Definisi Konflik LANDASAN TEORI
18
berterusan. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber
– sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat.
Dari beberapa pengertian di atas dari para ahli disimpulkan konflik dibagi menjadi beberapa faktor dan pengertian.
Ramlan Subakti menjelaskan tentang pegertian konflik politik terdapat lima penjelasan mengenai konflik politik yaitu sebagai berikut:
15
1. Konflik politik adalah konflik yang berhubungan tentang pertentangan
kepentingan publik. 2.
Konflik politik yang berkenaan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintah. Secara verikal konflik dapat terjadi karena antara pemerintah
dan rakyat, secara horizontal terjadi antara masyarakat pendukung penguasa dan masyarakat yang ingin berganti penguasa.
3. Konflik politik merupakan konflik yang terjadi akibat dari adanya
perebutan kekuasaan. Dalam arti luas pencakup memepertahankan kekuasaan, mencari dan menjalankan kekuasaan.
4. Politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan umum. dapat dicontohkan sebagai kebijakan PSSI yang menuai banyak kritik semasa zaman kepemimpinan Nurdin Halid dan Djohar
Arifin seperti format pertandingan larangan kompetisi dan sanksi bagi pengikut organisasi atau pengurus yang dianggap tidak sah.
15
Ramalan Subakti,menahami Politik Jakarta:Gramedia Mediasarana Indonesia ,1992hal.1-2
19
5. Politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan mempertahankan
sumber-sumber yang dianggap penting. Sumber yang dianggap penting dapat dicontohkan seperti materi pengaruh dan koneksi.
Penjelasan Ramlan Subakti di atas mewakili beberapa nilai-nilai yang ada dalam konflik PSSI. Konflik antar pengurus PSSI, ketidakpercayaan masyarakat
dengan Nurdih Halid serta dampak yang terjadi setelah konflik PSSI menjadikan konflik di PSSI semakin luas yang akhirnya memaksa pemerintah turun tangan
serta FIFA membentuk Komite Normalisasi yang bertujuan untuk mengatasi konflik PSSI dan komite banding PSSI yang akhirnya hanya meredam sementara
konflik PSSI. Robbins berpendapat adanya perkembangan pemikiran tentang konflik ada
yang berpendapat bahwa konflik adalah sesuatu yang harus dihindari Karena konflik menunjukkan adanya hal yang tidak terjadi dalam suatu kelompok.
Robbins menyebut pemikiran ini sebagai pandangan Tradisional. Aliran pemikiran lainnya adalah pandangan hubungan manusia, berpendapat konflik adalah gejala
ilmiah yang tidak terhindarkan dalam suatu kelompok manapun konflik tidak selalu jahat tetapi konflik berpotensi sebagai daya positif untuk mendonrong
sebuah kinerja. Pandangan ketiga dan yang paling modern menyatakan bahwa konflik tidak hanya menimbulkan daya positif tetapi secara eksplisit berpendapat
bahwa konflik mutlak diperlukan oleh sebuah kelompok untuk dapat berkinerja
20
secara efektif. Robbins melabeli ketiga aliran ini sebagai pandangan Interaksionis. Penulis menjelaskan lebih dekat masalah masing pandangan tersebut :
16
1. Pandangan tradisional The Traditional View. Pandangan ini menyatakan
bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah kekerasan, kerusakan
dan irasionalistis. Dari definisi tersebut konflik sudah sangat berbahaya dan harus dihindari. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat
komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang –
orang, dan kegagalaan manajemen. Pandangan bahwa semua konflik buruk merupakan pandangan yang sederhana dan kini banyak para ahli
menganggap konflik tidak serta merta buruk tetapi banyak diantara kita masih mengevaluasi situasi konflik dengan standar yang masih using kini.
2. Pandangan hubungan manusia The Human Relation View. Pandangan ini
menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai
sesuatu yang tidak dapat dihapuskan karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota.
Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik
harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi dan menguntungkan kinerja
16
Stephen P Robbins, Perilaku Organisasi ,Jakarta:Salemba Empat, 2008 hal.174
21
kelompok.pandangan ini mendominasi teori konflik dari akhir tahun 1940- 1970.
3. Pandangan interaksionis The Interactionist View. Pandangan ini
cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan
serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada
tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis
– diri, dan kreatif. Pandangan ini tidak serta merta mengatakan bahwa setiap konflik adalah baik, beberapa
konflik memang bisa mendukukng pencapaian tujuan kelompok dan memperbaiki kinerja yaitu bentuk konflik yang fungsional selain itu juga
terdapat konflik yang disfungsional.