Jaringan Bambu (Bamboo Network) Dalam Memilih Pendidikan Tinggi Pada Masyarakat Etnis Tionghoa Medan (Studi Kasus di Universitas Prima Indonesia dan STIE & STMIK IBBI Medan)

(1)

• DOKUMENTASI

Gambar (1) Lokasi Penelitian yaitu Universitas Prima Indonesia dan STIE & STMIK IBBI Medan, Sumatera Utara


(2)

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adidharta,Syaifud.2013.Etnis China Tionghoa Masih Nomor Satu Kuasai Bisnis dan Ekonomi Indonesia.http://m.kompasiana.com/syaifud_adidharta_2/etnischin ationghoa masih nomor satu kuasai bisnis dan ekonomi indonesia_552985f2f17 e61b07ed623ac.

Adrian, Fikri.2013.Identitas Etnis dalam Pemilihan Kepala Daer Diakses Pada 19 April 2016

Agustrisno.2008.Respons Kultural dan Struktural Masyarakat Tionghoa Kota Medan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7124/1/08E00268.pdf:

Anonim.2010.Perkembangan Etnis Tionghoa di Indonesia Dari Masa Ke Masa.

U SU e-Repository diakses pada 21 Januari 2016

https://kakarisah.wordpress.com/2010/03/09/perkembangan-etnis-tionghoa-di-indonesia-dari-masa-ke-masa/.

Anonim.2014.Diskriminasi Etnis Tionghoa di Indonesia Pada Masa Orde Lama dan Orde Bar

Diakses Pada 02 Juli 2016

2015

Anggraini,Rina.2015.8 Kampung Cina Terbesar di Dunia.http://lifestyle.sindonews.co m/read/965833/156/8-kampung-cina-terbesar-di-dunia-1424229498. Diakses Pada 01 Agustus 2016

Anugrahani, Binita Yuania. 2014. Pemaknaan Etnis Tionghoa Dalam Mengaktualisasikan Nilai Leluhur Pada Bisnis Perdagangan dalam Jurnal E-Communication. Diakses pada 05 Desember 2015

Bagus, Ida Irawan. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Bungin, Burhan.2001.Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada Cipta. Jakarta

Burhanuddin.1980.Stereotip Etnik, Asimilasi dan Integrasi Sosial.Jakarta: Pustaka Grafika


(4)

Creel, H.G.1990.Alam Pikiran Cina.Yogyakarta: Tiara Wacana

Coppel,Charles A.2003.Kendala-Kendala Sejarah dalam Penerimaan Etnis Cina di Indonesia Yang Multikultural, dalam Jurnal Antropologi Indonesia. Diakses pada 11 Januari 2016

Dahlan,Mubarak.2009.Etnis Tionghoa Dan Pembauran:Masyarakat Tionghoa Muslim di Makassar.http://digilib.unm.ac.id/files/disk1/7/universitas%20negeri %20makassar-digilib-unm-mubarakdah-310-1-mubarak-doc.Diakses pada 25 Desember 2015

Darini, Ririn.2006.Perempuan Dalam Budaya Cina Kuno dalam Jurnal Istoria Vol 2. Diakses Pada 07 Januari 2016

---.2009.Nasionalisme Etnis Tionghoa Di Indonesia, 1900-1945 dalam Jurnal UNY. Diakses pada 07 Januari 2016

Darmayana, Hiski.2013. Peristiwa Mangkok Merah,Ketika Imperialisme “mengawini”Rasialisme.http:///Peristiwa Mangkok Merah Ketika Imperialisme -Mengawini-Rasialisme.htm.Diakses Pada 17 Desember 2015

Dawis,Aimee.2010.Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Dawson,Raymond.1999.Konghucu:Penata Budaya Kerajaan Langit.Jakarta: PT.Temprint

Djailani,Faaqih Irfan.2015.Etnis Cina Di Asia Tenggara.http://asiatenggarasean.blogspo t.com/2015/02/etnis cina di asiatenggara.html.Diakses Pada 30 November 2015 Djie,Liem Twan.1996.Perdagangan Perantara Distribusi Orang-Orang Cina di Jawa.

Jakarta: Gramedia

Eriyanti,Fitri.2006.Dinamika Posisi Identitas Etnis Tionghoa dalam Tinjauan Teori Identitas Sosial dalam Jurnal Demokrasi vol 5. Diakses pada 10 Juli 2016

Ferbas.2012.Kehidupan Etnis Tionghoa di Indonesia Pada Masa Orde Lama dan Orde

Baru.http://febasfi.blogspot.com/2012/11/kehidupan-etnis-tionghoa-di-indonesia.html. Diakses Pada 09 Februari 2016

Fung, Yu Lan.1990.:SejakSejarah Ringkas Filsafat Cina Konfusius Sampai Han Fei Tzu.Yogyakarta: Liberty

Goreti, Christian Maria, Bambang Samsu Badriyanto, Mrr. Ratna Endang Widuatie.2013. Chung Hua School Sebagai Representasi Pendidikan Etnis Tionghoa Di Jember Tahun 1911-1966 Jember:Publik Budaya


(5)

Gunawan, Ary.H.1995.Kebijakan-kebijakan pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta

Hakim, R.Z.2012.Sejarah Normal School di Jember Hamdani,Nasrul.2013.Komunitas Cina di Medan.Jakarta: LIPI Press

Harahap,Abdi Syahrial.2014.Etnik Tionghoa di Bandar Raya Medan: Kajian Tentang Pandangan Mereka Terhadap Agama Islam

Hariyono, P. 1994. Kultur Cina Di Jawa, Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Herlianto.2003.Masalah Cina 3 pada 21 Februari 2016

Hermawati.2006.Unsur Budaya Cina.Semarang: Petraya

Hidajat, Z. M. 1977. Masyarakat dan kebudayaan Cina Indonesia. Bandung: Tarsito. Ila,Fatahillah.2015.Rahasia Kaya Orang Ci

Indah,Ratna.2012.Indikator dan Tingkatan Diskriminasi Terhadap Etnis Cina (Tionghoa) di Indonesia.http://m.kompasiana.com/cheycilia/indikator-dan-tingkatan diskriminasi terhadap etnis cina tionghoa di indonesia_550f0349a3331 1a32dba87b6. Diakses pada 07 Januari 2016

Ismail, Rizabuana. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Medan: USU Press. Jahja,J.1991.Nonpri Dimata Pribumi.Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa.

Juliastutik.2010.Perilaku Elit Politik Etnis Tionghoa Pasca Reformasi dalam Jurnal Humanity vol 6. Diakses pada 10 Juli 2016

Kinarsih,Ayu Windy.2007.Identitas Etnis Tionghoa di Kota Solo.Yogyakarta: FISIPOL UGM

Kumbara, A.A.Ngr Anom.2009. Pluralisme dan Pendidikan Multikultural di Indonesia dalam Jurnal Jantra vol 4. Diakses Pada 23 Juli 2016

Kunio, Yoshihara.1990.Kapitalisme Semu Asia Tenggara.Jakarta: LP3ES

Liem,Simon.2008.Asal Mula Pecina

Lim, Hermanto, David Mead dan SIL International.2011. Chinese In Indonesia: A Background Study.SIL(Summer Institute of Languange) International


(6)

Lin,Yutang.2004.Penguasa Bijak: Berguru Pada Demokrasi Cina Kuno.Jakarta: Curiosita

Lukman.2012.Diskriminasi Etnis Tionghoa di Indonesia.http://loekman18.blogspot.com /2012/04/diskriminasi etnis tionghoa di Indonesia.html.Diakses Pada 10 Januari 2016

Mahardika,Heppy Fananda tionghoa-pada-masa-orde-baru.html?m=1.Diakses Pada 17 Februari 2016

Maliki,Zainuddin.2008.Sosiologi Pendidikan.Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Manurung,Ria.2005.Dampak Perumahan Mewah Terhadap Persepsi Etnik Cina Pada Diri Dan Lingkungannya (Studi Kasus pada Etnik Cina di Perumahan Setia Budi Indah, Kota Medan). Medan: Jurnal Wawasan Diakses pada 11 Januari 2016

Monica,Iza. 2013.Menerapkan sikap mental bisnis orang Cina.http://monicaiza1.blogsp ot.co.id/2013/06/bab-3-menerapkan-sikap-mental-bisnis.html. Diakses pada 15 November 2015

Mudana,I.W.2010.Modal Sosial Dalam Pengintegrasian Etnis Tionghoa Pada Masyarakat di Desa Pakraman Bali.Bali: Jurnal Sosial dan Humaniora Vol . Diakses Pada 31 Desember 2015

Nikmah,Mu’sodatun.2013.Pengaruh Pembauran Etnis Tionghoa Terhadap Peningkatan Partisipasi Gotong Royong dan Tolong Menolong Pada Masyarakat.http://Pengaruh%20Pembauran%20Etnis%20Tionghoa%20Terhada p%20Peningkatan%20Partisipasi%20Gotong%20Royong%20dan%20Tolong% 20Menolong%20Pada%20Masyarakat. Diakses pada 27 November 2015

Ning, Hasyim.1992.Masalah Rasialisme yang Sebenarnya, Dalam Nonpri dimata Pribumi.Jakarta: Yayasan Tuna Bangsa

Noordjanah, Andjarwati. 2004. Komunitas Tionghoa Di Surabaya (1970-1996). Semarang: Jateng.

Novalita,Rahmi.2013.Dimensi Sosial Etnis Tionghoa Yang Bermukim di Kota Bukittinggi.http://siakad.umuslim.ac.id/jurnal/index.php/LTR1/article/view/203/ 0. Diakses Pada 08 Desember 2015

Oei,Istijanto.2009.Rahasia Sukses Kaum Tionghoa.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Onghokhan.2009.Riwayat Peranakan Tionghoa di Jawa.Jakarta: Komunitas Bambu Poloma, Margaret M.1989.Sosiologi Kontemporer.Jakarta: Rajawali Press


(7)

Ranius, A Yani.2014.Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah.Palembang:SEMBISTEK 2014 IBI Darmajaya Diakses pada 29 Oktober 2015

Redding, Gordon.S.2002.Jiwa Kapitalisme Cina (terjemahan).Jakarta: Abdi Tandur Revida, Erika.2006. Interaksi Sosial Masyarakat Etnik Cina Dengan Pribumi di Kota

Medan Sumatera Utara. Medan: Jurnal Harmoni Sosial Diakses Pada 11 Januari 2016

Ritzer, George dan Douglas J.Goodman.2012.Teori Sosiologi Modern.Jakarta: Prenada Media Group

Rudito,Bambang dan Melia Famiola. 2008. Social Mapping. Bandung: Rekayasa Sains Santoso,Aprih dan Nunik Kusnilawati.2011. Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa Dalam Memilih Pendidikan Diploma III.Malang:J Dinamika Sosbud Diakses pada 29 Oktober 2015

Sari,Novita Intan.2014.Minoritas Yang Merajai Ekonomi Indonesia.http://m.merdeka.co m/peristiwa/minoritas-yang-merajaiekonomi indonesia.html.Diakses Pada 14 November 2015

Seng,Ann Wang. 2007.Rahasia Bisnis Orang Cina.Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika) Setiono, Benny G. 2002. Tionghoa dalam pusaran politik. Jakarta: Elkasa.

Siburian,Robert.2009. Etnis Cina Di Indonesia Fakta Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Diakses pada 08 Februari 2016

Soekanto, Soerjono.2009.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Rajawali Press

STIE dan STMIK IBBI Medan.2016.Sejarah Pendirian.http://www.ibbi.ac.id/ibbiacid/b erita.php?id=14&jenis=page-sejarah. Diakses Pada 15 Oktober 2015

Stuart William, Greif 1991. Problematik Orang Indonesia Asal Cina. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Suliyati,Titiek.2009.Melacak Warisan Budaya Cina di Lasem. http://eprints.undip.ac.id/ 34061/1/Melacak_Warisan_Budaya__Cina_Di_Lasem.doc. Diakses pada 10 April 2016

Suparlan, Parsudi.1984.Interaksi Antar Etnik di Beberapa Provinsi di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti

Suryadinata, Leo.1999. Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa.Jakarta: PT Pustaka LP3ES


(8)

---1999.Negara dan Minoritas Tionghoa di Indonesia dalam Wacana:Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya. Diakses pada 15 Oktober 2015

---1984.Dilema Minoritas Tionghoa.Jakarta: PT.Grafitti Press

---1988.Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia.Jakarta: PT.Gramedia

---2000.Politik Peranakan Tionghoa di Jawa. Jakarta: Sinar Harapan ---2002.Kebijakan Negara Indonesia Terhadap Etnik Tionghoa: Dari

Asimiliasi ke Multikulturalisme?Dalam Jurnal Antropologi Indonesia Vol 71. Diakses pada 25 Mei 2016

Susetyo,D.P.B.2002.Stereotip dan Relasi antar Etnis Cina dan Etnis Jawa pada Mahasiswa di Semarang (Tesis).Depok: Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Tim Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.2016.Jumlah Perguruan Tinggi Swasta, Mahasiswa dan Dosen Menurut Jenis Perguruan Tinggi se-Sumatera Utara,2013/ Diakses Pada 15 Juni 2016

Tim UGM. 2014. Masalah Cina di Indonesia. Yogyakarta: LPPM UGM. Diakses pada 29 Oktober 2015

Tim UI.2012.Identitas Muslim Tionghoa Indonesia Pasca Orde Baru: Melampaui Batas-Batas Kategori Peranakan dan Totok.Depok:Jurnal Antropologi Indonesia vol 33 .Diakses pada 25 Mei 2016

U,Liang.2012.Bagaimana Penyebaran Tionghoa Bisa Sampai Indonesi

Universitas Prima Indonesia Medan.2016.Informasi Profil.http://unprimdn.ac.id/pages/3 4/-informasi-2016-2017. Diakses pada 15 Oktober 2015

Ushman,Jennifer.1991. Perubahan Identitas Cina di Asia Tenggara. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafitti.

Vinia Ardisari,Vita.2005.Politik Pemerintahan Indoneisa Terhadap Etnis Tionghoa di Kudus Pasca G.30S PKI (1965-1998) (Skripsi). Diakses Pada 24 Juli 2016

Virgiani,Hilda dan F.Anita Herawati.2015.Tanggapan Generasi Muda Etnis Tionghoa terhadap Implementasi Strategi Kampanye Calon Legislatif dari


(9)

Etnis Tionghoa Pemilu 2014. Diakses pada 21 Februari 2016

Wasserstrom,Jeffrey N.2014.Tiongkok Di Abad 21. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Weidenbaum,Murray dan Samuel Hughes.1996.The Bamboo Network. New York: The Free Press

Wibowo,I. 2000. Harga yang Harus Dibayar;Sketsa Pergulatan etnis Cina di Indonesia.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Wijayakusuma,Hembing.2005.Pembantaian Massal 1740: Tragedi Berdarah Angke, Jakarta: Penerbit Populer Obor

Wirartha, I Made.2006.Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi.Yogyakarta: CV Andi Offset (Penerbit ANDI)

Wirawan,I.B.2012.Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma.Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Yang,Twang Peck.2005.Elite Bisnis Cina di Indonesia dan Masa Transisi Kemerdekaan 1940-1950. Yogyakarta: Niagara

Yuanzhi,Kong.2005.Silang Budaya Indonesia-Tiongkok, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer Zein, Abdul Baqir. 2000. Etnis Cina dalam Potret Pembauran di Indonesia.Jakarta:


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

Salah satu ciri khas manusia adalah memiliki rasa ingin tahu. Setelah memperoleh pengetahuan tentang sesuatu maka keingintahuan yang lain akan segera menyusul hingga mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Begitulah seterusnya, sesuai hukum Gossen mengenai tingkat kepuasan maksimum dari manusia yang tidak pernah berhenti sampai ditemukannya tingkat kepuasan maksimum dalam mendapatkan sesuatu. Salah satu sebabnya adalah apa yang menjelma di hadapan manusia sebagai kenyataan alamiah dianggapnya sebagai kenyataan yang beraspek ganda. Di satu pihak, ia mengamati alamnya sebagai sesuatu yang mempunyai aspek statis dan di lain pihak ia mengamati pula terjadinya perubahan-perubahan, perkembangan dan segala sesuatu yang bersifat dinamis. Aspek statis dan dinamis itulah yang merupakan rangsangan pertama yang mendorong manusia untuk selalu ingin lebih tau. Jadi tidak hanya fakta-fakta yang menggejala atau terlihat dalam suatu proses yang sedang terjadi. (Wirartha,2006: 70)

Manusia secara lahiriah memiliki tujuan dalam kehidupannya dan selalu dihadapkan pada persoalan. Maka, untuk menyelesaikan persoalan hidup manusia akan melakukan suatu aksi dalam mengetahui latar munculnya persoalan, dan juga cara mengatasi persoalan tersebut.aksi yang di lakukan oleh manusia kedepannya tak hanya sekadar mengetahui tentang pokok persoalan yang terjadi tetapi juga dapat memberikan tambahan informasi baru tentang hal-hal yang berkaitan dengan persoalan tersebut dan juga membuka peluang penyelesaian persoalan dengan berbagai cara. Bahkan proses


(11)

pencarian penyelesaian persoalan dapat menjadi referensi bagi orang-orang lain untuk memecahkan suatu persoalan di kemudian hari. Aksi tersebut dapat disebut sebagai penelitian. Penelitian tidak hanya berusaha mencari alasan atau faktor yang melatar belakangi suatu persoalan atau permasalahan tetapi juga mengamati dampak atas persoalan yang telah terjadi, menggali fakta terbaru dari persoalan, sampai memperoleh cara yang efektif untuk memecahkan persoalan yang bersangkutan. Maka dari itu penelitian dilakukan dengan seksama dan penuh dengan kesiapa yang matang sehingga perlu dirumuskannya suatu metode penelitian.

Metode Penelitian terdiri atas dua kata, metode dan penelitian. Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan untuk mencapai sasaran atau tujuan dalam pemecahan suatu permasalahan. Kata yang mengikutinya adalah Penelitian yang berarti suatu usaha untuk mencapai sesuatu dengan metode tertentu, dengan cara hati-hati, sistematik dan sempurna terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Jadi metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur untuk memperoleh pemecahan terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Metode penelitian mencakup alat dan prosedur penelitian.Metode penelitian memandu si peneliti sesuai urutan kerja penelitian dari awal penelitian sampai akhir suatu penelitian.

Penelitian diterjemahkan dari kata research.Kata research sendiri berasal dari kata re yang artinya kembali dan to search yang artinya mencari.Jadi penelitian (research) dapat diartikan sebagai upaya untuk mencari kembali.Penelitian juga dapat didefenisikan sebagai kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu


(12)

hipotesis untuk mengembangkan prinsisp-prinsip umum. Dari uraian itu dapat disimpulkan bahwa penelitian mempunyai ciri yang sistematis atau bersistem dalam proses pengumpulan, analisis dan pelaporan hasil penelitian.

Penelitian dilakukan tidak terlepas dari ilmu tentang penelitian yang sudah dicoba dan diatur menurut aturan serta urutan secara menyeluruh dan sistematis.Ilmu lahir karena adanya sifat ingin tahu pada diri seseorang terhadap masalah yang memerlukan pemecahan.Permasalahan itu sendiri dapat dipecahkan melalui penggalian data atau informasi yang menunjang dan dari sinilah timbul teori-teori tentang permasalahan tertentu yang dapat digunakan untuk menghadapi permasalahan yang serupa.

Untuk menerapkan suatu teori terhadap suatu permasalahan, diperlukan metode khusus yang dianggap relevan dan membantu memecahkan permasalahannya. Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan. Jadi, metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.

Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris, research, yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu secara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya. Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. Di dalam penelitian dikenal adanya beberapa macam teori untuk


(13)

menerapkan salah satu metode yang relevan terhadap permasalahan tertentu, mengingat bahwa tidak setiap permasalahan dikaitkan dengan kemampuan si peneliti, biaya dan lokasi dapat diselesaikan dengan sembarang metode penelitian.

Dalam sebuah proses penelitian terdapat juga istilah Metodologi Penelitian. Metodologi Penelitian memiliki perbedaan dengan metode penelitian. Secara etimologis, metodologi penelitian berasal dari kata metode yang berarti cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Jadi, metodologi memiliki arti cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Metodologi Penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisis dan menyimpulkan data-data sehingga dapat digunakan untuk menemukan mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Disini dapat ditelaah perbedaan metode penelitian dengan metodologi penelitian dimana metode penelitian adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis, sementara itu metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat pada penelitian. Ditinjau dari sudut filsafat, metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian, yaitu menyangkut cara kita melakukan penelitian.

Dilihat dari segi maknanya, pengertian metodologi penelitian atau methodology research dapat dibedakan dengan penelitian atau research dalam artian umum. Dalam pengertian umum, metodologi penelitian merupakan suatu ilmu atau studi mengenai sistem, ataupun tindakan menjalankan investigasi,sedangkan penelitian merupakan


(14)

tindakan melakukan investigasi untuk mendapatkan fakta baru, tambahan informasi dan sebagainya yang dapat bersifat mendalam ( in depth research ). Dengan perkataan lain, metodologi penelitian merupakan ilmu ataupun studi yang berhubungan dengan penelitian sedangkan penelitian menunjukkan kegiatan pelaksanaan penelitian. (Wirartha,2006: 68)

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus sebagai kajian yang rinci atas suatu latar atau peristiwa tertentu. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi obyek yang dialami.Disini peneliti merupakan instrument kunci.Teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan.Data yang dihasilkan bersifat deskriptif dan analisis data dilakukan secara induktif.Penelitian ini lebih menekankan makna daripada generalisasi.Pada intinya penelitian kualitatif adalah penelitian yang perlu dilakukan setelah suatu masalah diteliti secara kuantitatif, tetapi penyelesaiannya belum terungkap.Jadi jika belum puas dan ingin mengetahui suatu masalah lebih mendalam padahal kita tidak bisa menduga atau sukar membuat asumsi-asumsi (karena banyaknya kemungkinan penyelesaian/cara yang terjadi) maka penelitian kualitatif cocok dilakukan.

Oleh karena itu salah satu ciri penelitian kualitatif adalah sukarnya merumuskan hipotesis.Selain itu karena kedalaman dan keintensifan penyelidikan suatu masalah, penelitian kualitatif mempunyai sampel yang


(15)

sedikit (cenderung sampel purposif), menghabiskan waktu yang relative lama (karena lebih memperhatikan proses daripada hasil) dan tidak memiliki tes signifikansi.Akibatnya generalisasi hasil penelitian ini biasanya hanya untuk sejumlah subjek yang diteliti. Tak heran jika penelitian lebih sering berbentuk case studies, field research, naturalistic atau jenis kualitatif lainnya. Penelitian Kualitatif bersifat deskriptif karena analisis data yang dilakukan tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada) melainkan berupa deskripsi atas gejala-gejala yang diamati, yang tidak selalu harus berbentuk angka-angka atau koefisien antar variable.Pada penelitian kualitatif pun bukan tidak mungkin ada data yang kuantitatif.

Penelitian kualitatif cenderung berkembang dan banyak digunakan dalam ilmu-ilmu sosial yang berhubungan dengan perilaku sosial/ manusia dengan berbagai argumentasi tentunya.Diantaranya, ciri-ciri dan sifat penelitian kualitatif seperti dilaporkan diatas memungkinkan dipakai pada penelitian bercorak sosial (ilmu-ilmu sosial). Jadi, jika ada sebagian peneliti yang menggunakan penelitian kualitatif dengan alasan tidak mengetahui masalah statistika maka ia keliru. Statistika (statistika inferensial) tidak digunakan karena memang tidak diperlukan dalam penelitian kualitatif.Kerangka penulisan penelitian kualitatif pada dasarnya mengacu pada kerangka penulisan ilmiah. Hanya saja, pada bagian-bagian tertentu akan berbeda, tergantung pada tendensi untuk mengungkapkan apa pada penelitian dimaksud.

Metode yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode Studi Kasus (Case Study).Studi Kasus merupakan penelitian yang penelaahannya kepada suatu kasus dilakukan secara intensif, mendalam dan


(16)

mendetail.Sifat khas studi kasus adalah menggunakan pendekatan yang bertujuan mempertahankan keutuhan objek penelitian.Artinya objek dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi.Penelitian ini mempelajari secara intensif latar belakang keadaan dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu kelompok, lembaga atau masyarakat.Dalam hal ini, studi kasus amat berbeda bahkan berkebalikan dengan survei yang ingin mengetahui keseluruhan.Cara yang dipakai survei adalah tabulasi silang dan menghubungkan sejumlah besar variabel, tetapi tidak dengan mempertahankan keutuhan masing-masing responden. Ada beberapa ciri dari penelitian studi kasus yaitu:

1. Penelitian kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai kasus tertentu yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganisir mengenainya. Penelitian ini antara lain mencakup keseluruhan siklus kehidupan, kadang-kadang hanya meliputi segmen-segmen tertentu pada faktor-faktor kasus. 2. Studi kasus cenderung meneliti jumlah unit yang kecil tetapi mengenai

variabel-variabel dari kondisi yang berjumlah besar. Penelitian kasus sangat berguna untuk informasi latar belakang guna perencanaan yang lebih besar dalam ilmu-ilmu sosial. Ia lebih intensif menerangi variabel-variabel yang penting, proses-proses dan interaksi-interaksi yang memerlukan perhatian lebih luas. Penelitian ini merupakan perintis bagi penelitian lanjutan yang juga merupakan sumber hipotesis.

Penelitian kasus memberikan contoh yang berguna berdasarkan data yang diperoleh untuk memberikan gambaran mengenai penemuan-penemuan yang disimpulkan dengan statistik. Namun demikian ada beberapa kelemahan dari


(17)

studi kasus ini antara lain tidak memungkinkan generalisasi yang objektif pada populasi sebab representasi perincian kasus memang sangat terbatas dan penelitian kasus sangat peka terhadap keberatan sebelah yang subjektif sehingga hasilnya kurang objektif.

Studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail.Subjek yang diselidiki terdiri atas satu unit (kesatuan unit) yang dipandang sebagai kasus.Oleh karena bersifat mendalam dan mendetail maka studi kasus pada umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis data dalam satu jangka waktu. Kasusnya dapat terbatas pada satu orang, satu lembaga, satu keluarga, satu peristiwa, satu desa, ataupun satu kelompok manusia dan kelompok objek lain yang terbatas yang dipandang sebagai kesatuan.

Dengan demikian peneliti akan memperoleh data atau informasi lebih mendalam mengenai bentuk jaringan bambu (bamboo network) dalam hubungan sosial sesama masyarakat etnis Tionghoa yang dapat mempengaruhi pemilihan pendidikan tinggi oleh masyarakat etnis Tionghoa di kota Medan. Dengan pendekatan kualitatif peneliti mengharapkan dapat membantu melihat gejala atau fenomena apa yang memperlihatkan bagaimana masyarakat etnis Tionghoa khususnya masyarakat Tionghoa yang ada di kota Medan ini membangun jaringan sosial mereka dan bentuk jaringan bambu seperti apa yang mereka terapkan tak hanya dalam kehidupan bermasyarakat tetapi juga dalam hal menentukan pendidikan yang akan mereka jalani. Di dalam penelitian ini pendekatan kualitatif berfungsi untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang objek penelitian dan objek yang dimaksud adalah masyarakat etnis Tionghoa di


(18)

Kota Medan dimana dapat diketahui bahwa masyarakat etnis Tionghoa adalah masyarakat yang memiliki kepribadian yang tertutup dibandingkan masyarakat etnis lainnya di Indonesia sehingga sampel penelitiannya lebih terbatas dan dengan pendekatan kualitatif dapat membuka dan memperdalam data yang diperoleh dilapangan sehingga menjadi data yang berkualitas.

Sementara itu metode yang dipilih dan dipakai oleh peneliti adalah studi kasus dengan alasan untuk melakukan penelitian terhadap suatu kelompok masyarakat dan mendapatkan gambaran yang terperinci maka studi kasus dianggap cocok dalam penelitian ini. Dengan studi kasus diharapkan dapat memberikan gambaran dan penjelasan yang terperinci dan mendalam tentang keadaan dari sebuah komunitas atau kelompok yaitu kelompok masyarakat etnis Tionghoa khususnya masyarakat etnis Tionghoa di Kota Medan, pola kehidupan mereka terkait dengan interaksi yang terjalin dengan masyarakat sesama etnis Tionghoa maupun dengan masyarakat etnis lainnya yang mengarah pada jaringan sosial yang mereka bangun hanya dengan sesama etnis Tionghoa saja untuk mencapai suatu tujuan tertentu seperti berkaitan dengan pendidikan mereka bahkan kehidupan perekonomian mereka dapat tergambarkan dengan studi kasus ini.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang menjadi objek dari proses penemuan sumber informasi untuk penelitian. Lokasi penelitian harus lokasi atau tempat yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam proses penelitian tentang jaringan bambu (bamboo network) dalam memilih


(19)

pendidikan tinggi pada masyarakat etnis Tionghoa Medan maka lokasi yang dipilih adalah Kota Medan dan kampus-kampus yang tergolong ke dalam jenis kampus swasta yang ada di kota Medan. Lokasi penelitian memiliki banyak pilihan karena jumlah perguruan tinggi swasta di Kota Medan sangat banyak, misalnya Universitas Harapan, Universitas Sutomo, Universitas Dharmawangsa, Universitas Prima Indonesia, STBA-PIA, STIE IBBI, Mikroskill dan lain-lain. Dalam penelitian ini, peneliti memilih dan fokus pada lokasi penelitian di Universitas Prima Indonesia di jalan Sekip Sp.Sikambing Medan dan STIE IBBI yang berada di jalan Sei Deli No.18 Medan. Secara kasat mata, di kedua perguruan tinggi tersebut banyak terdapat mahasiswa dan mahasiswi etnis Tionghoa menuntut ilmu yang akan menjadi narasumber penelitian. Selain itu lokasi kedua kampus tersebut sangat strategis berada di wilayah permukiman warga dan dekat dengan pusat kota Medan yang dapat memudahkan dan memperlancar peneliti melakukan berbagai proses penelitian.

3.3 Unit Analisis dan Informan

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian tentang jaringan bambu di kalangan etnis Tionghoa Kota Medan ini adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari etnis Tionghoa yang mengenyam pendidikan tinggi.Sedangkan orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini adalah informan. Informan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah orang yang memberikan sebuah informasi atau orang yang menjadi


(20)

sumber data dalam sebuah penelitian. Informan dalam sebuah penelitian dibedakan menjadi dua yaitu Informan Kunci dan Informan pendukung data penelitian (informan biasa).

a. Informan kunci

Informan kunci adalah sesorang yang secara lengkap dan mendalam mengetahui informasi yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci (key informant) adalah mahasiswa etnis Tionghoa yang kuliah di Universitas Prima Indonesia dan STIE IBBI di Medan, pada tingkat atau angkatan akhir dari berbagai jurusan yang ada di kedua Perguruan Tinggi Swasta tersebut.Selain itu mahasiwa yang menjadi narasumber juga masih berstatus sebagai mahasiswa di kedu aperguruan tinggi tersebut.Mahasiswa/I etnis Tionghoa yang di pilih menjadi informan kunci dengan alasan mereka adalah objek penelitian ini dan mereka dapat memaparkan bagaimana jaringan bambu yang terdapat dalam kehidupan sosial mereka dan dikaitkan dengan memilih pendidikan tinggi pada komunitas atau kelompok masyarakat etnis Tionghoa di Medan.

b. Informan Pendukung (informan biasa)

Informan pendukung atau informan biasa adalah orang yang dapat dijadikan sebagai pelengkap dari informasi yang dibutuhkan. Informan pendukung biasanya orang-orang yang mengetahui informasi tentang masalah dalam penelitian namun informasinya cenderung terbatas sehingga informasi dari informan pendukung hanya akan menjadi data tambahan untuk memperjelas data dari informan kunci.Adapun yang menjadi informan


(21)

biasa dalam penelitian ini adalah keluarga Etnis Tionghoa dari mahasiswa yang menjadi informan kunci. Alasan keluarga menjadi informan pendukung adalah keluarga memiliki ikatan dengan informan kunci yang dalam penelitian ini adalah para mahasiswa/I etnis Tionghoa sehingga dapat menambah informasi yang mungkin dapat memperjelas atau memperkuat data yang diberikan oleh sang informan kunci.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan digunakan berdasar dari dua sumber yaitu dengan pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

3.4.1 Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah peneliti melakukan kegiatan langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Teknik Pengumpulan Data secara Primer merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan oleh seorang peneliti untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian mereka.Adapun teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara:


(22)

1. Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya.Dalam observasi diperlukan ingatan terhadap observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Karena manusia memiliki sifat pelupa, maka diperlukan catatan-catatan (check-list), alat-alat elektronik seperti kamera, video dan sebagainya; lebih banyak menggunakan pengamat; memusatkan perhatian pada data-data yang relevan; mengklasifikasikan gejala dalam kelompok yang tepat; menambah bahan persepsi mengenai objek diamati. Tingkat kecermatan observasi sangatlah dipengaruhi oleh faktor prasangka dan keinginan observee; terbatasnya kemampuan pancaindra dan ingatan; terbatasnya wilayah pandang, yaitu kecenderungan observe menaruh perhatian dengan membandingkannya kepada kejadian lainnya; kemampuan observer dalam menangkap hubungan sebab akibat; kemampuan menggunakan alat bantu; ketelitian pencatatan; pengertian observer terhadap gejala yang diukur.

Jenis jenis observasi yang terdapat dalam sebuah penelitian antara lain, sebagai berikut :

1. Jenis Observasi Partisipasi

Pengertian Observasi Partisipasi adalah observasi yang dilakukan dengan observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang


(23)

diteliti.Keadaan yang sebaliknya disebut nonobservasi partisipasi.Sedangkan kehadiran observer yang berpura-pura disebut kuasi observasi partisipasi.

2. Jenis Observasi Sistematis atau Observasi Berkerangka

Pengertian Observasi Sistematis adalah observasi yang sudah ditentukan terlebih dahulu kerangkanya. Kerangka tersebut memuat faktor-faktor yang akan diobservasi menurut kategorinya. Dalam observasi sistematik isi dan luasnya observasi lebih terbatas yang disesuaikan dengan tujuan observasi biasanya telah dirumuskan pada awal penyusunan rancangan observasi, respond dan peristiwa yang diamati dapat dicatat secara teliti, dan mungkin dikuantifikasikan.

3. Jenis Observasi Eksperimen

Pengertian Observasi Eksperimen adalah observasi yang dilakukan terhadap situasi yang disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang dicobakan.Jadi obervasi eksperimental melakukan pengendalian unsur-unsur penting kedalam situasi sedemikian rupa, untuk mengetahui apakah perilaku yang muncul benar-benar disebabkan oleh faktor yang telah dikendalikan sebelumnya.


(24)

Observasi Natural merupakan observasi yang di lakukan pada lingkungan alamiah subjek, tanpa adanya upaya untuk melakukan control atau direncanakan manipulasi terhadap perilaku subjek.

5. Jenis Observasi non Partisipan

Observasi Non Partisipan adalah metode observasi dimana observer tidak ambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan di observasi.

6. Jenis Observasi Formal

Obesrvasi Formal mempunyai sifat terstruktur yang tinggi, terkontrol dan biasanya digunakan untuk penelitian.Dalam observasi formal, defenisi observasi ditetapkan secara hati-hati, data disusun sedemikian rupa, observer dilatih secara khusus, dan reliabilitas antara pun sangat dijaga.Pencatatan analisis-interpretasi menggunakan prosedur yang shopisticated.

7. Jenis Observasi Informal

Observasi Informal mempunyai sifat yang lebih longgar dalam hal kontrol, elaborasi, sifat terstrukur, dan biasanya untuk perencanaan pengajaran dan pelaksanaan program harian.Lebih mudah dan lebih berpeluang untuk digunakan pada berbagai keadaan.Observasi informal sering disebut juga naturalistic observation.


(25)

Observasi Unobtrusive merupakan observasi yang tidak mengubah perilaku alamiah subjek penelitian.Dapat dilakukan dengan alat ataupun menyembunyikan identitas sebagai observer.

Dalam penelitian ini yang akan di observasi adalah tindakan dan perilaku masyarakat etnis Tionghoa dalam jaringan sosial mereka yang dapat memberikan pengaruh dalam berbagai proses kehidupan mereka di dalam masyarakat yang semakin modern termasuk dalam memilih pendidikan tinggi dan selain itu juga akan diobservasi bagaimana bentuk jaringan sosial masyarakat etnis Tionghoa tentang pendidikan bagi generasi masyarakat etnis Tionghoa. Dengan melakukan metode observasi diharapkan dapat menggambarkan jaringan sosial atau jaringan bambu yang dterapkan oleh masyarakat etnis Tionghoa yang ada di Kota Medan dalam segala aspek kehidupan mereka termasuk aspek pendidikan yang menjadi salah satu inti dalam rumusan permasalahan penelitian ini.

9. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada orang-orang yang menjadi informan dari peneliti ini dapat disebut dengan metode interview guide yakni aturan-aturan daftar pertanyaan yang dijadikan acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan.Metode pengumpulan data dengan wawancara yang dilakukan berulang-ulang kali dan membutuhkan waktu yang cukup lama bersama informan dilokasi


(26)

penelitian. Wawancara mendalam yang dimaksud adalah percakapan yang sifatnya terbuka dan tidak baku sehingga informasi yang diperoleh dari informan lebih jelas dan akurat. Informan yang akan di wawancarai oleh peneliti adalah mahasiswa dan mahasiswi etnis Tionghoa yang sedang mengenyam pendidikan tinggi di dua perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Prima Indonesia dan STTIE IBBI dan juga informan pendukung yaitu keluarga dari para mahasiswa dan mahasiswi etnis Tionghoa tersebut. Proses wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti.

3.4.2 Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui penelitian studi kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data yang diperoleh dari buku-buku ilmiah, tulisan ilmiah dan laporan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.Pengumpulan data sekunder menjadi teknik pengumpulan data yang menguatkan data yang telah diperoleh dari pengumpulan data primer (observasi dan wawancara). Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan bahan sebagai data sekunder dari buku-buku ilmiah tentang Etnis Tionghoa, buku tentang teori-teori Sosiologi dan juga buku tentang jaringan bambu dan jurnal atau tulisan ilmiah tentang etnis Tionghoa di Indonesia dan Mancanegara. Selain itu, penulis juga akan menggunakan tabel dan bagan untuk melihat jaringan bambu pada narasumber penelitian.


(27)

3.5 Interpretasi Data

Penulis akan melihat dan menganalisis data menunjuk pada jaringan bambu masyarakat etnis Tionghoa dalam memilih pendidikan tinggi mereka dalam rangka penginterpretasian data. Analisis data ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap informasi baik pengamatan (observasi), wawancara, atau catatan lapangan lainnya yang kemudian ditelaah dan dipelajari.Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorikan. Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan diinterpretasikan secara kualitatif. Interpretasi data merupakan proses pengolahan data dimulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah secara deskriptif berdasarkan apa yang terjadi dilapangan. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengolah data hasil observasi dan wawancara yang berupa pengamatan dan jawaban atas sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terhadap narasumber yakni mahasiswa dan mahasiswi etnis Tionghoa dan juga wawancara dan observasi terhadap keluarga dari mahasiswa dan mahasiswi tersebut. Kemudian akan dilakukan pemisahan dan pengeditan tentang permasalahan penelitian secara terperinci dari bentuk jaringan bambu, faktor-faktor, dan alasan dalam memilih perguruan tinggi sampai pada permasalahan berikutnya yaitu kaitan jaringan bambu dengan dunia usaha di Kota Medan. Proses tersebut akan dijelaskan dengan deskripsi yang terperinci hingga mencapai sebuah kesimpulan di akhir penelitian.


(28)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Profil Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian merupakan tempat untuk menemukan sumber informasi bagi peneliti. Peneliti melakukan proses penelitian di Kota Medan, yang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara.

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Medan di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Deli Serdang, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan sebelah timur juga berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Kota Medan saat ini dipimpin oleh Dzulmi Eldin sebagai Walikota dan Akhyar Nasution sebagai Wakil Walikota.

Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 1. Medan Tuntungan 8. Medan Polonia 15.Medan Timur 2. Medan Johor 9. Medan Baru 16.Medan Perjuangan 3. Medan Amplas 10.Medan Selayang 17.Medan Tembung 4. Medan Denai 11.Medan Sunggal 18.Medan Deli


(29)

5. Medan Area 12.Medan Helvetia 19.Medan Labuhan 6. Medan Kota 13.Medan Petisah 20.Medan Marelan 7. Medan Maimun 14.Medan Barat 21.Medan Belawan

Kota Medan memiliki beragam etnis dengan mayoritas penduduk beretnis . Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah a yang banyak tersebar di seluruh kota. Dengan keragaman etnis tersebut semakin membawa berbagai dampak bagi seluruh masyarakat yang bermukim di Kota Medan.Kota Medan menjadi salah satu kota maju di Indonesia dan menjadi tempat bagi masyarakat dari berbagai penjuru wilayah Indonesia untuk bermukim, mencari nafkah, bahkan menuntut ilmu. Berkaitan dengann pendidikan terutama pendidikan tinggi, di Kota Medan terdapat banyak perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Dalam studi kasus ini, peneliti memilih 2 perguruan tinggi swasta yang terkenal di Kota Medan yakni Universitas Prima Indonesia (UNPRI) dan STIE dan STMIK IBBI (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer Institut Bina Bisnis Indonesia). Berikut adalah profil dari kedua perguruan tinggi tersebut:

4.1.1 Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Medan

Universitas Prima Indonesia merupakan perguruan tinggi swasta di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara yang telah berdiri sejak tahun 2001. Pada awalnya, perguruan tinggi ini didirikan sebagai Akademi Keperawatan dan Akademi Kebidanan Prima, kemudian pada tahun 2002 berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Husada Medan. Akhirnya pada tahun


(30)

2005 berkembang menjadi Universitas Prima Indonesia dengan total 10 Fakultas dan 23 Program Studi antara lain, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer, Fakultas Agroteknologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Hukum, dan Fakultas Psikologi. Univeritas Prima Indonesia memiliki 4 lokasi kampus yaitu Kampus I Jalan Belanga No. 1 simpang Jalan Ayahanda Medan, Kampus II Jalan Sekip simpang Jalan Sikambing Medan, Kampus III Jalan Danau Singkarak Medan, dan Kampus IV Jalan Brigjend Katamso 282-283 simpang Jalan Ir. Juanda Medan. Pendiri Universitas Prima Indonesia adalah dr.I Nyoman Ehrich Lister, M.Kes, AIFM (Lie Eng Kun) dan Letjend TNI (Purn) Moetojib dan yang menjabat sebagai Rektor Universitas Prima Indonesia saat ini adalah Prof.dr.Djakobus Tarigan, AAI,DAAK. Universitas Prima Indonesia memiliki visi Tahun 2020 Universitas Prima Indonesia menjadi perguruan tinggi unggulan dalam penyelenggaraan pendidikan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di Sumatera Utara yang berbasis pada Pengembangan IPTEK dan Sosial Budaya sehingga mampu memberikan kontribusi optimal kepada masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat global pada umumnya. Lalu Misi yang disusung oleh UNPRI adalah menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk masyarakat dalm bidang pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat yang mengedepankan kualitas untuk kepentingan masyarakat, lalu misi selanjutnya adalah melaksanakan proses pendiidkan tinggi yang dinamis terhadap perubahan, menjunjung tinggi keberagaman dan suasana lingkungan belajar yang kondusif guna terciptanya


(31)

pusat pengembangan IPTEK dan sosial budaya. Misi berikutnya adalah menghasilkan lulusan sarjana sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yang memiliki kualitas pola piker, kualitas sikap mental, dan kompetisi nyata yang bisa dipertanggungjawabkan untuk kepentingan masyarakat.

Peneliti melakukan kegiatan observasi di kampus 2 yang terletak di jalan Sekip simpang Sikambing Medan. Lokasi kampus 1 dan 2 Universitas Prima Indonesia cukup strategis dimana selain dekat dengan pusat kota Medan kampus tersebut juga di kelilingi area perumahan padat penduduk dan pertokoan-pertokoan. Hal ini tentu menjadi salah satu nilai tambah yang dimiliki oleh Universitas Prima Indonesia dalam menarik minat calon mahasiswa untuk bergabung ke dalam kampus tersebut selain kualitas dan jumlah program studi yang memiliki banyak pilihan.Program studi yang ditawarkan juga merupakan program studi yang dianggap mayoritas dipilih oleh khalayak masyarakat pada era globalisasi saat ini.


(32)

Gambar (1) Lokasi Kampus 2 Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Medan jalan Sekip Simpang Sikambing Medan

4.2.2 STIE dan STMIK (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Sekolah Tinggi Manajemen & Informatika Komputer) IBBI Medan

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika Komputer Institut Bina Bisnis Indonesia merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. STIE dan STMIK IBBI didirikan pada tanggal 17 April 1996 oleh Bapak Amrin Susilo Halim dan saat ini yang menjabat sebagai Rektor di STIE dan STMIK IBBI adalah Prof.DR.Amrin Fauzi,Msc. STIE dan STMIK IBBI memilki dua wilayah kampus yakni Kampus Diamond yang terletak di Jalan Sei Deli No. 18


(33)

Medan dan Kampus Emerald yang terletak di Jalan Gatot Subroto No. 130 Medan. Program Studi yang terdapat di STIE dan STMIK IBBI antara lain Ilmu Manajemen, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Teknik Informatika. Kedua kampus ini sangat strategis karena berada di pusat Kota Medan dengan akses transportasi yang sangat memadai untuk menuju ke area kampus.Tak hanya transportasi yang cukup memadai tetapi lokasi kampus yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan atau tempat nongkrong anak muda.Dilihat dari jenis sekolah tinggi dan program studi yang ditawarkan mengikuti selera pasar yang membuka peluang kerja yang banyak dipergunakan saat ini yakni bidang ekonomi dan teknologi komputer.Peneliti melakukan penelitian di kampus 1 yang terletak di jalan Sei Deli no. 18 Medan yang menjadi pusat kegiatan atau aktivitas perkuliahan utama.

Gambar (2) Lokasi Kampus 1 STIE & STMIK IBBI Medan jalan Sei Deli No.18 Medan


(34)

4.2 Jaringan Masyarakat Etnis Tionghoa dalam Memilih Pendidikan

4.2.1 Jaringan Orangtua sesama etnis Tionghoa

Skema diatas merupakan bentuk jaringan sosial antara orangtua sesama berasal dari etnis Tionghoa.Jaringan tersebut memperlihatkan orangtua etnis Tionghoa memiliki hubungan pergaulan dan interaksi dengan sesama orangtua etnis Tionghoa, mereka saling bertukar informasi mengenai berbagai hal termasuk soal pendidikan tinggi. Orangtua yang anak nya akan memasuki dunia pendidikan tinggi atau perkuliahan akan ikut memberikan saran dan dorongan kepada anak-anak mereka untuk memilih bidang ilmu dan tempat kuliah yang mereka sangat cocok. Saran atau dorongan diambil berdasarkan informasi yang mereka peroleh dari rekan atau kerabat mereka tentang kampus yang bagus dan ilmu yang cocok di pilih oleh anak-anak merekadi bangku perkuliahan. Seperti penuturan salah seorang narasumber yang merupakan orangtua dari mahasiswa Universitas Prima Indonesia, beliau mengatakan,

Orangtua A (Etnis Tionghoa)

Orangtua B (Etnis Tionghoa)

Orangtua G (Etnis Tionghoa)

Orangtua E (Etnis Tionghoa)

Orangtua F (Etnis Tionghoa) Orangtua H (Etnis

Tionghoa) Orangtua C (Etnis

Tionghoa) Orangtua D (Etnis


(35)

“ saya tahu kampus Unpri dari informasi kawan kerja saya, dia bilang anaknya yang paling besar kuliah di Unpri dan katanya kuliah di Unpri bagus, bisa kerja sambil kuliah, trus fasilitasnya bagus dan katanya pelajarannya juga bagus ya udah saya kasih tau anak saya soal kuliah di Unpri…”

Dari informasi rekan sesama etnis Tionghoa maka mereka akan mulai mempertimbangkan dan memberikan masukan kepada anak mereka yang akan melanjutkan pendidikan tinggi. Informasi yang di berikan akan terus menerus menyambung dari satu orangtua ke orangtua etnis Tionghoa lainnya yang memiliki hubungan pertemanan atau kekerabatan sehingga orangtua lainnya menjadi lebih banyak mengetahui tentang pendidikan tinggi. Tak jarang pula dengan informasi yang di peroleh oleh orangtua mereka memaksakan anak-anak mereka untuk mengikuti saran mereka karena informasi yang mereka terima dianggap sudah akurat bagi pendidikan anak-anaknya apalagi dilihat dari segi keakraban yang timbul karena adanya kesamaan etnis semakin menambah kepercayaan diantara sesama orangtua etnis Tionghoa sehingga informasi tentang perkuliahan sangat dipercaya, dimana salah satu narasumber yakni orangtua dari mahasiswa yang berkuliah di STIE&STMIK IBBI mengatakan,

“ awalnya saya tau IBBI karna kampusnya dekat rumah tapi ga tau kualitasnya gimana, trus ada kawan saya yang anaknya juga baru tamat SMA trus dia dengar dari sodaranya kalo IBBI bagus pelajarannya dan dia mau masukkan anaknya ke IBBI , katanya di IBBI bisa juga kuliah sambil kerja jadi saya daftarkan anak saya buat ambil kuliah akuntansi di IBBI aja…”.

Jaringan pertemanan antar orangtua sesama etnis Tionghoa yang dikaitkan dengan pemilihan perguruan tinggi dan bidang ilmu dalam perkuliahan anak-anak mereka ternyata memiliki manfaat bagi sesama orangtua dalam hal pertukaran informasi.Informasi tentang berbagai perguruan tinggi dan bidang ilmu yang dianggap cocok dan sesuai dengan kebutuhan mereka dalam kehidupan pribadi maupun dalam


(36)

kehidupan bermasyarakat.Selain pertukaran informasi tersebut juga dapat menambah kekompakan antar sesama etnis Tionghoa.

Manfaat yang positif bagi masyarakat etnis Tionghoa dalam hal bertukar informasi mengenai pendidikan tinggi tak hanya melulu berbicara tentang kesempatan kerja yang bisa diperoleh oleh anak-anak mereka saat memilih perguruan tinggi dan juga bidang ilmu di bangku kuliah tetapi juga adanya kesempatan untuk menaikkan status sosial orangtua dimata rekan-rekannya. Para orangtua etnis Tionghoa juga berlomba untuk mendorong anak-anak mereka memperoleh gelar yang bergengsi dalam pendidikan tinggi sehingga dapat di’pamer”kan kepada teman-teman atau kerabat mereka. Selama ini gelar dan bidang ilmu yang di pelajari merupakan sesuatu yang dinilai prestisius. Berkuliah di bidang ekonomi, IT atau kedokteran dinilai mampu menaikkan derajat dimata orang lain sebab ilmu-ilmu demikian dianggap memiliki peluang kerja yang bagus dan mampu mensejahterakan seseorang dalam hal keuangannya. Selain itu bidang ilmu seperti ekonomi atau IT dianggap oleh para orangtua sebagai ilmu yang memang diperlukan dalam dunia usaha dan kerja. Apabila peluang kerja besar dan mampu menghasilkan uang yang banyak maka status sosial mereka dan keluarga terutama orangtua akan terangkat. Begitu pula dalam memilih perguruan tinggi, orangtua etnis tionghoa memiliki pandangan bahwa beberapa perguruan tinggi tertentu yang mampu memberikan materi pembelajaran yang sesuai untuk kebutuhan lowongan pekerjaan saat ini sudah pasti memiliki kualitas yang bagus.Tampilan lainnya yang dilihat adalah sarana dan prasarana yang memadai dalam menunjang aktivitas anak-anak mereka ketika berkuliah. Ditambah lagi dengan lingkungan yang dirasa aman dan nyaman bagi orang Tionghoa pasti akan menjadi pilihan utama untuk masa depan pendidikan anak-anak mereka.


(37)

4.2.2 Jaringan Mahasiswa Sesama Etnis Tionghoa

Skema kedua diatas adalah jaringan antar sesama mahasiswa etnis Tionghoa.Dalam skema tersebut terlihat bahwa sesama etnis Tionghoa memiliki jaringan sosial dengan sesama etnis mereka.Dari jaringan tersebut mereka saling bertukar informasi tentang berbagai hal termasuk soal pendidikan. Salah seorang etnis Tionghoa yang memiliki informasi tentang kampus dan bidang ilmu yang bagus akan memberikan informasi tersebut kepada rekan-rekan atau kerabat mereka sehingga hal

A (Etnis Tionghoa)

G (Etnis Tionghoa) D (Etnis Tionghoa) E (Etnis Tionghoa)

F (Etnis Tionghoa) B (Etnis Tionghoa) C (Etnis Tionghoa)


(38)

tersebut dapat menjadi salah satu jalur pengenalan akan kampus dan bidang ilmu tertentu. Dari satu rekan atau kerabat menyebarkan informasi tentang kampus yang bagus kemudian setelah mereka mengetahuinya maka akan disebarkan informasi tersebut ke rekan lainnya, demikian terus menerus informasi itu berjalan hingga ke banyak orang etnis Tionghoa seperti di Kota Medan dimana jaringan tersebut masih berlaku karena etnis Tionghoa di Medan masih menjalani keakraban yang kental dengan sesama etnis Tionghoa hingga ke anak cucu mereka di masa kini. Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu narasumber yaitu Gabriele yang merupakan mahasiswi etnis Tionghoa yang berkuliah di Universitas Prima Indonesia, ia mengatakan bahwa ia memperoleh info tentang kampus tersebut dari teman-teman SMA nya.

“ wa ga pernah bercita-cita kuliah di sini (UNPRI) tapi waktu SMA Kelas 3 kawan-kawan wa bilang kalo mereka mau lanjut kuliah di UNPRI karna katanya bagus terus mereka bujuk wa supaya masuk ke UNPRI. Mereka dapet info kalo kuliah di UNPRI itu bagus karna udah punya nama (memiliki reputasi yang baik), dan juga bisa kuliah sambil kerja. Info itu mereka dapet dari kawan-kawan mereka yang lain ya udah wa jadi setuju daftar di UNPRI….”

Demikian juga dengan beberapa pernyataan dari narasumber lainnya yang memperoleh informasi tentang pendidikan tinggi dari teman atau rekan mereka dan kemudian juga menyebarkan ke teman-teman lainnya.Seperti penuturan salah satu narasumber yang merupakan mahasiswi jurusan akuntansi di STIE&STMIK IBBI Medan yakni Suriati.Ia menuturkan tentang awal mula memilih kuliah di sekolah tinggi tersebut.

“pas wa kelas 3 SMA di sekolah wa ada pameran pendidikan dan disana kampus IBBI juga lagi promosi, trus wa liat penawaran jurusan kuliahnya bagus, jadwalnya juga bisa diatur jadi wa mulai tertarik mau kuliah disana, dan juga ada kawan-kawan wa yang lebih tua dan mereka lebih dulu kuliah disana bilang kalo kuliah di IBBI bagus karna bisa sambil kerja ya udah jadinya wa mutusin kuliah di IBBI dan kalo ada yang mau kuliah disini (IBBI) juga ya wa


(39)

kasih atau aja gimana bagusnya kuliah disini buat yang mau kuliah tapi sambil kerja…..”

Dari skema jaringan tersebut terlihat hubungan dan interaksi mereka tentang pemilihan pendidikan berada dalam ruang lingkup masyarakat etnis Tionghoa. Dengan demikian mereka menjadi berkumpul dalam komunitas yang sama dan menganggap bahwa dengan berkuliah di tempat yang dijalani oleh mayoritas etnis Tionghoa akan lebih memudahkan mereka berkuliah dan berinteraksi dalam proses pergaulan. Ini juga menandakan bahwa kepercayaan yang tinggi antar sesama etnis Tionghoa sehingga setiap informasi dianggap sudah tepat termasuk dengan pendidikan yang sangat lah penting dalam kehidupan manusia.

4.3 Alasan Dalam Memilih Pendidikan Tinggi Pada Masyarakat Etnis Tionghoa

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia di seluruh dunia tanpa memandang perbedaan warga negara, suku, agama, ras, dan golongan.Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang sebaik dan setinggi-tingginya termasuk masyarakat beretnis Tionghoa yang ada di Indonesia terutama di Kota Medan dengan segala kemajemukannya. Maka dari itu dalam menentukan pendidikan apa yang tepat bagi tiap orang tentu memiliki beberapa alasan tersendiri. Berikut beberapa alasan yang di peroleh dari masyarakat etnis Tionghoa tentang pemilihan pendidikan tinggi.


(40)

4.3.1 Tabel 1. Makna Pentingnya Pendidikan Bagi Anak-anak

NO Keterangan Jumlah

Responden

Persentase (%)

1 Responden (orangtua) mementingkan pendidikan bagi anak-aanknya

15 Responden 100%

2 Responden (orangtua) tidak mementingkan pendidikan bagi

anak-anaknya

0 Responden 0 %

Total 15 100%

Tabel pertama diatas menunjukkan tentang arti pendidikan bagi setiap manusia termasuk para orangtua yang memiliki anak. Berdasarkan data diatas, secara keseluruhan (100 %) orangtua menyatakan bahwa pendidikan bagi anak-anak mereka adalah hal yang penting. Orangtua memandang pendidikan sebagai sarana bagi anak-anak mereka untuk mencapai masa depan yang cemerlang dari berbagai segi kehidupan seperti segi ekonomi dan segi sosial. Maka tak hanya memandang pendidikan menengah saja tetapi pendidikan tinggi juga menjadi perhatian orangtua dan di era modern saat ini orangtua melihat bahwa pendidikan bagi anak-anak mereka sangatlah penting agar anak mereka memiliki pengetahuan yang terus berkembang dan menjadikan anak-anaknya sukses.Salah satu narasumber yang merupakan orangtua mahasiswa yakni Bapak Doni Sutiono yang menyatakan bahwa pendidikan tinggi harus dijalani oleh anak-anak mereka.

“ bagi saya pendidikan sangat penting karna kalo ga berpendidikan mana bisa jadi orang yang cerdas dan sukses makanya


(41)

saya selalu berusaha untuk menyekolahkan anak-anak saya sampai jenjang yang tinggi supaya mereka bisa jadi orang sukses. Apalagi jaman sekarang kan jaman modern dan soal pekerjaan pasti butuh orang-orang yang punya pendidikan yang tinggi makanya saya suruh anak-anak saya untuk sekolah yang tinggi sampe tingkat kuliah supaya mereka nanti kalo sudah dewasa bisa punya pekerjaan yang bagus buat masa depan mereka sendiri loh…..”

Dengan pola pemikiran demikian maka anak-anak etnis Tionghoa ikut memandang bahwa pendidikan adalah sesuatu yang penting untuk memberikan mereka pengetahuan yang besar dan menunjang kesempatan memperoleh masa depan yang terjamin apabila memiliki pendidikan yang mumpuni. Sehingga mereka juga akhirnya merasa harus mementingkan pendidikan dan memutuskan untuk terus melanjutkan tingkat pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi lagi seperti jenjang perkuliahan.

4.3.2 Tabel.2 Saran Orangtua Tentang Pemilihan Perguruan Tinggi

NO Keterangan Jumlah Responden Persentase

1 Orangtua Memberikan Saran Dalam Memilih Perguruan Tinggi

14 Responden 93.3 %

2 Orangtua Tidak Memberikan Saran Dalam Memilih Perguruan Tinggi

1 Responden 6.7 %

Total 15 100&

Dalam tabel diatas terlihat bahwa orangtua memberikan pengaruhnya pada anak-anak dalam mempertimbangkan pemilihan perguruan tinggi. Sebanyak 93.3 % orangtua narasumber memberikan saran kepada anak-anak nya tentang perguruan tinggi yang


(42)

akan dipilih untuk melanjutkan pendidikan mereka. Sementara hanya sekitar 6.7 % dari narasumber yang diberi kebebasan yang sangat besar dari orangtua atau dapat dikatakan orangtua tidak ikut campur dalam pilihan anak-nya.Data tersebut menunjukkan bahwa orangtua memiliki pengaruh yang sangat besar kepada anak-anak mereka dalam hal pendidikan. Pengaruh orangtua membuat anak-anak mereka memiliki pandangan untuk mempertimbangkan berbagai saran yang muncul dalam memilih pendidikan tinggi yang akan ditempuh baik saran tentang tempat berkuliah maupun jurusan perkuliahan yang cocok.

4.3.3 Tabel 3. Saran Orangtua Dalam Pemilihan Jurusan Kuliah

NO Keterangan Jumlah Responden Persentase

1 Orangtua Memberikan Saran Dalam Memilih Jurusan

10 Responden 66.7 %

2 Orangtua Tidak Memberikan Saran Dalam Memilih Jurusan

5 Responden 33.3 %

Total 15 100 %

Tabel diatas menjelaskan tentang saran orangtua kepada anak-anak mereka mengenai pemilihan jurusan perkuliahan.Tak hanya mengenai pemilihan perguruan tinggi, pemilihan jurusan juga menjadi alasan bagi seseorang untuk berkuliah di sebuah kampus.Saran tentang jurusan yang akan diambil oleh orangtua kepada anak-anak mereka yang akan berkuliah menunjukkan sebanyak 66.7 % narasumber yakni para mahasiswa mendapatkan saran tentang bidang ilmu apa yang akan mereka ambil di


(43)

perguruan tinggi yang mereka tuju sementara sebanyak 33.3 % narasumber menyatakan bahwa mereka tidak mendapat saran tentang jurusan yang akan dipilih.

Dalam memilih bidang ilmu, masyarakat etnis Tionghoa memperhitungkan dan melihat apa bidang ilmu yang cocok dan dianggap dapat dipakai dalam dunia kerja saat ini. Menurut narasumber, ilmu ekonomi adalah bidang ilmu yang dianggap penting untuk dipelajari saat ini seperti ilmu akuntansi dan manajemen karena merupakan ilmu yang umum dipakai dalam dunia kerja saat ini.Dengan mempelajari akuntansi atau manajemen diharapkan dapat memperoleh pekerjaan dengan cepat dan juga masuk ke perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang ekonomi. Seperti penuturan salah satu narasumber mahasiswi STIE IBBI yakni Shandy:

“dulu wa awalnya ga mau kuliah ambil jurusan akuntansi karna wa kurang mahir soal akuntansi dan wa punya keinginan ambil ilmu bahasa Inggris tapi mama wa ngasih saran wa untuk ambil jurusan akuntansi karna katanya jurusan itu yang bagus dan bisa cepat dapat kerja karna ilmu akuntansi banyak perusahaan yang pake ya udah setelah wa pikir-pikir yang wa ambil deh ilmu akuntansi….”

4.3.4 Tabel 4. Latar Belakang Kampus Bereputasi Baik

NO Keterangan Jumlah Responden Persentase

1 Responden mementingkan reputasi kampus

12 Responden 80 %

2 Responden tidak mementingkan reputasi kampus

3 Responden 20 %


(44)

Tabel selanjutnya yakni tentang reputasi kampus yang dipilih oleh calon mahasiswa dan orangtuanya, menyatakan bahwa 15 Responden yang diteliti mementingkan bagaimana reputasi atau citra dari sebuah kampus sebelum memutuskan untuk masuk ke kampus tersebut dan menuntut ilmu disana, tetapi 3 responden tidak mementingkan reputasi atau citra sebuah kampus untuk dijadikan pilihan mereka untuk menuntut ilmu. Salah seorang responden menyatakan bahwa reputasi atau citra sebuah perguruan tinggi sangat penting untuk memberikan keyakinan bahwa perguruan tinggi yang dipilih memang tepat dan tidak memiliki masalah apapun yang dapat mengganggu proses menimba ilmu para mahasiswanya. Hal ini juga merupakan salah satu alasan seseorang memilih sebuah perguruan tinggi.

4.3.5 Tabel 5. Jurusan-Jurusan Yang Disediakan oleh Kampus

NO Keterangan Jumlah Responden Persentase

1 Kampus menyediakan jurusan-jurusan yang diinginkan oleh masyarakat

14 Responden 93.3 %

2 Kampus tidak menyediakan jurusan-jurusan yang diinginkan masyarakat

1 Responden 6.7 %

Total 15 100 %

Tabel ke 5 diatas berisi tentang alasan pemilihan perguruan tinggi dalam hal penawaran jurusan kuliah yang diberikan oleh kampus.Dalam penelitian mengungkapkan bahwa dalam memilih sebuah perguruan tinggi masyarakat juga


(45)

melihat apakah ada bidang ilmu yang diinginkan dalam program kuliah sebuah perguruan tinggi. 93.3 % narasumber menyatakan bahwa jurusan atau bidang ilmu yang mereka cari memang ada di perguruan tinggi yang bersangkutan. seperti penuturan salah seorang narasumber yakni Novita mengenai alasan memilih masuk ke kampus UNPRI (Universitas Prima Indonesia) dalam hal pemilihan jurusan.

“ wa berniat milih jurusan akuntansi karena wa memang tertarik untuk belajar tentang akuntansi trus wa liat dulu di kampus mana saja ada jurusan akuntansi, ternyata di UNPRI juga ada akuntansi dan katanya cukup bagus pelajaran akuntansi nya ya udah jadinya wa mutusin buat kuliah di UNPRI dan ambil jurusan akuntansi….”

Jurusan atau studi yang di tawarkan oleh Universitas Prima Indonesia dan STIE & STMIK IBBI Medan memang cukup bervariatif dan sesuai dengan kebutuhan akan tenaga ahli di dunia kerja saat ini. Universitas Prima Indonesia memiliki 23 program studi yang umum di khalayak masyarakat, sementara STIE & STMIK IBBI memang berkonsentrasi pada bidang ekonomi dan teknologi informasi dengan total 4 program studi yang memungkinkan para mahasiswa nya memiliki keahlian di bidang ekonomi dan juga teknologi informasi.

4.3.6 Tabel 6. Fleksibilitas Jadwal Kuliah

NO Keterangan Jumlah Responden Persentase

1 Jadwal Kuliah Fleksibel 12 Responden 80 %

2 Jadwal Kuliah Tidak Fleksibel 3 Responden 20 %


(46)

Tabel diatas merupakan tabel yang berisi tentang alasan memilih perguruan tinggi dalam segi fleksibilitas jadwal kuliah. Dari data diatas dapat dilihat bahwa dari 15 Responden sebanyak 80 % responden menyatakan bahwa jadwal kuliah di Universitas Prima Indonesia dan STIE % STMIK IBBI sangat fleksibel bagi mahasiswa nya yang bekerja, sedangkan 20 % responden menyatakan tidak merasa jadwal mereka fleksibel. Para mahasiswa merasa dengan masuk dan berkuliah di kedua kampus tersebut sangat memudahkan mereka untuk bisa mengatur jadwal kuliah sesuai dengan keinginan mereka.Mahasiswa memiliki wewenang untuk memilih jam perkuliahan yang mereka inginkan, biasanya perkuliahan dibagi dalam 3 (tiga) sesi yakni pagi, siang, dan malam. Dengan pengaturan jadwal yang demikian akan memudahkan mahasiswa untuk memiliki kesempatan melakukan kegiatan lain diluar kegiatan perkuliahan seperti bekerja.

Masyarakat etnis Tionghoa memang dikenal selain mementingkan pendidikan juga menekankan pada generasi penerus mereka untuk bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mereka juga sangat tekun dalam bekerja dan banyak anak-anak muda etnis Tionghoa yang sudah mampu bekerja sambil menjalankan pendidikannya di usia yang relatif muda untuk berbagai tujuan seperti sekadar mencari pengalaman dalam bekerja atau mencari penghasilan pribadi. Hal ini dikemukakan oleh narasumber Vincent, mahasiswa UNPRI Medan.

“ setelah tamat SMA wa memilih buat kuliah tapi sambil kerja biar bisa bantu orangtua dan bisa biayai kuliah sendiri jadi wa liat kalo kuliah di UNPRI itu jadwalnya bebas kita pilih dan jadi gampang buat wa jalanin kuliah sambil kerja sementara setau wa kalo kuliah di kampus negeri agak susah ngatur jadwal kuliah biar bisa kerja juga makanya wa mutusin buat kuliah di UNPRI dan sekarang wa ngerasa memang lebih


(47)

enak mengatur jadwal kuliah kalo sambil kerja gini setelah kuliah di UNPRI…..”

Maka dari itu, memilih untuk berkuliah di Universitas Prima Indonesia dan STIE&STMIK IBBI merupakan langkah yang dirasakan tepat oleh para mahasiswa etnis Tionghoa untuk menjalankan pendidikan mereka dengan baik namun tetap memiliki pekerjaan. Dari hasil penelitian, seluruh narasumber adalah mahasiswa yang juga berstatus sebagai karyawan atau pegawai yang aktif bekerja.Mereka bekerja diberbagai tempat seperti di bank, toko, atau perusahaan yang sesuai dengan bidang ilmu yang sedang mereka jalani di kampus.

4.3.7 Tabel 7. Fasilitas Kampus

NO Keterangan Jumlah Responden Persentase

1 Fasilitas Kampus Yang Nyaman Untuk Berkuliah

10 Responden 66.7 %

2 Fasilitas Kampus Yang Tidak Nyaman Untuk Berkuliah

5 Responden 33.3 %

Total 15 100 %

Dalam menunjang aktivitas para mahasiswa tak hanya kemudahan pengaturan jadwal kuliah semata yang ditawarkan kedua kampus swasta tersebut tetapi juga fasilitas pendukung perkuliahan yang mumpuni seperti ruang kuliah yang luas dan


(48)

banyak serta dilengkapi pendingin ruangan (AC) dan layar proyektor, perpustakaan yang besar dan lengkap, sampai disediakannya kendaraan kampus untuk berbagai keperluan bersama. Dengan fasilitas yang lengkap untuk para mahasiswa menjalani aktivitas perkuliahan menjadi daya tarik yang juga dilihat oleh orangtua calon mahasiswa atau mahasiswa sendiri.Dalam tabel diatas, sebanyak 66.7 % narasumber merasakan nyaman ketika berkuliah di kampus tersebut baik dari segi internal kampus maupun eksternal kampus.Sedangkan sebanyak 33.3 % mahasiswa merasa biasa saja dalam hal fasilitas yang diberikan pihak kampus pada mahasiswanya.Eksternal kampus berkaitan dengan lokasi kampus. Kedua perguruan tinggi tersebut berada di lokasi permukiman padat penduduk sehingga dengan demikian mudah dijangkau dengan berbagai cara bagi mahasiswa maupun karyawan dan dosen pengajar. Transportasi umum seperti angkutan kota atau taksi banyak beredar di sekitar wilayah kampus, dan juga dengan berdirinya kampus-kampus tersebut di dekat permukiman penduduk memungkinkan bagi mahasiswa yang tinggal dekat wilayah kampus menghemat biaya transportasi atau tidak mengeluarkan biaya menuju ke kampus mereka. Hal ini tentu meringankan para orangtua dan juga mahasiswa yang tinggal didekat wilayah kampus dari segi pengeluaran maka orangtua dan mahasiswa mau masuk ke kampus tersebut.Seperti penuturan narasumber Edison tentang kemudahan dalam berkuliah di kampus nya yakni STIE & STMIK IBBI berikut ini.

“ memang wa merasa untung bisa kuliah di IBBI karna kampusnya dekat rumah wa jadi bisa menghemat biaya transportasi loh. Trus fasilitas didalam kampus juga cukup lengkap jadi sangat membantu kegiatan mahasiswanya….”


(49)

NO Keterangan Jumlah Responden Persentase

1 Memiliki Teman Etnis Tionghoa Di Kampus

15 Responden 100 %

2 Tidak Memilki Teman Etnis Tionghoa Di Kampus

0 Responden 0 %

Total 15 100 %

Tabel ke 8 diatas menunjukkan tentang alasan memilih perguruan tinggi dalam hal pergaulan.Secara keseluruhan responden yang merupakan mahasiswa etnis Tionghoa menyatakan bahwa mereka memiliki teman kuliah yang juga merupakan etnis Tionghoa.15 responden menyatakan mereka memiliki teman kuliah yang juga merupakan etnis Tionghoa sejak awal memasuki jenjang pendidikan tinggi.Bahkan mereka menyatakan bahwa teman kuliah etnis Tionghoa tidak hanya ditemukan saat memasuki dunia perkuliahan tetapi juga sudah memiliki teman yang juga etnis Tionghoa sejak sekolah menengah. Namun di kampus mereka juga memiliki teman yang berasal dari etnis lain selain etnis Tionghoa.


(50)

4.3.9 Tabel 9. Kenyamanan Bergaul Dengan Sesama Etnis Tionghoa

NO Keterangan Jumlah Responden Persentase

1 Rasa Nyaman Memiliki Teman Sesama Etnis Tionghoa

10 Responden 66.7 %

2 Rasa Tidak Nyaman Memiliki Teman Sesama Etnis Tionghoa

5 Responden 33.3 %

Total 15 100 %

Ada alasan dalam pemilihan perguruan tinggi yang berkaitan dengan rasa nyaman memiliki teman kuliah sesama etnis Tionghoa.Mahasiswa yang merupakan etnis Tionghoa memilih masuk ke perguruan tinggi tersebut karena banyak teman semasa di bangku sekolah yang juga berkuliah di kampus tersebut, dan juga sejak awal mereka saling bertukar informasi tentang kampus tersebut berdasarkan jaringan pertemanan mereka sehingga banyak mahasiswa berasal dari etnis Tionghoa berkuliah disana.Secara keseluruhan, narasumber menyatakan mereka memiliki teman yang merupakan sesama etnis Tionghoa di kampus tersebut. Selama berkuliah mereka berusaha membaur tak hanya dengan sesama mahasiswa etnis Tionghoa tetapi juga dengan mahasiswa yang berasal dari etnis diluar etnis Tionghoa dan dari hasil penelitian bahwa 66.7 % narasumber merasa bahwa memiliki teman yang merupakan etnis Tionghoa membuat mereka nyaman dalam hal pergaulan sementara sisanya sebanyak 33.3 % merasa biasa saja berteman akrab dengan sesama etnis Tionghoa dan menganggap bahwa semua teman dari segala etnis sama. Narasumber yang merasa


(51)

nyaman bergaul akrab dengan sesama mahasiswa etnis Tionghoa menyatakan bahwa rasa nyaman muncul karena adanya kesamaan dalam segi etnis dan juga bahasa yang digunakan.Masyarakat etnis Tionghoa di Kota Medan terbiasa menggunakan bahasa mereka yakni bahasa hokkien sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan dengan hanya sesama etnis Tionghoa tentu hal ini semakin mengakrabkan interaksi hanya dengan sesama mahasiswa etnis Tionghoa saja yang memahami bahasa hokkien.

4.3.10 Tabel 10. Status Kuliah Sambil Bekerja

NO Keterangan Jumlah Responden Persentase

1 Responden (Mahasiswa/i) berstatus kuliah sambil bekerja

15 Responden 100 %

2 Responden (Mahasiswa/i) tidak berstatus kuliah sambil bekerja

0 Responden 0 %

Total 15 100 %

Tabel ke 10 diatas berisi tentang status dari mahasiswa yang berkuliah di Universitas Prima Indonesia dan STIE & STMIK IBBI Medan.Mereka tidak hanya berstatus sebagai seorang mahasiswa saja tetapi juga mereka telah bekerja.Dari hasil penelitian, data menunjukkan bahwa seluruh responden yang diteliti merupakan mahasiswa yang juga bekerja.Rata-rata mereka bekerja di bidang ekonomi seperti bekerja sebagai karyawan di bagian administrasi atau bekerja di perbankan.


(52)

4.3.11 Tabel Pilihan Kuliah Sebagai Sarana Memperoleh Kesempatan Kerja Sambil Kuliah

NO Keterangan Jumlah Responden Persentase

1 Adanya Kesempatan Kerja Sambil Kuliah

15 Responden 100 %

2 Tidak Adanya Kesempatan Kerja Sambil Kuliah

0 Responden 0 %

Total 15 100 %

Tabel diatas merupakan salah satu alasan dalam memilih sebuah perguruan tinggi yakni adanya kesempatan bagi para mahasiswa yang berkuliah di kedua perguruan tinggi tersebut untuk menjalankan kegiatan di luar kegiatan perkuliahan seperti bekerja. Secara keseluruhan berdasarkan hasil wawancara dan observasi 15 responden dengan persentase 100 % merasa bahwa dengan berkuliah di kedua perguruan tinggi tersebut mereka memiliki kesempatan yang besar untuk menjalankan kuliah sambil bekerja. Hal ini tentu menjadi nilai tambah bagi kedua perguruan tinggi tersebut karena memberikan fasilitas maupun aturan-aturan yang memudahkan mahasiswa bekerja sambil tetap menjalankan kuliah mereka.Salah seorang responden yakni Jessica menyatakan keuntungan berkuliah di kampus tersebut.

“ setelah wa milih kuliah di sana (UNPRI) jadinya wa bisa nyari kerja sambil wa juga tetap kuliah karna jadwalnya bisa wa pilih, mau pagi, siang atau malam dan diatur dengan jadwal kerja wa setiap hari….”


(53)

4.3.12 Tabel 12. Informasi Lowongan Kerja Bagi Mahasiswa

NO Keterangan Jumlah Responden Persentase

1 Adanya Info Lowongan Pekerjaan Yang Ditawarkan

12 Responden 80 %

2 Tidak Adanya Info Lowongan Pekerjaan Yang Ditawarkan

3 Responden 20 %

Total 15 100 %

Selain kemudahan dalam menjalankan kegiatan kerja sambil kuliah, para mahasiswa yang berkuliah di kedua kampus tersebut juga bisa memperoleh berbagai informasi tentang lowongan pekerjaan yang ada.Sebanyak 80 % narasumber mengatakan bahwa di kampus mereka memang ada informasi tentang berbagai lowongan pekerjaan dan biasanya lowongan pekerjaan yang diinformasikan berasal dari perusahaan swasta dan informasi tersebut bisa dilihat di tempat tata usaha. Info lowongan kerja tak hanya diperoleh dari pihak kampus tetapi juga dari teman atau rekan sesama mahasiswa yang saling menyebarkan informasi tentang pekerjaan satu sama lain.


(54)

4.4 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pemilihan Pendidikan Tinggi Masyarakat Etnis Tionghoa

4.4.1 Faktor Ekonomi

Setiap manusia memiliki kebutuhan baik kebutuhan fisik dan kebutuhan batin.Kebutuhan secara fisik terbagi menjadi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.Segala kebutuhan manusia pastilah harus dipenuhi agar kehidupan berjalan dengan normal dan seimbang.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia tentu lah harus bekerja dan dengan bekerja diharapkan mampu mencukupi segala kebutuhan hidup mereka. Bekerja juga harus memiliki pengetahuan yang baik dan pengetahuan diperoleh dari proses belajar, maka dari itu setiap orang memerlukan pendidikan untuk menambah pengetahuan mereka. Pendidikan terbagi menjadi 2 jenis yakni pendidikan formal dan pendidikan non formal, dimana pendidikan formal merupakan proses pelaksanaan pendidikan yang memiliki jenjang atau tingkat pendidikan yang sudah jelas dan diselenggarakan oleh lembaga pendidikan berupa sekolah atau perguruan tinggi (dalam pendidikan tinggi) sementara pendidikan non formal tidak memiliki jenjang pendidikan dan berfungsi sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal. Masyarakat memiliki kewenangan untuk memilih jenis pendidikan yang mereka anggap sesuai dengan prinsip hidup mereka.Pendidikan memang dianggap sangat penting untuk membuka jalan memenuhi kebutuhan hidup maka setiap anak wajib bersekolah dan dalam menentukan sekolah yang tepat masyarakat etnis Tionghoa memikirkan dengan terperinci apakah pendidikan yang dipilih bisa membuka peluang kerja yang luas sehingga


(55)

anak-anak mereka dapat bekerja dan memiliki karir yang cemerlang.Dengan memiliki pekerjaan yang bagus dan karir yang cemerlang orangtua menganggap bahwa kebutuhan hidup dapat terpenuhi dengan maksimal. Maka dari itu dengan segala pertimbangan diatas, orangtua dan anak-anak mereka yang akan berkuliah akhirnya mereka memilih untuk mempelajari ilmu yang dapat dipakai di dunia kerja saat ini seperti ilmu ekonomi atau ilmu komputer.

Begitu juga dengan pemilihan perguruan tinggi masyarakat melihat suatu perguruan tinggi karena bidang ilmu yang ditawarkan sesuai dengan keinginan mereka yakni ilmu ekonomi dan computer, lalu letak kampus yang berada di dekat permukiman padat penduduk memudahkan para mahasiswa untuk menjalankan kegiatan perkuliahan dengan lebih mudah dan hemat biaya transportasi. Dari segi uang kuliah sebenarnya harga uang kuliah yang di tetapkan oleh pihak kampus para mahasiswa di kedua perguruan tinggi tersebut cukup besar yakni sekitar Rp.5.000.000-Rp.6.000.000 per semester tetapi mahasiswa dan orangtua tidak mempermasalahkan hal tersebut karena biaya tersebut setimpal dengan fleksibel nya jadwal kuliah sehingga mahasiswa mampu berkuliah sambil mencari penghasilan dan dengan demikian mereka dapat membiayai uang kuliah mereka sendiri dan juga dengan bekerja sambil kuliah mampu memberikan pengalaman kerja bagi mahasiswa agar setelah tamat kuliah mereka memiliki kemampuan yang cukup untuk bekerja dan mampu beradaptasi dalam lingkungan pekerjaan secara cepat di kemudian hari. Intinya, masyarakat etnis Tionghoa saat ini memiliki anggapan bahwa


(56)

pendidikan dan mencari penghasilan sama-sama penting untuk kehidupan mereka.Dengan bekerja mereka bisa memiliki penghasilan sendiri sehingga dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan membantu orangtua. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan terutama pendidikan tinggi harus dimiliki dan ditempuh karena tanpa memiliki pendidikan yang tinggi maka tidak akan mampu mencari uang dan tidak akan mampu menaikkan derajat dan status sosial dirinya dan keluarganya. Punya penghasilan yang besar menjadi hal mutlak yang harus didapat oleh para generasi muda etnis Tionghoa.

4.4.2 Faktor Budaya

Budaya merupakan bagian dari sebuah kelompok masyarakat yang berisi bagaimana cara hidup masyarakat itu sendiri. Setiap kelompok masyarakat memiliki budaya tersendiri dan etnis Tionghoa memiliki budaya yang kuat yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang mereka.Masyarakat etnis Tionghoa memiliki prinsip hidup bekerja keras, tekun dan berhemat dan prinsip tersebut terus diamalkan dalam kehidupan mereka sehari-hari mereka. Untuk menghidupi kebutuhan manusia tentu bekerja mencari penghasilan adalah hal mutlak yang harus dilakukan oleh setiap orang dan berbicara tentang bekerja, etnis Tionghoa sangat ulet dalam bekerja mencari penghasilan,ini menjadi salah satu budaya orang-orang etnis Tionghoa yang menjadi ciri khas dan dikenal oleh masyarakat etnis lainnya. Dari prinsip hidup masyarakat etnis Tionghoa itulah munculnya kebutuhan dari segi pendidikan yang mampu mendukung aktivitas pelajar atau mahasiswa untuk menjalankan kegiatan lain diluar kegiatan perkuliahan seperti bekerja. Jadi muncul lah perguruan tinggi yang memberikan


(57)

kemudahan dalam mengatur kegiatan perkuliahan yang fleksibel bagi para mahasiswanya sehingga mahasiswa bersangkutan dapat menjalankan kuliah sambil bekerja.Dalam penelitian ini, seluruh narasumber merupakan mahasiswa yang juga sambil bekerja dan ini memperlihatkan bahwa mahasiswa-mahasiswi etnis Tionghoa sangat bekerja keras dimana mereka masih berstatus sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu namun memiliki keinginan memanfaatkan waktu kuliah yang fleksibel sambil bekerja.

Selain prinsip kerja keras, masyarakat etnis Tionghoa juga memiliki prinsip bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang.Pendidikan dianggap mampu memberikan dan membuka peluang untuk memperoleh keberhasilan dan karir pekerjaan yang cemerlang. Maka para orangtua etnis Tionghoa sangat mendorong anak-anak mereka untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin padahal dari hasil penelitian pada 15 orang narasumber orangtua Etnis Tionghoa menyatakan bahwa 70% orangtua tidak menduduki jenjang pendidikan sarjana namun mereka memandang bahwa anak-anak mereka harus bisa lebih berpendidikan daripada mereka sendiri maka mereka berupaya untuk menyekolahkan anak-anak mereka hingga jenjang sarjana. Selain membuka peluang memiliki pekerjaan dan karir yang bagus, pendidikan juga dianggap mampu menaikkan status sosial seseorang sehingga apabila seseorang memperoleh gelar dan ilmu yang bagus dari jenjang pendidikan tinggi akan menaikkan status sosial dirinya dan keluarganya. Jadi masyarakat etnis Tionghoa juga melihat pendidikan sebagai sarana penaikan status sosial mereka.


(1)

Jaringan Bambu (Bamboo Network) Dalam Memilih Pendidikan Tinggi Pada Masyarakat Etnis Tionghoa Medan

(Studi Kasus di Universitas Prima Indonesia dan STIE & STMIK IBBI Medan)

Disusun Oleh :

MONICA APRILLIANI PRATIWI 120901073

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAK

Masyarakat etnis Tionghoa merupakan masyarakat yang memiliki kebudayaan dan pola kehidupan yang berbeda dari suku bangsa lainnya.Budaya etnis Tionghoa sudah dikenal oleh seluruh masyarakat di seluruh dunia termasuk di Indonesia salah satunya kegiatan berdagang yang menjadi ciri khas orang-orang Cina atau Tionghoa. Salah satu cara masyarakat etnis Tionghoa untuk bertahan dalam dunia bisnis dan perdagangan adalah adanya jaringan yang mereka bentuk dengan sesama etnis Tionghoa dan istilah yang menggambarkan jaringan bisnis adalah jaringan bambu (the bamboo

network). Jaringan Bambu merupakan istilah yang menggambarkan jaringan sosial

orang Cina atau Tionghoa dalam usaha atau upaya untuk mencapai kepentingannya menguasai bidang perekonomian di dunia. Jaringan Bambu terdiri atas himpunan besar keluarga bangsa Cina yang berniaga di negara-negara Malaysia,Thailand,Indonesia, Vietnam, Singapura, Hongkong, dan Taiwan . Jaringan bambu menekankan pada ikatan kerjasama yang erat hanya dengan sesama etnis Tionghoa saja.

Hal tersebut juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat etnis Tionghoa, sehingga dilakukan penelitian ini yang mengaitkan antara jaringan bambu dengan pemilihan pendidikan tinggi oleh etnis Tionghoa khususnya masyarakat etnis Tionghoa di kota Medan. Bagi masyarakat etnis Tionghoa saat ini, pendidikan sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam hidup sesuai dengan cita-cita dan harapan mereka sehingga mereka berusaha untuk menjalani pendidikan seperti pendidikan formal yang dimulai dari pendidikan dasar di sekolah sampai ke tahap pendidikan tinggi yakni melalui Perguruan Tinggi. Dalam memilih sarana Perguruan Tinggi yang tepat dengan bidang atau jurusan yang cocok dengan visi dan misi mereka, masyarakat etnis Tionghoa sangat teliti dan berhati-hati.Dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa ada jaringan bambu yang berkaitan dengan pemilihan pendidikan tinggi masyarakat etnis Tionghoa di Kota Medan.Jaringan bambu yang muncul dalam masyarakat memberikan pengaruh bagi seseorang untuk memilih pendidikan mereka dan juga memiliki kaitan dengan dunia usaha atau lowongan kerja saat ini.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya dalam proses penyusunan dan penyelesaian tugas akhir skripsi ini yang menjadi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini tidak hanya ditujukan untuk mencapai kelulusan dan gelar sarjana saja tetapi tulisan dan penelitian ini diharapkan dapat menjadi tulisan yang bermanfaat bagi khalayak umum yang berkaitan dengan etnis Tionghoa dan juga menjadi tambahan ilmu pengetahuan tentang jaringan bambu yang bukan berasal dari ranah teori Sosiologi tetapi dapat dikaitkan dan dipelajari dalam ruang lingkup Sosiologi.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tak lepas dari dukungan dan doa seluruh pihak yang terkait sehingga tulisan skripsi ini dapat terselesaikan, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak yang telah mencurahkan ide, gagasan, saran, kritik, dan waktu demi penyelesaian skripi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih mendalam yakni kepada : 1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU 3. Bapak Prof. Rizabuana, M.Phil.,Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan banyak saran dan kritik serta selalu bersabar dalam membimbing penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra. Rosmiani, MA, selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan berupa saran dan kritik bagi penulis yang sangat bermanfaat. 5. Bapak DR. Sismudjito, M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik selama

penulis menjadi mahasiswi Sosiologi di FISIP USU.

6. Seluruh dosen Departemen Sosiologi yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan juga membimbing penulis dan seluruh mahasiswa Sosiologi dengan penuh semangat dan keikhlasan selama menuntut ilmu di FISIP USU.


(4)

7. Seluruh jajaran staff dan pegawai di FISIP USU terkhususnya staff dan pegawai Departemen Sosiologi atas bantuannya selama penulis berkuliah di FISIP USU. 8. Kedua orangtua penulis yang sangat dicintai, ayahanda Hutomo Prawiro dan

Ibunda Warlia atas segala jasa dan juga kasih sayang yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis dalam proses pendidikan penulis hingga saat ini. 9. Saudara satu-satunya yang penulis sayangi, ananda William Dwi Prasetyo atas

semangat dan dukungan selama ini dan menjadi motivasi penulis untuk menyelesaikan kuliah dengan sebaik-baiknya.

10.Seluruh teman-teman dan rekan di departemen Sosiologi stambuk 2012 yang penulis banggakan terkhusus kepada teman berbagi dan berdiskusi segala suka dan duka selama perkuliahan yakni Zultia Safitri, Paskah Wani Manurung, Agita Widia, Florensisca Nadianata, Asima Panggabean, Feby Anastasya, Yayang Aprillia, Bram H.Simorangkir, Binsar S.P.L.Gaol, Ridho Kurnia Adillah, Dedi Roy Hutagalung, Fernando Sembiring, Joy S.Solin, Endy T.Tarigan, Walber P.Sidauruk, dan Andrie.

11.Seluruh narasumber yang telah bersedia membantu memberikan informasi yang luar biasa bermanfaat dan menginspirasi bagi penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini, terkhusus kepada narasumber rekan semasa sekolah menengah dari penulis (Shandy, Florensyah dan Ricky) atas bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan maka dari itu penulis mengharapkan adanya saran, masukan atau kritikan yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan semoga tulisan skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, 23 September 2016

Penulis


(5)

Halaman

Abstrak………..…... ii

Kata Pengantar………... iii

Daftar Isi……….. v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Rumusan Masalah………. 16

1.3 Tujuan Penelitian………... 17

1.4Manfaat Penelitian………. 17

1.4.1 Manfaat Praktis……….. 17

1.4.2 Manfaat Teoritis………. 18

BAB II KAJIAN TEORI 2.1Teori Jaringan Sosial………..……… 19

2.2Teori Jaringan Bambu……….…... 21

2.3Masalah “Cina” di Indonesia………. 25

2.4 Etnis Cina Di Indonesia Fakta Komunikasi Antar Budaya………….. 29

2.5Defenisi Konsep……….……… 36

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian………. 44

2.2 Lokasi Penelitian……….. 48

2.3 Unit Analisis dan Informan……….. 49


(6)

2.4.2 Data Sekunder………. 56 2.5 Interpretasi Data………. 57

BAB IVDESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Profil Lokasi Penelitian……….. 58

4.2 Jaringan Masyarakat Etnis Tionghoa dalam Memilih Pendidikan……. 64

4.2.1 Jaringan Orangtua Sesama Etnis Tionghoa………. 64

4.2.2 Jaringan Mahasiswa Sesama Etnis Tionghoa……….. 67

4.3 Alasan Dalam Memilih Pendidikan Tinggi Masyarakat Etnis Tionghoa.. 69 4.4 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pemilihan Pendidikan Tinggi

Masyarakat Etnis Tionghoa……….…. 84

4.4.1 Faktor Ekonomi……….. 84 4.4.2 Faktor Budaya………. 86 4.5 Keterkaitan Pemilihan Pendidikan Tinggi dengan Jaringan Bambu Dunia 89

4.6 Interaksi Sosial Masyarakat Etnis Tionghoa……….. 92

BAB V PENUTUP

5. 1 Kesimpulan……… 99

5.2 Saran………..………...104


Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Modal Sosial Nelayan Etnis Tionghoa (Studi Pada : Nelayan Etnis Tionghoa di Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir, Riau)

0 55 116

Nilai-Nilai Kepemimpinan dalam Taoisme : Studi Kasus Masyarakat Tionghoa di Medan

2 64 138

Etnisitas dan Preferensi Politik (Studi Kasus : Masyarakat Etnis India dan Etnis Tionghoa Di Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Kelurahan Polonia.

7 110 85

Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (Stie) Ibbi Medan

2 48 173

Politik Identitas Etnis Di Indonesia Suatu Studi Terhadap Politik Identitas Etnis Tionghoa Di Kota Medan

22 135 87

Jaringan Bambu (Bamboo Network) Dalam Memilih Pendidikan Tinggi Pada Masyarakat Etnis Tionghoa Medan (Studi Kasus di Universitas Prima Indonesia dan STIE & STMIK IBBI Medan)

0 0 1

Jaringan Bambu (Bamboo Network) Dalam Memilih Pendidikan Tinggi Pada Masyarakat Etnis Tionghoa Medan (Studi Kasus di Universitas Prima Indonesia dan STIE & STMIK IBBI Medan)

0 0 18

Jaringan Bambu (Bamboo Network) Dalam Memilih Pendidikan Tinggi Pada Masyarakat Etnis Tionghoa Medan (Studi Kasus di Universitas Prima Indonesia dan STIE & STMIK IBBI Medan)

0 0 21

Jaringan Bambu (Bamboo Network) Dalam Memilih Pendidikan Tinggi Pada Masyarakat Etnis Tionghoa Medan (Studi Kasus di Universitas Prima Indonesia dan STIE & STMIK IBBI Medan)

0 1 7

Jaringan Bambu (Bamboo Network) Dalam Memilih Pendidikan Tinggi Pada Masyarakat Etnis Tionghoa Medan (Studi Kasus di Universitas Prima Indonesia dan STIE & STMIK IBBI Medan)

0 0 2