIB.


(4)

http://bola.viva.co.id/news/read/213028-fifa-komite-normalisasi-ambil-alih-tugas-pssi (diakses tanggal 5 Agustus 2013 ) Pukul 18.00 WIB.

http://en.wikipedia.org/wiki/FIFA. (diakses tanggal 22 Agustus 2013) pukul 16.14WIB .) Pukul 08.22 WIB.

http://kemenpora.go.id/index/profil (diakses tanggal 27 Agustus 2013) pukul 09.27 WIB.

http://makassar .tribunnews.com /2013/01/11/menpora-sebut-dua-pengusaha- besar-penyebab-konflik-pssi (diakses tanggal 5 Mei 2013) pukul 15.30 WIB.

http://soccer.sindonews.com/read/2013/02/13/58/717416/pssi-btn-bentuk-interv ensi pemerintah, (diakses tanggal 7 September 2013) pukul 08.04 WIB.

http://sport.detik.com/sepakbola/read/2011/03/28/163632/1602915/76/pemerintah -tak-akui-lagi-pssi-di-bawah-nh-dan-nb (diakses tanggal 31 Agustus 2013) pukul 11.14 WIB.

sport.detik.com/sepakbola/read/2011/09/29/175456/1733532/76/liga-indonesia-kic k off-15-oktober (diakses 6 September 2013) pukul 07.23 WIB.

http://sport.detik.com/sepakbola/read/2011/12/19/002218/1794059/76/dibentuk-ko mite-penyelamat-sepakbola-indonesia (diakses 27 Agustus2 013) pukul 7.24WIB.

http://sport.detik.com/sepakbola/read/2012/ 0 /29/203916/1854953/76/indonesia-dipermalukan-bahrain-0-10 (diakses tanggal 7 Mei 2013) pukul 18.00 WIB.


(5)

http://www.antaranews.com/berita/77212/nurdin-halid-divonis-dua-tahun-penjara (diakses pada tanggal 24 Agusutus 2013) pukul 10.37 WIB.

http://www.fifa.com/aboutfifa/officialdocuments/doclists/aboutfifa.html.(diakses pada tan gal 22 Agustus 2013) pukul 16.14 WIB.

http://www.fifa.com/aboutfifa/officialdocuments/doclists/aboutfifa.html (diakses pada tanggal 22 Agustus 2013 pukul 19.23 WIB.

http://www.fifa.com/associations/association=idn/ranking/gender=m/index.html, (diakses tanggal 21 Agustus 2013) pukul 22.03WIB.

http://www.fifa.com/worldranking/rankingtable/index.html (diakses tanggal 24 Agustus 2013) pukul 9.39 WIB.

http://www.goal.com/id-ID/news/1390/pssi/2010/03/07/1822019/inilah-rapor-m erah-nurdin-halid (diakses diakses tanggal 24 Agusrtus 2013) pukul 11.09 WIB.

http://www.goal.com/id-ID/news/1391/superliga-indone sia/2010/1 2/30/2283443 /ik ut-lpi-tiga-klub-superliga-didegradasi (diakses tanggal 26 Agustus 2013) pukul 8.39WIB

www.merdeka.com/sepakbola/kpsi-resmi-layangkan-tantangan-untuk-timnas.html -(diakses 9 September 2013) pukul 6.54 WIB.

http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-indonesia/11/01/07/156996-me diasi-dengan-lpi-eh-pssi-tak-hadir (diakses tanggal 26 Agusutus 2013) pukul 07.53WIB.


(6)

http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-indonesia/12/03/19/m14r3z-in ilah-kro nologi-lengkap-perseteruan-pssi-dan-kpsi (diakses tanggal 26 Agu stus 2013) pukul 11.08 WIB.

http://www.sportsknowhow.com/soccer/history/soccer-history.shtml (diakses tan ggal 21 Agustus 2013) pukul 17.51WIB.

http://www.tempo.co/read/news/2007/11/02/068110615/Ketua-KONI-PSSI-Harus-Pili h-Ketua-Baru.( diakses tanggal 24 Agustus 2013) pukul 10.37WIB.

http://www.tempo.co/read/news/2007/11/02/068110657/Nurdin-Halid-Menolak-Mundur-dari-PSSI (diakses tanggal 24 Agustus 2013) pukul 10.50 WIB.

http://www.tempo.co/read/news/2011/01/05/099304037/Menpora-Siap-Mediasi-LPI-PS SI, (diakses tanggal 26 Agustus 2013) pukul 07.58WIB.


Dokumen yang terkait

Olahraga dan politik studi kasus peran pemerintah dalam konflik persatuan sepakbola seluruh Indonesia (PSSI)

1 7 124

Berlakunya Statuta Fédération Internationale De Football Association (FIFA) Terhadap Kedaulatan Negara (Studi Kasus Dualisme Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI))

3 41 152

ANALISIS BERITA LIGA PRIMER INDONESIA (LPI) DAN PERSATUAN SEPAK BOLA SELURUH INDONESIA (PSSI) Analisis Berita Liga Primer Indonesia (LPI) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) (Analisis Framing LPI dan PSSI dalam Surat Kabar Jawa Pos Period

0 0 17

PENDAHULUAN Analisis Berita Liga Primer Indonesia (LPI) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) (Analisis Framing LPI dan PSSI dalam Surat Kabar Jawa Pos Periode Januari - Maret 2011).

0 0 44

Berlakunya Statuta Fédération Internationale De Football Association (FIFA) Terhadap Kedaulatan Negara (Studi Kasus Dualisme Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI))

0 1 12

Berlakunya Statuta Fédération Internationale De Football Association (FIFA) Terhadap Kedaulatan Negara (Studi Kasus Dualisme Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI))

0 0 2

Berlakunya Statuta Fédération Internationale De Football Association (FIFA) Terhadap Kedaulatan Negara (Studi Kasus Dualisme Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI))

0 1 22

Berlakunya Statuta Fédération Internationale De Football Association (FIFA) Terhadap Kedaulatan Negara (Studi Kasus Dualisme Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI))

0 1 45

Berlakunya Statuta Fédération Internationale De Football Association (FIFA) Terhadap Kedaulatan Negara (Studi Kasus Dualisme Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI))

0 0 5

ANALISIS MANAJEMEN KEPEMIMPINAN MELALUI APLIKASI SWOT PADA ORGANISASI PSSI (PERSATUAN SEPAKBOLA SELURUH INDONESIA)

0 0 9