25
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Jaringan Sosial
Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antara banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antara suatu kelompok dengan kelompok
lainnya. Hubungan- hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan
koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal Damsar, 2002:157.Jaringan Sosial memiliki konsep menunjukkan suatu
hubungan yang diikat oleh adanya kepercayaan dan kepercayaan itu dipertahankan dan dijaga oleh norma-norma yang ada.Pada dasarnya jaringan sosial terbentuk karena
adanya rasa saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan, dan saling membantu dalam melaksanakan ataupun mengatasi sesuatu.
Secara normatif yang mempersatukan orang secara bersama adalah sekumpulan gagasan bersama, dan adanya kultur dan proses sosialisasi yang menanamkan norma
dan nilai ke dalam diri aktor. Pakar teori Jaringan menentang hal tersebut karena menganggap seharusnya setiap orang memusatkan perhatian pada sebuah pola ikatan
yang objektif yang menghubungkan anggota masyarakat.Teori jaringan juga menelaah objek struktur makro dan mikro yang artinya aktor bisa berupa individu, kelompok,
perusahaan, atau masyarakat.Hubungan dapat terjadi di tingkat struktur sosial skala luas maupun skala kecil. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap individu
mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai kekuasaan,kekayaan,informasi. Akibatnya adalah bahwa sistem yang terstruktur
Universitas Sumatera Utara
26
cenderung terstratifikasi, komponen tertentu tergantung pada komponen yang lain. Maka dari itu membentuk sebuah kelompok menjadi upaya untuk mencapai sumber
daya yang bernilai. Hubungan antar individu dalam kelompok bersifat ikatan kuat dan ikatan lemah.
Granovetter mengemukakan ikatan kuat dan lemah dalam kelompok memiliki nilai tersendiri. Ikatan kuat dalam kelompok memungkinkan adanya motivasi lebih besar
untuk saling membantu dan lebih cepat untuk saling memberikan bantuan.Sementara itu ikatan lemah dapat mencegah isolasi dan memungkinkan individu mengintegrasikan
dirinya dengan lebih baik ke dalam masyarakat lebih luas.Dapat diartikan bahwa ikatan kuat dan ikatan lemah dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang di bentuk oleh
masyarakat. Salah satu contoh nya ikatan yang kuat didorong oleh faktor kesamaan sebagai suku tertentu maka masyarakat suku tersebut akan saling menolong dengan
sesegera mungkin masyarakat yang sedang mengalami musibah namun tetap dalam satu suku yang sama. Contoh ikatan yang lemah misalnya sekelompok masyarakat minoritas
yang tinggal di sebuah wilayah yang mayoritas dikuasai oleh satu suku saja namun kelompok tersebut bisa bergabung dengan suku mayoritas sehingga kelompok tersebut
menjadi mudah terintegrasi dengan suku mayoritas di wilayah tersebut dan membangun jaringan sosial yang multikultural.
Jaringan sosial memiliki sekumpulan prinsip logis yaitu: 1.
Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya. Aktor saling memasok dengan sesuatu yang berbeda dan
mereka berbuat demikian dengan intensitas yang makin besar atau makin kecil.
Universitas Sumatera Utara
27
2. Ikatan antara individu harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan lebih
luas. 3.
Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan non acak. Di satu pihak, jaringan adalah transitif artinya bila ada ikatan antara A,B dan
C, ada kemungkinan ada ikatana antara A dan C. Akibatnya adalah bahwa lebih besar kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A,Bdan C. Dilain
pihak, ada keterbatasan tentang berapa banyak hubungan yang dapat muncul dan seberapa kuatnya hubungan itu dapat terjadi. Akibatnya adalah juga
kemungkinan terbentuknya kelompok-kelompok jaringan dengan batas tertentu, yang saling terpisah satu sama lain.
4. Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang antara
kelompok jaringan maupun antara individu. 5.
Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur didalam sebuah sistem jaringan dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusikan secara
tak merata. 6.
Distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas menimbulkan baik itu kerjasama maupun kompetisi. Beberapa kelompok akan bergabung untuk
mendapatkan sumber daya yang terbatas itu dengan bekerja sama, sedangkan kelompok lain bersaing dan memperebutkannya.
2.2Teori Jaringan Bambu
Sejak berakhirnya Perang Dingin terdapat sebuah kawasan di dunia yang secara tidak terduga berkembang dengan pesat dari segi pembangunan secara
global, dimana kawasan itu adalah Asia Tenggara. Di Asia Tenggara pelaku ekonomi meningkat dan didominasi oleh Orang Cina atau Tionghoa yang telah
Universitas Sumatera Utara
28
keluar dari negara mereka, Tiongkok, dan mereka sangat sukses mendirikan bisnis di kawasan Asia Tenggara.Itu semua merupakan hasil dari perubahan politik,
ekonomi dan militer yang sangat cepat pada rakyat Tiongkok dan tidak mudah untuk mengabaikan kebesaran Tiongkok.Maka dari itu Tiongkok menjadi salah satu
kekuatan dunia saat ini terutama di sector bidang ekonomi.Bangsa Cina tersebar di seluruh negara terutama di kawasan benua Asia. Mereka membentuk jaringan
khusus untuk bisa menguasai perdagangan dunia dan bersaing dengan pengusaha dan perusahaan dari barat
Eropa dan Amerika dan jaringan tersebut dinamakan jaringan bambu Bamboo Net work.Jaringan Bambu terdiri atas himpunan besar keluarga Bangsa Cina yang berni
aga di Malaysia, Vietnam, Indonesia,Singapura, Thailand, zona pantai CinaTiongkok dan Taiwan. Anggota jaringan bambu adalah pemain penting dalam
transisi kebijakan Cina dari totaliter menjadi arah perdagangan dan pasar serta ekspansi ekonomi secara cepat.Para pengusaha etnis Cina sangat tangguh dalam
urusan perdagangan di luar negara asal mereka sehingga perekonomian negara Tiongkok sendiri menjadi terangkat dan semakin maju.Hal ini mengukuhkan
pebisnis Cina sebagai kompetitor yang patut di waspadai oleh para pebisnis dari barat seperti Eropa dan Amerika. Bisnis yang mereka ciptakan biasanya bekerja
sama dengan keluarga sendiri sebab mereka lebih percaya kepada keluarga dalam urusan bisnis dan dapat saling tolong menolong jika urusan bisnis dipegang oleh
keluarga atau kerabat dan segala urusan berkaitan dengan bisnis dianggap lebih mudah bekerja sama dengan sesama etnis Cina juga. Keluarga dibentuk untuk
mempelajari dan memahami tentang pola berbisnis yang tepat maka banyak contoh perusahaan yang dimiliki oleh etnis Tionghoa diteruskan secara turun temurun
Universitas Sumatera Utara
29
kepada anak cucu mereka sendiri.Artinya ikatan kekerabatan dan rasa kesamaan sebagai etnis Cina dikalangan para pengusaha di Asia Tenggara dan seluruh dunia
sangat kental.Perilaku atau kebiasaan demikian menimbulkan beragam fenomena, misalnya karena ikatan kekerabatan yang luar biasa erat menjadikan seseorang
anggota keluarga yang tidak kompeten lebih dipercaya memegang pekerjaan atau bisnis dibandingkan dengan tenaga ahli yang memang sudah professional atau
kompeten. Etnis Cina memang memiliki sifat yang turun temurun yang berkaitan dengan
keberhasilan dalam bekerja atau berusaha yakni sifat berhemat, berwirausaha, dan ketekunan.Berhemat artinya disini adalah tidak menghambur-hamburkan harta
untuk bersenang-senang, mereka justru sangat berhati-hati dalam menggunakan dan menikmati harta yang mereka miliki.Sifat berwirausaha maksudnya adalah
wirausaha dianggap dapat menjadi sumber untuk memperoleh penghasilan bagi etnis Tionghoa dan berikutnya sifat ketekunan berarti setiap pekerjaan yang
dilakukan harus dikerjakan dengan bersungguh-sungguh dan tidak boleh bermalas- malasan.Etnis Cina tak hanya belajar untuk berbisnis lewat keluarga atau turun
temurun, mereka juga memperoleh ilmu berbisnis dengan menuntut ilmu di negara- negara barat kemudian menerapkan ilmu yang mereka peroleh ke dalam bisnis-
bisnis yang dijalankan oleh keluarga mereka. Dari sifat-sifat diatas maka dapat dilihat bahwa pebisnis Tionghoa atau Cina
memang layak untuk sukses dan menguasai dunia usaha di seluruh dunia.Dalam menjalankan bisnisnya dapat kita lihat ciri-ciri khas orang Cina yang sudah
diketahui oleh khalayak umum. Ciri khas dari sifat pebisnis etnis Cina dalam usaha bisnis yang dijalankan diantaranya, pengusaha Cina biasanya menghindari banyak
Universitas Sumatera Utara
30
publikasi dan lebih suka bekerja di belakang layar seperti memproduksi sarana untuk produsen menjalankan proses produksi, atau terjun ke usaha grosir,
pembiayaan atau pengakutan tanpa memperlihatkan merk mereka ke khalayak umum. Disini terlihat bahwa pebisnis Cina cenderung menutup diri dari masyarakat
umum dan hanya mau bekerja di balik layar bisnis-bisnis tanpa memperlihatkan identitas mereka secara terbuka. Ciri berikutnya yakni perusahaan keluarga etnis
Cina sifatnya memiliki pengawasan yang ketat, kontrol terpusat dan melakukan transaksi dengan jalur yang aman bagi mereka agar proses birokrasi tidak
merepotkan. Untuk urusan transaksi atau birokrasi, etnis Cina tidak mau repot mengurus hal-hal mengenai usaha mereka dengan bertele-tele karena mereka sangat
menghargai waktu dan kesempatan. Jika birokrasi di permudah maka proses pelaksanaan kegiatan dalam berbisnis atau berdagang akan semakin cepat dan tidak
membuang waktu yang percuma. Ciri ketiga adalah perusahaan para pebisnis Etnis Cina karena mereka lebih menekankan perusahaan yang memiliki jaringan luas
daripada hanya memiliki satu perusahaan yang mendominasi pasar namun perkembangannya kurang signifikan dikemudian hari.Dalam menentukan kegiatan
berbisnis, orang-orang Cina tentu sangat terperinci dan penuh dengan perhitungan yang matang. Apabila kesempatan membuka perusahaan lebih dari satu dilakukan
mereka beranggapan bisa saja perusahaan tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga hanya dengan satu perusahaan saja , dikontrol dengan teliti akan jauh lebih
memperoleh keuntungan uang banyak. Dan ciri yang terakhir adalah para pebisnis Etnis Cina di luar negeri memanfaatkan atau menggunakan gaya manajemen yang
informal dan intuitif. Dengan gaya usaha atau berdagang secara informal dan intuitif akan mempermudah untuk menjalin kerjasama dengan para pebisnis Cina
Universitas Sumatera Utara
31
lainnya dan memperoleh kepercayaan para pebisnis lainnya. Dari ciri khas pebisnis Cina yang telah dijelaskan diatas memperlihatkan kinerja dan pola perilaku yang
sangat umum dilakukan oleh etnis Cina dalam menjalankan bisnis, walaupun tidak semua orang Cina berwirausaha dan juga tidak semua menjadi sukses dalam
menjalankan bisnis namun ikatan dalam jaringan sebagai sesama etnis Cina atau Tionghoa tetap ada dan dipertahankan dalam hubungan sosial.
2.3 ‘Masalah Cina’ di Indonesia