64
BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Profil Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian merupakan tempat untuk menemukan sumber informasi bagi
peneliti. Peneliti melakukan proses penelitian di Kota Medan, yang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara.
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare 265,10 km² atau 3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kotakabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30 – 3° 43
Lintang Utara dan 98° 35 - 98° 44 Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas
permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Medan di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Deli
Serdang, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan sebelah timur juga berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.
Kota Medan saat ini dipimpin oleh Dzulmi Eldin sebagai Walikota dan Akhyar Nasution sebagai Wakil Walikota.
Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 21-kecamatan dan 151-kelurahan yaitu: 1.
Medan Tuntungan 8. Medan Polonia
15.Medan Timur 2.
Medan Johor 9. Medan Baru
16.Medan Perjuangan 3.
Medan Amplas 10.Medan Selayang
17.Medan Tembung 4.
Medan Denai 11.Medan Sunggal
18.Medan Deli
Universitas Sumatera Utara
65
5. Medan Area
12.Medan Helvetia 19.Medan Labuhan
6. Medan Kota
13.Medan Petisah 20.Medan Marelan
7. Medan Maimun
14.Medan Barat 21.Medan Belawan
Kota Medan memiliki beragam etnis dengan mayoritas penduduk beretnis Jawa, Batak, Tionghoa, dan Minangkabau. Adapun etnis aslinya adalah Melayu
. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid,gereja dan vihara Tiongho a yang banyak tersebar di seluruh kota. Dengan keragaman etnis tersebut semakin
membawa berbagai dampak bagi seluruh masyarakat yang bermukim di Kota Medan.Kota Medan menjadi salah satu kota maju di Indonesia dan menjadi tempat bagi
masyarakat dari berbagai penjuru wilayah Indonesia untuk bermukim, mencari nafkah, bahkan menuntut ilmu. Berkaitan dengann pendidikan terutama pendidikan tinggi, di
Kota Medan terdapat banyak perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Dalam studi kasus ini, peneliti memilih 2 perguruan tinggi swasta yang terkenal di Kota Medan
yakni Universitas Prima Indonesia UNPRI dan STIE dan STMIK IBBI Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer Institut
Bina Bisnis Indonesia. Berikut adalah profil dari kedua perguruan tinggi tersebut:
4.1.1 Universitas Prima Indonesia UNPRI Medan Universitas Prima Indonesia merupakan perguruan tinggi swasta di Kota
Medan, Provinsi Sumatera Utara yang telah berdiri sejak tahun 2001. Pada awalnya, perguruan tinggi ini didirikan sebagai Akademi Keperawatan dan
Akademi Kebidanan Prima, kemudian pada tahun 2002 berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Husada Medan. Akhirnya pada tahun
Universitas Sumatera Utara
66
2005 berkembang menjadi Universitas Prima Indonesia dengan total 10 Fakultas dan 23 Program Studi antara lain, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Gigi, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer, Fakultas
Agroteknologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Hukum, dan Fakultas Psikologi. Univeritas Prima Indonesia memiliki 4 lokasi kampus yaitu
Kampus I Jalan Belanga No. 1 simpang Jalan Ayahanda Medan, Kampus II Jalan Sekip simpang Jalan Sikambing Medan, Kampus III Jalan Danau
Singkarak Medan, dan Kampus IV Jalan Brigjend Katamso 282-283 simpang Jalan Ir. Juanda Medan. Pendiri Universitas Prima Indonesia adalah dr.I
Nyoman Ehrich Lister, M.Kes, AIFM Lie Eng Kun dan Letjend TNI Purn Moetojib dan yang menjabat sebagai Rektor Universitas Prima Indonesia saat ini
adalah Prof.dr.Djakobus Tarigan, AAI,DAAK. Universitas Prima Indonesia memiliki visi Tahun 2020 Universitas Prima Indonesia menjadi perguruan tinggi
unggulan dalam penyelenggaraan pendidikan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di Sumatera Utara yang berbasis pada
Pengembangan IPTEK dan Sosial Budaya sehingga mampu memberikan kontribusi optimal kepada masyarakat Sumatera Utara khususnya dan
masyarakat global pada umumnya. Lalu Misi yang disusung oleh UNPRI adalah menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk masyarakat dalm bidang pengajaran,
penelitian dan pengabdian masyarakat yang mengedepankan kualitas untuk kepentingan masyarakat, lalu misi selanjutnya adalah melaksanakan proses
pendiidkan tinggi yang dinamis terhadap perubahan, menjunjung tinggi keberagaman dan suasana lingkungan belajar yang kondusif guna terciptanya
Universitas Sumatera Utara
67
pusat pengembangan IPTEK dan sosial budaya. Misi berikutnya adalah menghasilkan lulusan sarjana sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yang
memiliki kualitas pola piker, kualitas sikap mental, dan kompetisi nyata yang bisa dipertanggungjawabkan untuk kepentingan masyarakat.
Peneliti melakukan kegiatan observasi di kampus 2 yang terletak di jalan Sekip simpang Sikambing Medan. Lokasi kampus 1 dan 2 Universitas Prima
Indonesia cukup strategis dimana selain dekat dengan pusat kota Medan kampus tersebut juga di kelilingi area perumahan padat penduduk dan pertokoan-
pertokoan. Hal ini tentu menjadi salah satu nilai tambah yang dimiliki oleh Universitas Prima Indonesia dalam menarik minat calon mahasiswa untuk
bergabung ke dalam kampus tersebut selain kualitas dan jumlah program studi yang memiliki banyak pilihan.Program studi yang ditawarkan juga merupakan
program studi yang dianggap mayoritas dipilih oleh khalayak masyarakat pada era globalisasi saat ini.
Universitas Sumatera Utara
68
Gambar 1 Lokasi Kampus 2 Universitas Prima Indonesia UNPRI Medan jalan Sekip Simpang Sikambing Medan
4.2.2 STIE dan STMIK Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer IBBI Medan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika Komputer Institut Bina Bisnis Indonesia merupakan salah satu
perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. STIE dan STMIK IBBI didirikan pada tanggal 17 April 1996 oleh Bapak Amrin
Susilo Halim dan saat ini yang menjabat sebagai Rektor di STIE dan STMIK IBBI adalah Prof.DR.Amrin Fauzi,Msc. STIE dan STMIK IBBI memilki dua
wilayah kampus yakni Kampus Diamond yang terletak di Jalan Sei Deli No. 18
Universitas Sumatera Utara
69
Medan dan Kampus Emerald yang terletak di Jalan Gatot Subroto No. 130 Medan. Program Studi yang terdapat di STIE dan STMIK IBBI antara lain Ilmu
Manajemen, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Teknik Informatika. Kedua kampus ini sangat strategis karena berada di pusat Kota Medan dengan akses
transportasi yang sangat memadai untuk menuju ke area kampus.Tak hanya transportasi yang cukup memadai tetapi lokasi kampus yang berdekatan dengan
pusat perbelanjaan atau tempat nongkrong anak muda.Dilihat dari jenis sekolah tinggi dan program studi yang ditawarkan mengikuti selera pasar yang membuka
peluang kerja yang banyak dipergunakan saat ini yakni bidang ekonomi dan teknologi komputer.Peneliti melakukan penelitian di kampus 1 yang terletak di
jalan Sei Deli no. 18 Medan yang menjadi pusat kegiatan atau aktivitas perkuliahan utama.
Gambar 2 Lokasi Kampus 1 STIE STMIK IBBI Medan jalan Sei Deli No.18 Medan
Universitas Sumatera Utara
70
4.2 Jaringan Masyarakat Etnis Tionghoa dalam Memilih Pendidikan
4.2.1 Jaringan Orangtua sesama etnis Tionghoa
Skema diatas merupakan bentuk jaringan sosial antara orangtua sesama berasal dari etnis Tionghoa.Jaringan tersebut memperlihatkan orangtua etnis Tionghoa memiliki
hubungan pergaulan dan interaksi dengan sesama orangtua etnis Tionghoa, mereka saling bertukar informasi mengenai berbagai hal termasuk soal pendidikan tinggi.
Orangtua yang anak nya akan memasuki dunia pendidikan tinggi atau perkuliahan akan ikut memberikan saran dan dorongan kepada anak-anak mereka untuk memilih bidang
ilmu dan tempat kuliah yang mereka sangat cocok. Saran atau dorongan diambil berdasarkan informasi yang mereka peroleh dari rekan atau kerabat mereka tentang
kampus yang bagus dan ilmu yang cocok di pilih oleh anak-anak merekadi bangku perkuliahan. Seperti penuturan salah seorang narasumber yang merupakan orangtua dari
mahasiswa Universitas Prima Indonesia, beliau mengatakan,
Orangtua A Etnis Tionghoa
Orangtua B Etnis Tionghoa
Orangtua G Etnis Tionghoa
Orangtua E Etnis Tionghoa
Orangtua F Etnis Tionghoa
Orangtua H Etnis Tionghoa
Orangtua C Etnis Tionghoa
Orangtua D Etnis Tionghoa
Universitas Sumatera Utara
71
“ saya tahu kampus Unpri dari informasi kawan kerja saya, dia bilang anaknya yang paling besar kuliah di Unpri dan katanya kuliah di Unpri bagus,
bisa kerja sambil kuliah, trus fasilitasnya bagus dan katanya pelajarannya juga bagus ya udah saya kasih tau anak saya soal kuliah di Unpri…”
Dari informasi rekan sesama etnis Tionghoa maka mereka akan mulai mempertimbangkan dan memberikan masukan kepada anak mereka yang akan
melanjutkan pendidikan tinggi. Informasi yang di berikan akan terus menerus menyambung dari satu orangtua ke orangtua etnis Tionghoa lainnya yang memiliki
hubungan pertemanan atau kekerabatan sehingga orangtua lainnya menjadi lebih banyak mengetahui tentang pendidikan tinggi. Tak jarang pula dengan informasi yang
di peroleh oleh orangtua mereka memaksakan anak-anak mereka untuk mengikuti saran mereka karena informasi yang mereka terima dianggap sudah akurat bagi pendidikan
anak-anaknya apalagi dilihat dari segi keakraban yang timbul karena adanya kesamaan etnis semakin menambah kepercayaan diantara sesama orangtua etnis Tionghoa
sehingga informasi tentang perkuliahan sangat dipercaya, dimana salah satu narasumber yakni orangtua dari mahasiswa yang berkuliah di STIESTMIK IBBI mengatakan,
“ awalnya saya tau IBBI karna kampusnya dekat rumah tapi ga tau kualitasnya gimana, trus ada kawan saya yang anaknya juga baru tamat SMA
trus dia dengar dari sodaranya kalo IBBI bagus pelajarannya dan dia mau masukkan anaknya ke IBBI , katanya di IBBI bisa juga kuliah sambil kerja jadi
saya daftarkan anak saya buat ambil kuliah akuntansi di IBBI aja…”.
Jaringan pertemanan antar orangtua sesama etnis Tionghoa yang dikaitkan dengan pemilihan perguruan tinggi dan bidang ilmu dalam perkuliahan anak-anak
mereka ternyata memiliki manfaat bagi sesama orangtua dalam hal pertukaran informasi.Informasi tentang berbagai perguruan tinggi dan bidang ilmu yang dianggap
cocok dan sesuai dengan kebutuhan mereka dalam kehidupan pribadi maupun dalam
Universitas Sumatera Utara
72
kehidupan bermasyarakat.Selain pertukaran informasi tersebut juga dapat menambah kekompakan antar sesama etnis Tionghoa.
Manfaat yang positif bagi masyarakat etnis Tionghoa dalam hal bertukar informasi mengenai pendidikan tinggi tak hanya melulu berbicara tentang kesempatan
kerja yang bisa diperoleh oleh anak-anak mereka saat memilih perguruan tinggi dan juga bidang ilmu di bangku kuliah tetapi juga adanya kesempatan untuk menaikkan
status sosial orangtua dimata rekan-rekannya. Para orangtua etnis Tionghoa juga berlomba untuk mendorong anak-anak mereka memperoleh gelar yang bergengsi dalam
pendidikan tinggi sehingga dapat di’pamer”kan kepada teman-teman atau kerabat mereka. Selama ini gelar dan bidang ilmu yang di pelajari merupakan sesuatu yang
dinilai prestisius. Berkuliah di bidang ekonomi, IT atau kedokteran dinilai mampu menaikkan derajat dimata orang lain sebab ilmu-ilmu demikian dianggap memiliki
peluang kerja yang bagus dan mampu mensejahterakan seseorang dalam hal keuangannya. Selain itu bidang ilmu seperti ekonomi atau IT dianggap oleh para
orangtua sebagai ilmu yang memang diperlukan dalam dunia usaha dan kerja. Apabila peluang kerja besar dan mampu menghasilkan uang yang banyak maka status sosial
mereka dan keluarga terutama orangtua akan terangkat. Begitu pula dalam memilih perguruan tinggi, orangtua etnis tionghoa memiliki pandangan bahwa beberapa
perguruan tinggi tertentu yang mampu memberikan materi pembelajaran yang sesuai untuk kebutuhan lowongan pekerjaan saat ini sudah pasti memiliki kualitas yang
bagus.Tampilan lainnya yang dilihat adalah sarana dan prasarana yang memadai dalam menunjang aktivitas anak-anak mereka ketika berkuliah. Ditambah lagi dengan
lingkungan yang dirasa aman dan nyaman bagi orang Tionghoa pasti akan menjadi pilihan utama untuk masa depan pendidikan anak-anak mereka.
Universitas Sumatera Utara
73
4.2.2 Jaringan Mahasiswa Sesama Etnis Tionghoa
Skema kedua diatas adalah jaringan antar sesama mahasiswa etnis Tionghoa.Dalam skema tersebut terlihat bahwa sesama etnis Tionghoa memiliki
jaringan sosial dengan sesama etnis mereka.Dari jaringan tersebut mereka saling bertukar informasi tentang berbagai hal termasuk soal pendidikan. Salah seorang etnis
Tionghoa yang memiliki informasi tentang kampus dan bidang ilmu yang bagus akan memberikan informasi tersebut kepada rekan-rekan atau kerabat mereka sehingga hal
A Etnis Tionghoa
G Etnis Tionghoa D Etnis Tionghoa
E Etnis Tionghoa F Etnis Tionghoa
B Etnis Tionghoa C Etnis Tionghoa
Universitas Sumatera Utara
74
tersebut dapat menjadi salah satu jalur pengenalan akan kampus dan bidang ilmu tertentu. Dari satu rekan atau kerabat menyebarkan informasi tentang kampus yang
bagus kemudian setelah mereka mengetahuinya maka akan disebarkan informasi tersebut ke rekan lainnya, demikian terus menerus informasi itu berjalan hingga ke
banyak orang etnis Tionghoa seperti di Kota Medan dimana jaringan tersebut masih berlaku karena etnis Tionghoa di Medan masih menjalani keakraban yang kental dengan
sesama etnis Tionghoa hingga ke anak cucu mereka di masa kini. Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu narasumber yaitu Gabriele yang merupakan mahasiswi
etnis Tionghoa yang berkuliah di Universitas Prima Indonesia, ia mengatakan bahwa ia memperoleh info tentang kampus tersebut dari teman-teman SMA nya.
“ wa ga pernah bercita-cita kuliah di sini UNPRI tapi waktu SMA Kelas 3 kawan-kawan wa bilang kalo mereka mau lanjut kuliah di UNPRI karna
katanya bagus terus mereka bujuk wa supaya masuk ke UNPRI. Mereka dapet info kalo kuliah di UNPRI itu bagus karna udah punya nama memiliki reputasi
yang baik, dan juga bisa kuliah sambil kerja. Info itu mereka dapet dari kawan- kawan mereka yang lain ya udah wa jadi setuju daftar di UNPRI….”
Demikian juga dengan beberapa pernyataan dari narasumber lainnya yang memperoleh informasi tentang pendidikan tinggi dari teman atau rekan mereka dan
kemudian juga menyebarkan ke teman-teman lainnya.Seperti penuturan salah satu narasumber yang merupakan mahasiswi jurusan akuntansi di STIESTMIK IBBI
Medan yakni Suriati.Ia menuturkan tentang awal mula memilih kuliah di sekolah tinggi tersebut.
“pas wa kelas 3 SMA di sekolah wa ada pameran pendidikan dan disana kampus IBBI juga lagi promosi, trus wa liat penawaran jurusan kuliahnya
bagus, jadwalnya juga bisa diatur jadi wa mulai tertarik mau kuliah disana, dan juga ada kawan-kawan wa yang lebih tua dan mereka lebih dulu kuliah disana
bilang kalo kuliah di IBBI bagus karna bisa sambil kerja ya udah jadinya wa mutusin kuliah di IBBI dan kalo ada yang mau kuliah disini IBBI juga ya wa
Universitas Sumatera Utara
75
kasih atau aja gimana bagusnya kuliah disini buat yang mau kuliah tapi sambil kerja…..”
Dari skema jaringan tersebut terlihat hubungan dan interaksi mereka tentang pemilihan pendidikan berada dalam ruang lingkup masyarakat etnis Tionghoa. Dengan
demikian mereka menjadi berkumpul dalam komunitas yang sama dan menganggap bahwa dengan berkuliah di tempat yang dijalani oleh mayoritas etnis Tionghoa akan
lebih memudahkan mereka berkuliah dan berinteraksi dalam proses pergaulan. Ini juga menandakan bahwa kepercayaan yang tinggi antar sesama etnis Tionghoa sehingga
setiap informasi dianggap sudah tepat termasuk dengan pendidikan yang sangat lah penting dalam kehidupan manusia.
4.3 Alasan Dalam Memilih Pendidikan Tinggi Pada Masyarakat Etnis Tionghoa Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia di seluruh dunia tanpa memandang perbedaan warga negara, suku, agama, ras, dan golongan.Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang sebaik dan setinggi-
tingginya termasuk masyarakat beretnis Tionghoa yang ada di Indonesia terutama di Kota Medan dengan segala kemajemukannya. Maka dari itu dalam menentukan
pendidikan apa yang tepat bagi tiap orang tentu memiliki beberapa alasan tersendiri. Berikut beberapa alasan yang di peroleh dari masyarakat etnis Tionghoa tentang
pemilihan pendidikan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
76
4.3.1 Tabel 1. Makna Pentingnya Pendidikan Bagi Anak-anak
NO Keterangan
Jumlah Responden
Persentase
1 Responden orangtua mementingkan
pendidikan bagi anak-aanknya 15 Responden
100
2 Responden orangtua tidak
mementingkan pendidikan bagi anak- anaknya
0 Responden
Total 15
100
Tabel pertama diatas menunjukkan tentang arti pendidikan bagi setiap manusia termasuk para orangtua yang memiliki anak. Berdasarkan data diatas, secara
keseluruhan 100 orangtua menyatakan bahwa pendidikan bagi anak-anak mereka adalah hal yang penting. Orangtua memandang pendidikan sebagai sarana bagi anak-
anak mereka untuk mencapai masa depan yang cemerlang dari berbagai segi kehidupan seperti segi ekonomi dan segi sosial. Maka tak hanya memandang pendidikan menengah
saja tetapi pendidikan tinggi juga menjadi perhatian orangtua dan di era modern saat ini orangtua melihat bahwa pendidikan bagi anak-anak mereka sangatlah penting agar
anak-anak mereka memiliki pengetahuan yang terus berkembang dan menjadikan anak- anaknya sukses.Salah satu narasumber yang merupakan orangtua mahasiswa yakni
Bapak Doni Sutiono yang menyatakan bahwa pendidikan tinggi harus dijalani oleh anak-anak mereka.
“ bagi saya pendidikan sangat penting karna kalo ga berpendidikan mana bisa jadi orang yang cerdas dan sukses makanya
Universitas Sumatera Utara
77
saya selalu berusaha untuk menyekolahkan anak-anak saya sampai jenjang yang tinggi supaya mereka bisa jadi orang sukses. Apalagi jaman
sekarang kan jaman modern dan soal pekerjaan pasti butuh orang-orang yang punya pendidikan yang tinggi makanya saya suruh anak-anak saya
untuk sekolah yang tinggi sampe tingkat kuliah supaya mereka nanti kalo sudah dewasa bisa punya pekerjaan yang bagus buat masa depan mereka
sendiri loh…..”
Dengan pola pemikiran demikian maka anak-anak etnis Tionghoa ikut memandang bahwa pendidikan adalah sesuatu yang penting untuk memberikan mereka
pengetahuan yang besar dan menunjang kesempatan memperoleh masa depan yang terjamin apabila memiliki pendidikan yang mumpuni. Sehingga mereka juga akhirnya
merasa harus mementingkan pendidikan dan memutuskan untuk terus melanjutkan tingkat pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi lagi seperti jenjang perkuliahan.
4.3.2 Tabel.2 Saran Orangtua Tentang Pemilihan Perguruan Tinggi
NO Keterangan
Jumlah Responden Persentase
1 Orangtua Memberikan Saran
Dalam Memilih Perguruan Tinggi 14 Responden
93.3
2 Orangtua Tidak Memberikan
Saran Dalam Memilih Perguruan Tinggi
1 Responden 6.7
Total 15
100
Dalam tabel diatas terlihat bahwa orangtua memberikan pengaruhnya pada anak- anak dalam mempertimbangkan pemilihan perguruan tinggi. Sebanyak 93.3 orangtua
narasumber memberikan saran kepada anak-anak nya tentang perguruan tinggi yang
Universitas Sumatera Utara
78
akan dipilih untuk melanjutkan pendidikan mereka. Sementara hanya sekitar 6.7 dari narasumber yang diberi kebebasan yang sangat besar dari orangtua atau dapat dikatakan
orangtua tidak ikut campur dalam pilihan anak-nya.Data tersebut menunjukkan bahwa orangtua memiliki pengaruh yang sangat besar kepada anak-anak mereka dalam hal
pendidikan. Pengaruh orangtua membuat anak-anak mereka memiliki pandangan untuk mempertimbangkan berbagai saran yang muncul dalam memilih pendidikan tinggi yang
akan ditempuh baik saran tentang tempat berkuliah maupun jurusan perkuliahan yang cocok.
4.3.3 Tabel 3. Saran Orangtua Dalam Pemilihan Jurusan Kuliah
NO Keterangan
Jumlah Responden Persentase
1 Orangtua Memberikan Saran
Dalam Memilih Jurusan 10 Responden
66.7
2 Orangtua
Tidak Memberikan Saran Dalam Memilih Jurusan
5 Responden 33.3
Total 15
100
Tabel diatas menjelaskan tentang saran orangtua kepada anak-anak mereka mengenai pemilihan jurusan perkuliahan.Tak hanya mengenai pemilihan perguruan
tinggi, pemilihan jurusan juga menjadi alasan bagi seseorang untuk berkuliah di sebuah kampus.Saran tentang jurusan yang akan diambil oleh orangtua kepada anak-anak
mereka yang akan berkuliah menunjukkan sebanyak 66.7 narasumber yakni para mahasiswa mendapatkan saran tentang bidang ilmu apa yang akan mereka ambil di
Universitas Sumatera Utara
79
perguruan tinggi yang mereka tuju sementara sebanyak 33.3 narasumber menyatakan bahwa mereka tidak mendapat saran tentang jurusan yang akan dipilih.
Dalam memilih bidang ilmu, masyarakat etnis Tionghoa memperhitungkan dan melihat apa bidang ilmu yang cocok dan dianggap dapat dipakai dalam dunia kerja saat
ini. Menurut narasumber, ilmu ekonomi adalah bidang ilmu yang dianggap penting untuk dipelajari saat ini seperti ilmu akuntansi dan manajemen karena merupakan ilmu
yang umum dipakai dalam dunia kerja saat ini.Dengan mempelajari akuntansi atau manajemen diharapkan dapat memperoleh pekerjaan dengan cepat dan juga masuk ke
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang ekonomi. Seperti penuturan salah satu narasumber mahasiswi STIE IBBI yakni Shandy:
“dulu wa awalnya ga mau kuliah ambil jurusan akuntansi karna wa kurang mahir soal akuntansi dan wa punya keinginan ambil ilmu
bahasa Inggris tapi mama wa ngasih saran wa untuk ambil jurusan akuntansi karna katanya jurusan itu yang bagus dan bisa cepat dapat
kerja karna ilmu akuntansi banyak perusahaan yang pake ya udah setelah wa pikir-pikir yang wa ambil deh ilmu akuntansi….”
4.3.4 Tabel 4. Latar Belakang Kampus Bereputasi Baik
NO Keterangan
Jumlah Responden Persentase
1 Responden mementingkan reputasi
kampus 12 Responden
80
2 Responden tidak mementingkan
reputasi kampus 3 Responden
20
Total 15
100
Universitas Sumatera Utara
80
Tabel selanjutnya yakni tentang reputasi kampus yang dipilih oleh calon mahasiswa dan orangtuanya, menyatakan bahwa 15 Responden yang diteliti
mementingkan bagaimana reputasi atau citra dari sebuah kampus sebelum memutuskan untuk masuk ke kampus tersebut dan menuntut ilmu disana, tetapi 3 responden tidak
mementingkan reputasi atau citra sebuah kampus untuk dijadikan pilihan mereka untuk menuntut ilmu. Salah seorang responden menyatakan bahwa reputasi atau citra sebuah
perguruan tinggi sangat penting untuk memberikan keyakinan bahwa perguruan tinggi yang dipilih memang tepat dan tidak memiliki masalah apapun yang dapat mengganggu
proses menimba ilmu para mahasiswanya. Hal ini juga merupakan salah satu alasan seseorang memilih sebuah perguruan tinggi.
4.3.5 Tabel 5. Jurusan-Jurusan Yang Disediakan oleh Kampus
NO Keterangan
Jumlah Responden Persentase
1 Kampus menyediakan jurusan-
jurusan yang diinginkan oleh masyarakat
14 Responden 93.3
2 Kampus tidak menyediakan
jurusan-jurusan yang diinginkan masyarakat
1 Responden 6.7
Total 15
100
Tabel ke 5 diatas berisi tentang alasan pemilihan perguruan tinggi dalam hal penawaran jurusan kuliah yang diberikan oleh kampus.Dalam penelitian
mengungkapkan bahwa dalam memilih sebuah perguruan tinggi masyarakat juga
Universitas Sumatera Utara
81
melihat apakah ada bidang ilmu yang diinginkan dalam program kuliah sebuah perguruan tinggi. 93.3 narasumber menyatakan bahwa jurusan atau bidang ilmu yang
mereka cari memang ada di perguruan tinggi yang bersangkutan. seperti penuturan salah seorang narasumber yakni Novita mengenai alasan memilih masuk ke kampus UNPRI
Universitas Prima Indonesia dalam hal pemilihan jurusan. “ wa berniat milih jurusan akuntansi karena wa memang tertarik
untuk belajar tentang akuntansi trus wa liat dulu di kampus mana saja ada jurusan akuntansi, ternyata di UNPRI juga ada akuntansi dan
katanya cukup bagus pelajaran akuntansi nya ya udah jadinya wa mutusin buat kuliah di UNPRI dan ambil jurusan akuntansi….”
Jurusan atau studi yang di tawarkan oleh Universitas Prima Indonesia dan STIE STMIK IBBI Medan memang cukup bervariatif dan sesuai dengan kebutuhan akan
tenaga ahli di dunia kerja saat ini. Universitas Prima Indonesia memiliki 23 program studi yang umum di khalayak masyarakat, sementara STIE STMIK IBBI memang
berkonsentrasi pada bidang ekonomi dan teknologi informasi dengan total 4 program studi yang memungkinkan para mahasiswa nya memiliki keahlian di bidang ekonomi
dan juga teknologi informasi.
4.3.6 Tabel 6. Fleksibilitas Jadwal Kuliah
NO Keterangan
Jumlah Responden Persentase
1 Jadwal Kuliah Fleksibel
12 Responden 80
2 Jadwal Kuliah Tidak Fleksibel
3 Responden 20
Total 15
100
Universitas Sumatera Utara
82
Tabel diatas merupakan tabel yang berisi tentang alasan memilih perguruan tinggi dalam segi fleksibilitas jadwal kuliah. Dari data diatas dapat dilihat bahwa dari 15
Responden sebanyak 80 responden menyatakan bahwa jadwal kuliah di Universitas Prima Indonesia dan STIE STMIK IBBI sangat fleksibel bagi mahasiswa nya yang
bekerja, sedangkan 20 responden menyatakan tidak merasa jadwal mereka fleksibel. Para mahasiswa merasa dengan masuk dan berkuliah di kedua kampus tersebut sangat
memudahkan mereka untuk bisa mengatur jadwal kuliah sesuai dengan keinginan mereka.Mahasiswa memiliki wewenang untuk memilih jam perkuliahan yang mereka
inginkan, biasanya perkuliahan dibagi dalam 3 tiga sesi yakni pagi, siang, dan malam. Dengan pengaturan jadwal yang demikian akan memudahkan mahasiswa untuk
memiliki kesempatan melakukan kegiatan lain diluar kegiatan perkuliahan seperti bekerja.
Masyarakat etnis Tionghoa memang dikenal selain mementingkan pendidikan juga menekankan pada generasi penerus mereka untuk bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan mereka juga sangat tekun dalam bekerja dan banyak anak-anak muda etnis Tionghoa yang sudah mampu bekerja sambil menjalankan pendidikannya di
usia yang relatif muda untuk berbagai tujuan seperti sekadar mencari pengalaman dalam bekerja atau mencari penghasilan pribadi. Hal ini dikemukakan oleh narasumber
Vincent, mahasiswa UNPRI Medan. “ setelah tamat SMA wa memilih buat kuliah tapi sambil kerja biar
bisa bantu orangtua dan bisa biayai kuliah sendiri jadi wa liat kalo kuliah di UNPRI itu jadwalnya bebas kita pilih dan jadi gampang buat wa
jalanin kuliah sambil kerja sementara setau wa kalo kuliah di kampus negeri agak susah ngatur jadwal kuliah biar bisa kerja juga makanya wa
mutusin buat kuliah di UNPRI dan sekarang wa ngerasa memang lebih
Universitas Sumatera Utara
83
enak mengatur jadwal kuliah kalo sambil kerja gini setelah kuliah di UNPRI…..”
Maka dari itu, memilih untuk berkuliah di Universitas Prima Indonesia dan STIESTMIK IBBI merupakan langkah yang dirasakan tepat oleh para mahasiswa
etnis Tionghoa untuk menjalankan pendidikan mereka dengan baik namun tetap memiliki pekerjaan. Dari hasil penelitian, seluruh narasumber adalah mahasiswa yang
juga berstatus sebagai karyawan atau pegawai yang aktif bekerja.Mereka bekerja diberbagai tempat seperti di bank, toko, atau perusahaan yang sesuai dengan bidang
ilmu yang sedang mereka jalani di kampus.
4.3.7 Tabel 7. Fasilitas Kampus
NO Keterangan
Jumlah Responden Persentase
1 Fasilitas Kampus Yang Nyaman
Untuk Berkuliah 10 Responden
66.7
2 Fasilitas Kampus Yang Tidak
Nyaman Untuk Berkuliah 5 Responden
33.3
Total 15
100
Dalam menunjang aktivitas para mahasiswa tak hanya kemudahan pengaturan jadwal kuliah semata yang ditawarkan kedua kampus swasta tersebut tetapi juga
fasilitas pendukung perkuliahan yang mumpuni seperti ruang kuliah yang luas dan
Universitas Sumatera Utara
84
banyak serta dilengkapi pendingin ruangan AC dan layar proyektor, perpustakaan yang besar dan lengkap, sampai disediakannya kendaraan kampus untuk berbagai
keperluan bersama. Dengan fasilitas yang lengkap untuk para mahasiswa menjalani aktivitas perkuliahan menjadi daya tarik yang juga dilihat oleh orangtua calon
mahasiswa atau mahasiswa sendiri.Dalam tabel diatas, sebanyak 66.7 narasumber merasakan nyaman ketika berkuliah di kampus tersebut baik dari segi internal kampus
maupun eksternal kampus.Sedangkan sebanyak 33.3 mahasiswa merasa biasa saja dalam hal fasilitas yang diberikan pihak kampus pada mahasiswanya.Eksternal kampus
berkaitan dengan lokasi kampus. Kedua perguruan tinggi tersebut berada di lokasi permukiman padat penduduk sehingga dengan demikian mudah dijangkau dengan
berbagai cara bagi mahasiswa maupun karyawan dan dosen pengajar. Transportasi umum seperti angkutan kota atau taksi banyak beredar di sekitar wilayah kampus, dan
juga dengan berdirinya kampus-kampus tersebut di dekat permukiman penduduk memungkinkan bagi mahasiswa yang tinggal dekat wilayah kampus menghemat biaya
transportasi atau tidak mengeluarkan biaya menuju ke kampus mereka. Hal ini tentu meringankan para orangtua dan juga mahasiswa yang tinggal didekat wilayah kampus
dari segi pengeluaran maka orangtua dan mahasiswa mau masuk ke kampus tersebut.Seperti penuturan narasumber Edison tentang kemudahan dalam berkuliah di
kampus nya yakni STIE STMIK IBBI berikut ini. “ memang wa merasa untung bisa kuliah di IBBI karna kampusnya
dekat rumah wa jadi bisa menghemat biaya transportasi loh. Trus fasilitas didalam kampus juga cukup lengkap jadi sangat membantu kegiatan
mahasiswanya….”
4.3.8 Tabel 8. Pergaulan Dalam Ruang Lingkup Perkuliahan
Universitas Sumatera Utara
85
NO Keterangan
Jumlah Responden Persentase
1 Memiliki Teman Etnis Tionghoa
Di Kampus 15 Responden
100
2 Tidak Memilki Teman Etnis
Tionghoa Di Kampus 0 Responden
Total 15
100
Tabel ke 8 diatas menunjukkan tentang alasan memilih perguruan tinggi dalam hal pergaulan.Secara keseluruhan responden yang merupakan mahasiswa etnis
Tionghoa menyatakan bahwa mereka memiliki teman kuliah yang juga merupakan etnis Tionghoa.15 responden menyatakan mereka memiliki teman kuliah yang juga
merupakan etnis Tionghoa sejak awal memasuki jenjang pendidikan tinggi.Bahkan mereka menyatakan bahwa teman kuliah etnis Tionghoa tidak hanya ditemukan saat
memasuki dunia perkuliahan tetapi juga sudah memiliki teman yang juga etnis Tionghoa sejak sekolah menengah. Namun di kampus mereka juga memiliki teman
yang berasal dari etnis lain selain etnis Tionghoa.
Universitas Sumatera Utara
86
4.3.9 Tabel 9. Kenyamanan Bergaul Dengan Sesama Etnis Tionghoa
NO Keterangan
Jumlah Responden Persentase
1 Rasa Nyaman Memiliki Teman
Sesama Etnis Tionghoa 10 Responden
66.7
2 Rasa Tidak Nyaman Memiliki
Teman Sesama Etnis Tionghoa 5 Responden
33.3
Total 15
100
Ada alasan dalam pemilihan perguruan tinggi yang berkaitan dengan rasa nyaman memiliki teman kuliah sesama etnis Tionghoa.Mahasiswa yang merupakan
etnis Tionghoa memilih masuk ke perguruan tinggi tersebut karena banyak teman semasa di bangku sekolah yang juga berkuliah di kampus tersebut, dan juga sejak awal
mereka saling bertukar informasi tentang kampus tersebut berdasarkan jaringan pertemanan mereka sehingga banyak mahasiswa berasal dari etnis Tionghoa berkuliah
disana.Secara keseluruhan, narasumber menyatakan mereka memiliki teman yang merupakan sesama etnis Tionghoa di kampus tersebut. Selama berkuliah mereka
berusaha membaur tak hanya dengan sesama mahasiswa etnis Tionghoa tetapi juga dengan mahasiswa yang berasal dari etnis diluar etnis Tionghoa dan dari hasil penelitian
bahwa 66.7 narasumber merasa bahwa memiliki teman yang merupakan etnis Tionghoa membuat mereka nyaman dalam hal pergaulan sementara sisanya sebanyak
33.3 merasa biasa saja berteman akrab dengan sesama etnis Tionghoa dan menganggap bahwa semua teman dari segala etnis sama. Narasumber yang merasa
Universitas Sumatera Utara
87
nyaman bergaul akrab dengan sesama mahasiswa etnis Tionghoa menyatakan bahwa rasa nyaman muncul karena adanya kesamaan dalam segi etnis dan juga bahasa yang
digunakan.Masyarakat etnis Tionghoa di Kota Medan terbiasa menggunakan bahasa mereka yakni bahasa hokkien sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan dengan hanya
sesama etnis Tionghoa tentu hal ini semakin mengakrabkan interaksi hanya dengan sesama mahasiswa etnis Tionghoa saja yang memahami bahasa hokkien.
4.3.10 Tabel 10. Status Kuliah Sambil Bekerja
NO Keterangan
Jumlah Responden Persentase
1 Responden Mahasiswai
berstatus kuliah sambil bekerja 15 Responden
100
2 Responden Mahasiswai tidak
berstatus kuliah sambil bekerja 0 Responden
Total 15
100
Tabel ke 10 diatas berisi tentang status dari mahasiswa yang berkuliah di Universitas Prima Indonesia dan STIE STMIK IBBI Medan.Mereka tidak hanya
berstatus sebagai seorang mahasiswa saja tetapi juga mereka telah bekerja.Dari hasil penelitian, data menunjukkan bahwa seluruh responden yang diteliti merupakan
mahasiswa yang juga bekerja.Rata-rata mereka bekerja di bidang ekonomi seperti bekerja sebagai karyawan di bagian administrasi atau bekerja di perbankan.
Universitas Sumatera Utara
88
4.3.11 Tabel Pilihan Kuliah Sebagai Sarana Memperoleh Kesempatan Kerja Sambil Kuliah
NO Keterangan
Jumlah Responden Persentase
1 Adanya Kesempatan Kerja Sambil
Kuliah 15 Responden
100
2 Tidak Adanya Kesempatan Kerja
Sambil Kuliah 0 Responden
Total 15
100
Tabel diatas merupakan salah satu alasan dalam memilih sebuah perguruan tinggi yakni adanya kesempatan bagi para mahasiswa yang berkuliah di kedua
perguruan tinggi tersebut untuk menjalankan kegiatan di luar kegiatan perkuliahan seperti bekerja. Secara keseluruhan berdasarkan hasil wawancara dan observasi 15
responden dengan persentase 100 merasa bahwa dengan berkuliah di kedua perguruan tinggi tersebut mereka memiliki kesempatan yang besar untuk menjalankan
kuliah sambil bekerja. Hal ini tentu menjadi nilai tambah bagi kedua perguruan tinggi tersebut karena memberikan fasilitas maupun aturan-aturan yang memudahkan
mahasiswa bekerja sambil tetap menjalankan kuliah mereka.Salah seorang responden yakni Jessica menyatakan keuntungan berkuliah di kampus tersebut.
“ setelah wa milih kuliah di sana UNPRI jadinya wa bisa nyari kerja sambil wa juga tetap kuliah karna jadwalnya bisa wa pilih, mau
pagi, siang atau malam dan diatur dengan jadwal kerja wa setiap hari….”
Universitas Sumatera Utara
89
4.3.12 Tabel 12. Informasi Lowongan Kerja Bagi Mahasiswa
NO Keterangan
Jumlah Responden Persentase
1 Adanya Info Lowongan Pekerjaan
Yang Ditawarkan 12 Responden
80
2 Tidak Adanya Info Lowongan
Pekerjaan Yang Ditawarkan 3 Responden
20
Total 15
100
Selain kemudahan dalam menjalankan kegiatan kerja sambil kuliah, para mahasiswa yang berkuliah di kedua kampus tersebut juga bisa memperoleh berbagai
informasi tentang lowongan pekerjaan yang ada.Sebanyak 80 narasumber mengatakan bahwa di kampus mereka memang ada informasi tentang berbagai
lowongan pekerjaan dan biasanya lowongan pekerjaan yang diinformasikan berasal dari perusahaan swasta dan informasi tersebut bisa dilihat di tempat tata usaha. Info
lowongan kerja tak hanya diperoleh dari pihak kampus tetapi juga dari teman atau rekan sesama mahasiswa yang saling menyebarkan informasi tentang pekerjaan satu sama
lain.
Universitas Sumatera Utara
90
4.4 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pemilihan Pendidikan Tinggi Masyarakat Etnis Tionghoa
4.4.1 Faktor Ekonomi Setiap manusia memiliki kebutuhan baik kebutuhan fisik dan
kebutuhan batin.Kebutuhan secara fisik terbagi menjadi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.Segala kebutuhan manusia pastilah harus dipenuhi agar
kehidupan berjalan dengan normal dan seimbang.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia tentu lah harus bekerja dan dengan bekerja
diharapkan mampu mencukupi segala kebutuhan hidup mereka. Bekerja juga harus memiliki pengetahuan yang baik dan pengetahuan diperoleh dari
proses belajar, maka dari itu setiap orang memerlukan pendidikan untuk menambah pengetahuan mereka. Pendidikan terbagi menjadi 2 jenis yakni
pendidikan formal dan pendidikan non formal, dimana pendidikan formal merupakan proses pelaksanaan pendidikan yang memiliki jenjang atau
tingkat pendidikan yang sudah jelas dan diselenggarakan oleh lembaga pendidikan berupa sekolah atau perguruan tinggi dalam pendidikan tinggi
sementara pendidikan non formal tidak memiliki jenjang pendidikan dan berfungsi sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal.
Masyarakat memiliki kewenangan untuk memilih jenis pendidikan yang mereka anggap sesuai dengan prinsip hidup mereka.Pendidikan memang
dianggap sangat penting untuk membuka jalan memenuhi kebutuhan hidup maka setiap anak wajib bersekolah dan dalam menentukan sekolah yang
tepat masyarakat etnis Tionghoa memikirkan dengan terperinci apakah pendidikan yang dipilih bisa membuka peluang kerja yang luas sehingga
Universitas Sumatera Utara
91
anak-anak mereka dapat bekerja dan memiliki karir yang cemerlang.Dengan memiliki pekerjaan yang bagus dan karir yang cemerlang orangtua
menganggap bahwa kebutuhan hidup dapat terpenuhi dengan maksimal. Maka dari itu dengan segala pertimbangan diatas, orangtua dan anak-anak
mereka yang akan berkuliah akhirnya mereka memilih untuk mempelajari ilmu yang dapat dipakai di dunia kerja saat ini seperti ilmu ekonomi atau
ilmu komputer. Begitu juga dengan pemilihan perguruan tinggi masyarakat
melihat suatu perguruan tinggi karena bidang ilmu yang ditawarkan sesuai dengan keinginan mereka yakni ilmu ekonomi dan computer, lalu letak
kampus yang berada di dekat permukiman padat penduduk memudahkan para mahasiswa untuk menjalankan kegiatan perkuliahan dengan lebih
mudah dan hemat biaya transportasi. Dari segi uang kuliah sebenarnya harga uang kuliah yang di tetapkan oleh pihak kampus para mahasiswa di kedua
perguruan tinggi tersebut cukup besar yakni sekitar Rp.5.000.000- Rp.6.000.000 per semester tetapi mahasiswa dan orangtua tidak
mempermasalahkan hal tersebut karena biaya tersebut setimpal dengan fleksibel nya jadwal kuliah sehingga mahasiswa mampu berkuliah sambil
mencari penghasilan dan dengan demikian mereka dapat membiayai uang kuliah mereka sendiri dan juga dengan bekerja sambil kuliah mampu
memberikan pengalaman kerja bagi mahasiswa agar setelah tamat kuliah mereka memiliki kemampuan yang cukup untuk bekerja dan mampu
beradaptasi dalam lingkungan pekerjaan secara cepat di kemudian hari. Intinya, masyarakat etnis Tionghoa saat ini memiliki anggapan bahwa
Universitas Sumatera Utara
92
pendidikan dan mencari penghasilan sama-sama penting untuk kehidupan mereka.Dengan bekerja mereka bisa memiliki penghasilan sendiri sehingga
dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan membantu orangtua. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan terutama pendidikan tinggi harus dimiliki dan
ditempuh karena tanpa memiliki pendidikan yang tinggi maka tidak akan mampu mencari uang dan tidak akan mampu menaikkan derajat dan status
sosial dirinya dan keluarganya. Punya penghasilan yang besar menjadi hal mutlak yang harus didapat oleh para generasi muda etnis Tionghoa.
4.4.2 Faktor Budaya Budaya merupakan bagian dari sebuah kelompok masyarakat
yang berisi bagaimana cara hidup masyarakat itu sendiri. Setiap kelompok masyarakat memiliki budaya tersendiri dan etnis Tionghoa memiliki budaya
yang kuat yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang mereka.Masyarakat etnis Tionghoa memiliki prinsip hidup bekerja keras,
tekun dan berhemat dan prinsip tersebut terus diamalkan dalam kehidupan mereka sehari-hari mereka. Untuk menghidupi kebutuhan manusia tentu
bekerja mencari penghasilan adalah hal mutlak yang harus dilakukan oleh setiap orang dan berbicara tentang bekerja, etnis Tionghoa sangat ulet dalam
bekerja mencari penghasilan,ini menjadi salah satu budaya orang-orang etnis Tionghoa yang menjadi ciri khas dan dikenal oleh masyarakat etnis lainnya.
Dari prinsip hidup masyarakat etnis Tionghoa itulah munculnya kebutuhan dari segi pendidikan yang mampu mendukung aktivitas pelajar atau
mahasiswa untuk menjalankan kegiatan lain diluar kegiatan perkuliahan seperti bekerja. Jadi muncul lah perguruan tinggi yang memberikan
Universitas Sumatera Utara
93
kemudahan dalam mengatur kegiatan perkuliahan yang fleksibel bagi para mahasiswanya sehingga mahasiswa bersangkutan dapat menjalankan kuliah
sambil bekerja.Dalam penelitian ini, seluruh narasumber merupakan mahasiswa yang juga sambil bekerja dan ini memperlihatkan bahwa
mahasiswa-mahasiswi etnis Tionghoa sangat bekerja keras dimana mereka masih berstatus sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu namun memiliki
keinginan memanfaatkan waktu kuliah yang fleksibel sambil bekerja. Selain prinsip kerja keras, masyarakat etnis Tionghoa juga
memiliki prinsip bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang.Pendidikan dianggap mampu memberikan dan
membuka peluang untuk memperoleh keberhasilan dan karir pekerjaan yang cemerlang. Maka para orangtua etnis Tionghoa sangat mendorong anak-anak
mereka untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin padahal dari hasil penelitian pada 15 orang narasumber orangtua Etnis Tionghoa menyatakan
bahwa 70 orangtua tidak menduduki jenjang pendidikan sarjana namun mereka memandang bahwa anak-anak mereka harus bisa lebih
berpendidikan daripada mereka sendiri maka mereka berupaya untuk menyekolahkan anak-anak mereka hingga jenjang sarjana. Selain membuka
peluang memiliki pekerjaan dan karir yang bagus, pendidikan juga dianggap mampu menaikkan status sosial seseorang sehingga apabila seseorang
memperoleh gelar dan ilmu yang bagus dari jenjang pendidikan tinggi akan menaikkan status sosial dirinya dan keluarganya. Jadi masyarakat etnis
Tionghoa juga melihat pendidikan sebagai sarana penaikan status sosial mereka.
Universitas Sumatera Utara
94
Etnis Tionghoa merupakan masyarakat yang cenderung tertutup dalam soal pergaulan dan interaksi dengan etnis lainnya.Mereka juga
cenderung mengutamakan pergaulan dengan sesama etnis Tionghoa karena rasa persamaan yang sangat besar sebagai sebuah komunitas etnis yang
dianggap minoritas di Indonesia. Dari jaringan sosial memang memperlihatkan mereka lebih memilih bergaul dengan sangat akrab dan
hangat hanya dengan sesama etnis Tionghoa saja, sementara dengan etnis lainnya mereka hanya sebatas bergaul namun tidak sedekat dengan sesama
etnis Tionghoa. Hal ini banyak dipengaruhi oleh sejarah kelam yang menimpa etnis Tionghoa di Indonesia dan juga kebiasaan yang telah
mendarah daging tentang menjunjung rasa persaudaraan yang tinggi dengan sesama etnis mereka.Sampai di era modern saat ini sikap memilih teman
pergaulan dengan sangat selektif memang masih ada didalam masyarakat etnis Tionghoa, apalagi ditambah dengan bahasa daerah mereka yang sehari-
hari mereka gunakan di dalam lingkup rumah masing-masing mereka pakai juga dalam kegiatan pergaulan sehari-hari. Bahasa hokkien yang mereka
gunakan sehari-hari semakin menambah keakraban diantara sesama etnis Tionghoa dan mempererat hubungan antar sesama etnis namun pada
akhirnya hal ini membuat etnis lain yang tidak menggunakan bahasa hokkien atau tidak memahami bahasa tersebut akan tersingkirkan dari lingkup
pergaulan masyarakat etnis Tionghoa. Artinya masyarakat etnis Tionghoa akan semakin tertutup dengan lingkungan diluar lingkungan etnis Tionghoa
dan proses interaksi dalam masyarakat Indonesia yang majemuk akan sulit untuk dibaurkan. Maka dari itu tak jarang dalam proses pergaulan bahkan
Universitas Sumatera Utara
95
kegiatan pekerjaan dan pendidikan mereka cenderung bersama-sama memilih pekerjaan dan sarana pendidikan yang didalamnya banyak orang-
orang etnis Tionghoa juga. Seperti dalam pemilihan perguruan tinggi, banyak masyarakat etnis Tionghoa yang memilih berkuliah di perguruan
tinggi dengan mayoritas mahasiswanya berasal dari etnis Tionghoa dengan anggapan lebih mudah mendapat teman bergaul dan semakin mengakrabkan
hubungan antar sesama etnis.Satu hal lagi yang mendorong memilih sebuah perguruan tinggi yang dilihat oleh masyarakat etnis Tionghoa adalah adanya
bentuk budaya-budaya Tionghoa atau Tiongkok yang di perlihatkan atau bahkan diajarkan oleh pihak kampus.Masyarakat etnis Tionghoa memiliki
anggapan bahwa kebudayaan Tiongkok seperti bahasa Mandarin merupakan salah satu budaya yang berkembang dan menjadi nilai tambah bagi orang-
orang yang mampu mempelajarinya untuk dijadikan modal tambahan dalam membuka peluang usaha atau peluang kerja pada era saat ini. Universitas
Prima Indonesia dan STIESTMIK IBBI Medan memberikan pelajaran tentang bahasa Mandarin pada seluruh mahasiswa mereka tanpa memandang
jurusan apa yang mahasiswanya tempuh dan asal etnis mereka.
4.5 Keterkaitan Pemilihan Pendidikan Tinggi dengan Jaringan Bambu Dunia Usaha Pemilihan pendidikan tinggi di kalangan mahasiswa Etnis Tionghoa
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti yang telah dijelaskan yakni faktor ekonomi dan faktor budaya dalam kehidupan masyarakat etnis Tionghoa.Pendidikan tinggi
yang dipilih oleh mahasiswa etnis Tionghoa mengarah pada peluang memperoleh
Universitas Sumatera Utara
96
pekerjaan atau usaha, disini terlihat bahwa ada keinginan atau harapan apabila memilih suatu bidang ilmu dan suatu perguruan tinggi dapat memberikan
kesempatan kerja atau kesempatan berwirausaha.Etnis Tionghoa memiliki citra sebagai pekerja keras yang menguasai bidang perekonomian secara global atau
mendunia.Penguasaan bidang ekonomi biasanya dijalankan dengan kegiatan berbisnis atau berdagang dan untuk mewujudkan hal tersebut generasi muda perlu
belajar secara formal dan informal untuk menjalankan tujuan mereka tersebut.Belajar secara formal adalah dengan bersekolah dan menuntut ilmu
setinggi-tingginya hingga jenjang pendidikan tinggi. Maka dari itu pendidikan tinggi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan akan tenaga ahli dalam bidang
ekonomi. Apabila tenaga ahli dalam bidang ekonomi sudah banyak dan memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni maka diharapkan akan mensukseskan kegiatan
perekonomian dan juga mensejahterakan orang-orang yang terlibat dalam usaha tersebut. Tujuan inilah yang ingin dicapai oleh masyarakat etnis Tionghoa sehingga
dalam menentukan masa depan mereka memilih sesuatu yang dianggap sudah umum dan dapat di jangkau oleh mereka.
Dalam dunia usaha tentu ada suatu jaringan yang diciptakan oleh setiap pengusaha untuk mempermudah segala urusan bisnis nya.Saat ini, yang
mendominasi perekonomian dunia adalah orang-orang yang berasal dari Tiongkok.Mereka terkenal sangat ulung dalam hal perdagangan dan salah satu
kunci kesuksesan mereka dalam menguasai dunia bisnis adalah dengan membangun jaringan bisnis.Di Asia Tenggara sendiri terdapat jaringan bisnis yang
dinamakan jaringan bambu yakni jaringan bisnis yang melibatkan orang-orang berdarah Tionghoa yang tersebar di seluruh negara Asia Tenggara.Jaringan ini
Universitas Sumatera Utara
97
menekankan pada hubungan kerjasama yang dibangun antar sesama etnis Tionghoa dalam hal bisnis.Dalam jaringan bisnis ini kepercayaan dan adanya rasa kesamaan
sebagai etnis Tionghoa menjadi modal langgengnya hubungan kerjasama antar pengusaha Tionghoa dan dengan modal tersebut mampu menghasilkan kemajuan
perusahaan para pebisnis Tionghoa tersebut.Orang-orang Tionghoa memiliki prinsip untuk mempercayai keluarga membantu usaha mereka dan sebaiknya usaha
dipegang langsung oleh keluarga tanpa campur tangan orang yang bukan bagian dari keluarga mereka. Tak hanya keluarga, tetapi orang-orang yang juga berasal
dari etnis yang sama dengan mereka akan lebih mudah dipercaya untuk diajak bekerja sama membangun bisnis. Mempercayai keluarga dan orang-orang yang
berasal dari etnis yang sama dianggap mampu memberikan hal yang bersifat positif seperti kemudahan transaksi atau birokrasi dan loyalitas yang tinggi dari para
pelaku bisnis dan sumber dayanya. Hal inilah yang menjadi inti dari jaringan bambu itu sendiri dan apabila dikaitkan dengan pemilihan pendidikan tinggi pada
masyarakat etnis Tionghoa di kota Medan akan memiliki hubungan sebab dalam pemilihan pendidikan, masyarakat menyaring pilihan mereka untuk menentukan
bidang ilmu apa yang akan diambil dan perguruan tinggi mana yang akan mereka jadikan tempat menuntut ilmu berdasarkan kebutuhan akan tenaga ahli yang
banyak dibutuhkan dalam dunia kerja dan dunia usaha saat ini. Dari segi bidang ilmu yang banyak dipilih tentu yang berkaitan dengan ilmu ekonomi seperti
akuntansi atau manajemen alasannya karena profesi akuntan atau manager diperlukan dalam dunia usaha, atau bidang ilmu komputer yang diharapkan mampu
menghasilkan programmer yang mahir dalam memprogram sistem operasi dalam sebuah perusahaan.Tak hanya mengambil pilihan sebagai pegawai, bidang ilmu
Universitas Sumatera Utara
98
ekonomi atau IT dianggap juga bisa membantu lulusan bidang tersebut membuka sebuah usaha baru. Lalu dari segi perguruan tinggi yang dipilih adalah perguruan
tinggi yang mampu memberikan akses pendidikan bagi masyarakat untuk memperoleh peluang besar dalam bekerja di perusahaan-perusahaan terbaik seperti
membuka program studi bidang ilmu tertentu dan menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan tertentu yang akan memberikan lowongan pekerjaan bagi
lulusan perguruan tinggi tersebut. Apalagi jika ada perusahaan yang memiliki koneksi ke perusahaan yang juga dimiliki oleh para pebisnis Tionghoa di seluruh
dunia akan semakin membuka kesempatan bagi lulusan dari etnis Tionghoa untuk memperoleh pekerjaan dan karir di perusahaan yang bersangkutan dan akhirnya
jaringan bambu terus berjalan hanya di pusaran orang-orang yang berasal dari etnis Tionghoa.
4.6 Interaksi Sosial Masyarakat Etnis Tionghoa Masyarakat etnis Tionghoa memiliki rasa persamaan yang kuat dengan
sesama etnis Tionghoa terlihat dari kecenderungan pergaulan dan sosialisasi yang terjadi lebih besar dan lebih harmonis pada sesama etnis mereka, walaupun
demikian interaksi dan pergaulan dengan masyarakat di luar etnis Tionghoa tetap berjalan dengan baik. Seperti pengamatan dari peneliti dalam keseharian
pergaulan masyarakat etnis Tionghoa di Kota Medan dimana para generasi tua maupun generasi muda berinteraksi dengan masyarakat etnis lain secara baik
tetapi ketika bergaul di ruang lingkup yang seluruhnya adalah orang Tionghoa mereka cenderung tidak hanya berinteraksi seperti layaknya dengan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
99
etnis lain tetapi juga sangat akrab, kompak dan sangat harmonis. Orang-orang dewasa hingga remaja dan anak-anak sering berkumpul atau bercengkrama di
tempat-tempat tertentu bersama rekan-rekan mereka yang juga berasal dari etnis Tionghoa. Di kota Medan banyak tempat berkumpul yang menjadi area favorit
masyarakat etnis Tionghoa seperti Mall atau Plaza dan café elit. Masyarakat etnis Tionghoa dipandang sebagai masyarakat yang memiliki status dan kelas
sosial yang tinggi dilihat dari penguasaan bidang ekonomi sehingga muncul plaza yang berkelas tinggi memanjakan masyarakat terutama etnis Tionghoa.
Hal ini dapat kita jumpai di salah satu mall besar di Kota Medan yakni Sun Plaza, dimana banyak pengunjung plaza tersebut merupakan masyarakat etnis
Tionghoa yang sekedar berjalan-jalan atau berbelanja dan nongkrong di berbagai restoran dan café yang ada disana. Tak pelak bahwa Sun Plaza menjadi Mall
yang dianggap cocok sebagai tempat para etnis Tionghoa berekreasi karena fasilitas yang cukup memadai dan cocok dikunjungi oleh masyarakat etnis
Tionghoa di Medan.Beberapa narasumber peneliti yang merupakan etnis Tionghoa merasa sudah nyaman menghabiskan waktu senggang mereka dengan
berkumpul dengan teman, pacar atau keluarga di tempat-tempat tertentu yang cenderung privasi orang-orang yang datang ke tempat tersebut lebih terjamin.
Dari segi tempat ternyata memunculkan gaya hidup masyarakat etnis Tionghoa yang terkesan eksklusif. Artinya ketika bergaul dengan masyarakat yang berasal
dari etnis di luar etnis Tionghoa mereka cenderung memperlihatkan jarak dibandingkan bergaul dengan sesama etnis Tionghoa. Hal tersebut terjadi bukan
hanya karena faktor etnis yang sama ataupun tempat wilayah saja tetapi juga adanya persamaan bahasa. Seperti penuturan narasumber Florensyah yang
Universitas Sumatera Utara
100
merasa sangat nyaman bergaul dengan sesama etnis Tionghoa karena memiliki bahasa yang sama yakni bahasa hokkien.
“ kalo kawan-kawan dekat wa memang semua orang chinese lo karna gampang diajak ngobrol pake bahasa hokkien, tapi kalo punya kawan
bukan orang chinese wa rasa agak susah biar cepet akrab karna ga bisa bahasa hokkien kayak wa yang udah tiap hari kalo ngomong bahasa
hokkien..”.
Bahasa menjadi alat pengantar dalam berkomunikasi, hal ini menjadi salah satu faktor pendorong masyarakat Etnis Tionghoa di Medan lebih suka
bergaul dengan sesama etnis Tionghoa.Dengan adanya persamaan dalam menguasai bahasa hokkien semakin mempermudah mereka untuk dapat saling
berinteraksi dan semakin memupuk keakraban dalam pergaulan sehari-hari. Maka dari itu, anak-anak Etnis Tionghoa sejak kecil tidak hanya diajarkan
bahasa Indonesia tetapi juga bahasa Hokkien atau bahkan bahasa Mandarin oleh orang tua mereka sehingga mereka menjadi terbiasa menggunakan bahasa
tersebut sehari-hari sampai digunakan dalam proses berinteraksi dan bersosialisasi.
Kecenderungan ini memiliki dampak positif dan negatif dimana dampak positifnya adalah sebagai alat untuk mempererat tali pertemanan antar sesama
etnis Tionghoa dan juga dapat sebagai cara untuk melestarikan bahasa mereka. Namun sisi negatif yang muncul adalah terlalu sering menggunakan bahasa
daerah sendiri dapat memicu renggangnya hubungan sosial dengan masyarakat yang bukan berasal dari etnis Tionghoa karena masyarakat lain yang tidak
mampu memahami bahasa hokkien akan menjauh dan sukar membaur. Ini bisa menjadi pendorong sifat eksklusif masyarakat etnis Tionghoa semakin kuat dan
Universitas Sumatera Utara
101
pembauran tidak dapat berlangsung dengan baik dan benar. Maka tak jarang saat ini sudah banyak orang-orang yang bukan merupakan etnis Tionghoa belajar dan
sudah memahami bahasa hokkien demi menjalin komunikasi yang dekat dengan masyarakat etnis Tionghoa dan ternyata secara fakta walaupun bukan orang etnis
Tionghoa apabila kita sudah menguasai bahasa hokkien dengan baik maka peluang untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan akrab kepada etnis
Tionghoa akan semakin besar. Selain bahasa, faktor lingkungan tempat tinggal juga ikut mempengaruhi
pola interaksi antar masyarakat.Orang Tionghoa suka berkumpul menetap di suatu wilayah tertentu dengan sesama orang Tionghoa atau dapat dikatakan lebih
suka bertetangga dengan sesama etnis Tionghoa. Dengan demikian interaksi yang terjalin akan semakin mempererat hubungan sosial mereka. Selain itu, etnis
Tionghoa identik memiliki rumah yang tertutup pagar besi luar dan dalam dengan cukup rapat sehingga hal itu dapat mengurangi proses berjalannya
interaksi dengan orang lain terutama dengan masyarakat non-etnis Tionghoa yang ada di sekitarnya.
Dalam proses interaksi dan sosialisasi, keluarga adalah agen pertama untuk memperkenalkan hal tersebut kepada anak-anak mereka. Sebagai warga
dari sebuah negara yang memiliki keberagaman budaya maka setiap orang atau keluarga di Indonesia harus menumbuhkan sikap menghargai dengan
masyarakat yang berbeda suku atau bahasa dengan mereka tanpa terkecuali termasuk etnis Tionghoa.Etnis Tionghoa di Medan berdasarkan pengataman
peneliti sudah berinteraksi dengan cukup baik dengan etnis lainnya diluar etnis mereka walaupun faktanya mereka lebih suka bergaul akrab dengan sesama.Hal
Universitas Sumatera Utara
102
ini dapat dipengaruhi oleh peristiwa masa lalu dimana masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia memang mendapatkan perlakuan yang diskriminatif sejak
zaman penjajahan Belanda hingga masa orde baru.Pada masa itu, orang-orang keturunan Tionghoa mendapatkan banyak batasan-batasan dalam kehidupan
sosial, ekonomi, hingga politik sehingga mereka cenderung memilih menutup diri dari lingkungan dan merasa aman bila bersosialisasi hanya dengan sesama
etnis Tionghoa saja.Akhirnya kebiasaan-kebiasaan tersebut turun menurun ke generasi-generasi berikutnya hingga saat ini mereka sudah merasa nyaman
dengan keeksklusifan hidup mereka. Keluarga tidak memberikan perintah berupa larangan keras secara
langsung untuk menjalin komunikasi dan interaksi yang dekat dengan etnis lainnya tetapi keluarga cenderung mendorong anak-anak mereka untuk lebih
akrab dan lebih banyak memiliki teman yang juga berasal dari etnis Tionghoa seperti mengenalkan anak-anak dengan lingkungan pendidikan, tempat tinggal
dan pekerjaan yang didominasi oleh etnis Tionghoa. Hal ini tentu akan menanamkan perilaku kurang membaur dengan anak-anak yang berasal dari
etnis di luar etnis Tionghoa. Salah satu narasumber juga menyebutkan bahwa sedari kecil ia memang sudah banyak bergaul dekat dengan orang-orang yang
berasal dari etnis Tionghoa dan juga ia melihat lingkup interaksi orang tua yang biasa bergaul dengan sesama Etnis Tionghoa.
“ ga di kasih tau tidak dianjurkan sama orang tua supaya jangan punya kawan bukan orang chinese tapi emang wa dari dulu sekolah, les,
sampe kuliah punya kawan ya orang chinese juga. Orang tua wa juga kawannya semua orang chinese…..”.
Universitas Sumatera Utara
103
Hal tersebut juga terlihat ketika memilih untuk melanjutkan pendidikan tinggi, calon mahasiswa yang akan masuk ke sebuah perguruan tinggi pasti akan
melihat kualitas dan kuantitas perguruan tinggi tersebut dan ternyata tak hanya kualitas saja yang dilihat oleh etnis Tionghoa tetapi juga mereka melihat
bagaimana suasana pergaulan dan keseharian kegiatan perkuliahan di kampus tersebut. Beberapa narasumber peneliti mengungkapkan bahwa salah satu alasan
mereka tertarik ikut masuk ke kampus tersebut karena mendapat informasi dari teman atau saudara yang sudah mengetahui tentang kehidupan kampus tersebut
bahwa terdapat banyak orang beretnis Tionghoa berkuliah disana sehingga dapat lebih mudah bergaul, apalagi jika teman-teman semasa duduk di bangku sekolah
menengah juga sama-sama menuntut ilmu di perguruan tinggi tersebut maka rasa nyaman akan segera melingkupi diri orang-orang tersebut seperti penuturan
narasumber yakni mahasiswi keturunan etnis Tionghoa dari STIESTMIK IBBI Medan bernama Junita berikut:
“ awalnya dulu wa mau kuliah di IBBI karna dapat info soal kampus IBBI, apa aja program nya dan teman-teman SMA wa mau daftar kuliah
disana jadinya karna wa udah akrab sama mereka dan biar ga susah bergaul pas kuliah ya wa juga ikut daftar disana. Orang tua wa
mendukung sekali kok karna selain banyak teman SMA wa kuliah disana orang tua wa liat kampusnya bagus, program kuliahnya jelas, bisa kerja
sambil kuliah, dan dekat rumah juga jadinya lebih gampang. Tapi pas kuliah juga wa punya teman non-chinese cuman enggak banyak, karna
udah lebih nyaman kumpul sama orang chinese juga”.
Dalam kehidupan lingkungan kampus Universitas Prima Indonesia dan STIESTMIK IBBI Medan terdapat unsur- unsur kebudayaan Tionghoa dimulai
dari pendiri atau pemilik yayasan yang menaungi kampus tersebut merupakan etnis Tionghoa, pegawai yang bekerja di kampus tersebut sebagian merupakan
Universitas Sumatera Utara
104
etnis Tionghoa dan sebagian lainnya berasal dari etnis lainnya diluar etnis Tionghoa, serta diajarkannya bahasa Mandarin sebagai salah satu mata kuliah di
kedua perguruan tinggi tersebut. Bahasa Mandarin dianggap sangat tepat untuk dipelajari karena bahasa tersebut sudah mulai mendunia dan banyak dipakai oleh
masyarakat internasional.Hal ini tentu semakin mendorong budaya dan kebiasaan-kebiasaan dari etnis Tionghoa untuk mempengaruhi pola pergaulan
dari mahasiswa yang berkuliah disana.
Universitas Sumatera Utara
105
BAB V PENUTUP