5.4 Usulan Pemecahan Masalah 5.4.1 Usulan Penyelesaian Masalah
Six Big Losses
Tabel 5.15 Usulan penyelesaian masalah Six Big Losses
No. Faktor – Faktor Penyelesaian masalah
1. Manusia
a. Operator kurang teliti
b. Penanganan kerusakan
a. Memberikan sanksi yang tegas,
Memberikan motivasi kerja kepada karyawan dengan
menaikkan gaji dan tunjangan b.
Dibuat pelatihan khusus terhadap teknisi perusahaan tersebut
2. Mesin
a. Adanya komponen yang
tidak asli b.
Gangguan tiba – tiba a.
Komponen yang asli harus diusahakan untuk dipakai
b. Melakukan pengecekan sebelum
mesin dijalankan
3. Metode
a. Pemeliharaan tidak tepat
waktu a.
Melakukan pemeliharaan secara tepat waktu
4. Lingkungan
a. Kebersihan a.
Menanamkan kesadaran kepada operator akan kebersihan di area
mesin setelah siap melakukan perbaikan mesin.
Sumber : Pengolahan data
Universitas Sumatera Utara
5.5. Penerapan Total Productive Maintenance TPM
Perbedaan total productive maintenance TPM dengan planned maintenance PM yang utama adalah kegiatan pemeliharaan mandiri autonomous maintenance
dan kunci kesuksesan TPM juga tergantung pada kesuksesan program autonomous maintenance. Kegiatan autonomous maintenance ini melibatkan seluruh karyawan
mulai dari pimpinan sampai dengan operator. Dengan adanya kegiatan autonomous maintenance ini maka setiap operator
akan terlibat dalam perawatan dan penangan setiap masalah yang terjadi pada mesinperalatan mereka sendiri di bagian produksi.
Sistem pelaksanaan kegiatan maintenance yang diterapkan oleh PT. TIRTA SIBAYAKINDO merupakan system pemeliharaan terencana, mulai dari perencanaan
sampai dengan penggantian. Penangan kerusakan mesinperalatan yang terjadi pada mesin Thermoforming merupakan tanggung jawab pada bagian depatemen
maintenance. Penerapan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar pola piker operator
yang berpikir bahwa operator hanya menggunakan peralatan dan orang lain yang akan memperbaikinya dapat diubah sehinnga perawatan msin dan peralatan di
perusahaan ini dapat berjalan dengan baik dan kerusakan dapat dicegah agar hal tersebut dapat tercapai maka di butuhkan waktu dan usaha untuk melatih operator
agar kemampuan dan yang dibutuhkan untuk melaksakan autonomous maintenance dapat ditingkatkan. Kegiatan – kegiatan pemeliharaan mandiri yang dilakukan oleh
operator sebagain usaha peningkatan efektivitas produksi sesuai dengan prinsip TPM adalah :
1. Membersihkan dan memeriksa mesin Thermoforming untuk membersihkan
debu dan kotoran pada mesin dan melakukan pelumasan dan pengencangan mur yang longgar.
2. Menghilang sumber masalah dan area yang tidak terjangkau dengan
menemukan cara yang tepat untuk membersihkan pada bagian – bagian yang sukar dijangkau
Universitas Sumatera Utara
3. Membuat standar pembersih dan pelumas yang tepat sehingga dapat
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan dan memeriksa dengan tahapan yang teratur.
4. Pemeliharaan mandiri dengan menggunakan check sheet pemeriksaan yang
oleh bagian yang dikeluarkan oleh bagian teknik dan tetapi memperbaiki dan mengembangkan kegiatan yang dilakukan.
5. Melaksanakan pemeriksaan menyeluruh sesuai dengan intruksi yang terdapat
pada petunjuk pemeriksaan pada mesin Thermoforming yang diperoleh pada bagian teknik.
6. Pemeliharaan mandiri dengan mengganti komponen – komponen yang rusak
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil perhitungan nilai OEE di mesin Thermoforming selama
bulan Januari 2015 - desember 2015 diperoleh nilai : Availability =93.91 memenuhi standar JIPM sebesar 90,
Performance efesiensi=95.08 memenuhi standar JIPM sebesar 95, Quality of rate = 99.84 kondisi ini memenuhi standar JIPM sebesar 99
Dan nilai hasil nilai OEE = 89,15 produksi dianggap kelas dunia. Skor ini merupakan skor yang cocok untuk dijadikan goal jangka panjang.
2. Persentase masing-masing factor six big losses dari total 1186.35 jam
downtime yang dominan selama priode Januari 2015- desember 2015 pada mesin Thermoforming adalah
• Idlingminor stoppages losses sebesar 447.92 jam dengan persentase
37,75 •
Reduce speed losses sebesar 305.75 jam dengan persentase 25.77 •
Breakdown losses sebesar 211.75 jam dengan persentase 17.85 •
Setup adjustment losses sebesar 220.92 jamdengan persentase 18.63 Nilai idlingminor stoppages 37,75 ini menunjukkan mesin sering berhenti
berulang-ulang atau mesin beroperasi tanpa menghasilkan produk. 3. Perlunya penyediaan spare parts maupun persediaan equipment dalam
perawatan dan pemeliharaan berjangka.
6.2.SARAN
Dari penelitian ini dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Usulan pemecahan masalah six big losses pada mesin Thermoforming adanya
komponen yang asli untuk digunakan mengganti komponen yang rusak, hal ini bertujuan untuk memperpanjang umur life time komponen mesin.
2. Perusahaan lebih memperhatikan kondisi mesin dengan memperkirakan waktu kerusakan mesin melalui perhitungan umur operasi untuk mengantisipasi
Universitas Sumatera Utara